
Menurut Grand View Research, nilai pasar camilan mete global diperkirakan mencapai 3,08 miliar dolar AS (Sekitar Rp 50 triliun) pada 2023 dan terus tumbuh sekitar 4,2 persen per tahun hingga 2030.
Aspek keberlanjutan menjadi salah satu fokus utama dalam pengembangan komoditas kacang mete di Indonesia.
Dari sisi lingkungan, tanaman jambu mete tergolong ramah iklim karena mampu tumbuh di tanah marginal dan tahan terhadap musim kemarau.
Baca juga: Mengelola Dinamika Pasar dan Industri Kelapa Bulat
Selain berfungsi sebagai penghasil pangan dan sumber ekonomi, pohon mete juga berkontribusi dalam konservasi lahan. Akar pohonnya mampu menahan erosi dan batangnya yang keras cocok untuk rehabilitasi lahan tandus.
Jika manfaat ekonominya dirasakan secara langsung, petani akan lebih terdorong untuk memelihara pohon mete secara jangka panjang sebagai sumber penghidupan yang berkelanjutan.
Pemerintah juga mendorong peremajaan tanaman tua melalui program BUN-500 dan penyediaan varietas unggul seperti GG-1 dan MR-851, yang dirancang agar cocok dengan kondisi agroklimat di berbagai wilayah Indonesia.
Keberlanjutan juga tercermin dalam pemanfaatan limbah industri mete. Salah satu limbah utama, yaitu kulit biji mete (shell), kaya akan Cashew Nut Shell Liquid (CNSL), zat yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar, pelumas, perekat, hingga pestisida nabati.
Pemanfaatan limbah ini tidak hanya bernilai ekonomis tinggi, tetapi juga mendukung ekonomi sirkular dan mengurangi pencemaran lingkungan.
Sejumlah pelaku usaha lokal bahkan telah mengolah kulit mete menjadi arang dan briket. Di sisi lain, pemberdayaan sosial menjadi elemen penting, terutama untuk kelompok rentan seperti perempuan dan pemuda di desa.
Kisah sukses dari pelaku usaha seperti East Bali Cashew (EBC) dan Kedai Bunly membuktikan bahwa mete dapat menjadi instrumen pembangunan sosial-ekonomi lokal.
EBC mendapat penghargaan dari Amerika Serikat karena dinilai berhasil menyejahterakan petani lokal di Bali dan menarik investasi untuk masyarakat sekitar.
Sementara itu, Kedai Bunly di Sulawesi Selatan, dengan dukungan pembiayaan dari BRI, mampu menyerap hasil panen puluhan petani dan mendistribusikannya ke pasar hotel dan transportasi antarkota.
Inisiatif-inisiatif seperti ini menjadi bagian dari upaya hilirisasi dan penciptaan rantai nilai mete yang berkelanjutan.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang