Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kuntoro Boga
Direktur Hilirisasi Hasil Perkebunan, Kementan

Praktisi, Peneliti dan Pengamat Pertanian

Dari Berburu ke Petani Gaharu

Kompas.com - 17 Oktober 2025, 06:24 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
Editor Wisnubrata

GAHARU (agarwood), adalah komoditas hutan yang nilainya bisa menyamai emas. Satu kilogram kayu gaharu kualitas terbaik dapat berharga hingga miliaran rupiah, setara dengan sebuah mobil mewah. Dengan harga setinggi itu, gaharu menjadi salah satu bahan alami termahal di dunia.

Sejak ribuan tahun silam, kayu ini dikenal sebagai “kayu para dewa” dan digunakan dalam ritual serta wewangian kalangan bangsawan. Dalam naskah Sanskerta, gaharu digambarkan sebagai simbol kemewahan dan spiritualitas. Di Nusantara, kayu wangi ini telah lama menjadi komoditas bernilai tinggi, bahkan disebut dalam catatan perdagangan masa Sriwijaya sebagai salah satu barang ekspor unggulan ke Tiongkok dan India.

Gaharu terbentuk secara alami dari infeksi jamur atau mikroorganisme pada pohon Aquilaria dan Gyrinops, dua jenis pohon yang tumbuh di hutan tropis Asia Tenggara, termasuk hampir seluruh wilayah Indonesia. Ketika terinfeksi, pohon mengeluarkan resin beraroma wangi sebagai respons pertahanan diri. Resin ini meresap ke jaringan kayu dan menjadikannya gelap, berat, serta mengeluarkan aroma yang khas dan mahal.

Di Indonesia, kedua jenis pohon itu dikenal dengan berbagai nama lokal seperti pohon karas, gaharu, garu, gubas, atau gopas. Di Sumatra dan Kalimantan disebut karas, sementara di Maluku dan Papua dikenal sebagai gubas.

Karena proses terbentuknya yang lama dan langka, hanya sebagian kecil pohon yang menghasilkan gaharu berkualitas tinggi. Dulu, masyarakat memperoleh gaharu dengan cara berburu di hutan, menebang pohon liar yang diduga mengandung resin. Kini, pendekatan itu mulai ditinggalkan.

Budidaya gaharu semakin dikembangkan melalui teknik inokulasi buatan, dimana petani menanam pohon Aquilaria atau Gyrinops, dan ketika sudah cukup dewasa, batangnya dilubangi serta disuntik dengan inokulan berisi mikroba yang memicu pembentukan resin. Setelah beberapa tahun, pohon bisa dipanen tanpa ditebang seluruhnya.

Baca juga: Gaharu, Kayu Mahal yang Memberikan Banyak Manfaat

Komoditas Emas Indonesia yang Terlupakan

Dinamika keterlibatan masyarakat sangat menentukan masa depan gaharu. Selama bertahun-tahun, masyarakat lokal memegang peran ganda, di satu sisi sebagai pengeksploitasi karena desakan ekonomi, di sisi lain sebagai calon penjaga hutan jika diberdayakan.

Di pedalaman Nusantara, perburuan gaharu dahulu ibarat perantauan emas. Sekelompok pemuda desa rela masuk hutan berminggu-minggu, berbekal harapan menemukan sebatang pohon yang menghasilkan gaharu bernilai fantastis. Tak jarang kisah beredar tentang seseorang yang mampu membangun rumah hanya dari hasil menebang satu pohon gaharu di rimba.

Kini, perlahan peran masyarakat mulai bergeser dari pemburu menjadi pelopor budidaya. Menyadari gaharu kian langka di alam, sejumlah komunitas lokal mulai menanam pohon penghasil gaharu di lahan mereka sendiri. Di Riau, para mantan pemburu di kawasan hutan Rimbang Baling kini beralih menanam ratusan pohon gaharu sebagai investasi jangka panjang.

Dengan pendampingan lembaga swadaya masyarakat, mereka belajar teknik inokulasi, dengan mengebor batang dan menyuntikkan cairan alami agar pohon menghasilkan resin tanpa ditebang.

Di Jawa Tengah, petani gaharu dilatih membuat serum inokulan sendiri untuk menekan biaya penyuntikan ribuan pohon. Hasilnya mulai tampak, ribuan batang gaharu tumbuh subur dan menjadi “tabungan hijau” bagi petani desa.

Di banyak wilayah, para petani gaharu mulai membentuk kelompok dan asosiasi. Langkah kolektif ini memperkuat posisi tawar mereka terhadap tengkulak, memudahkan berbagi pengetahuan, serta menciptakan standar dan perlindungan dalam praktik budidaya.

Keterlibatan masyarakat semacam ini menjadi kunci pelestarian gaharu ke depan. Saat warga lokal merasa memiliki dan memperoleh manfaat ekonomi, mereka akan terdorong menjaga pohon dan hutan, bukan lagi menghabisinya.

Baca juga: 5 Fakta soal Gaharu, Kayu Termahal di Dunia

Potensi ekonomi gaharu sendiri sangat menjanjikan. Pasar internasional terus menantikan pasokan karena keunikan aroma dan kelangkaannya. Timur Tengah masih menjadi tujuan utama ekspor; di sana gaharu atau oud dibakar sebagai pengharum ruangan dan bahan parfum mewah, bagian dari budaya wangi-wangian Arab. Permintaan dari Asia Timur, terutama Tiongkok dan Jepang, juga meningkat karena digunakan dalam pengobatan tradisional dan aromaterapi.

Indonesia, yang memiliki puluhan spesies penghasil gaharu dari Sumatra hingga Papua, sesungguhnya berpeluang besar menjadi pemain utama dunia jika potensi ini digarap serius dengan strategi industri yang jelas. Meski begitu, gaharu masih lebih dipandang sebagai barang ekspor ketimbang kekayaan nasional yang strategis.

Halaman:

Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya
Masa Depan Pala Banda
Masa Depan Pala Banda
Varietas Tanaman
Revitalisasi Kebun Teh: Menyatukan Alam, Wisata, dan Harapan
Revitalisasi Kebun Teh: Menyatukan Alam, Wisata, dan Harapan
Varietas Tanaman
Pasar Organik dan Produk Perkebunan
Pasar Organik dan Produk Perkebunan
Varietas Tanaman
DNA Petani Kita, Tangguh di Era Modernisasi
DNA Petani Kita, Tangguh di Era Modernisasi
Perawatan
Menikmati Renyahnya Potensi Kenari Ternate
Menikmati Renyahnya Potensi Kenari Ternate
Varietas Tanaman
Menata Ulang Kemitraan Gula: Jalan Menuju Kemandirian
Menata Ulang Kemitraan Gula: Jalan Menuju Kemandirian
Varietas Tanaman
Kluwek: Rahasia Kepayang pada Kuliner Nusantara
Kluwek: Rahasia Kepayang pada Kuliner Nusantara
Varietas Tanaman
Bongkar Ratoon Tebu, Jalan Cepat Swasembada Gula
Bongkar Ratoon Tebu, Jalan Cepat Swasembada Gula
Varietas Tanaman
Optimisme Pengembangan Kelapa Indonesia
Optimisme Pengembangan Kelapa Indonesia
Varietas Tanaman
Menggali Kembali Kejayaan Pala Nusantara
Menggali Kembali Kejayaan Pala Nusantara
Varietas Tanaman
Mendorong Nilai Tambah di Negeri Seribu Kelapa
Mendorong Nilai Tambah di Negeri Seribu Kelapa
Varietas Tanaman
Anomali Pasokan Kakao: Analisa dan Solusi untuk Industri
Anomali Pasokan Kakao: Analisa dan Solusi untuk Industri
Varietas Tanaman
Kopi Toraja, Primadona di Negeri Sakura
Kopi Toraja, Primadona di Negeri Sakura
Varietas Tanaman
Mengangkat Nilai Rempah Nusantara
Mengangkat Nilai Rempah Nusantara
Varietas Tanaman
Menguatkan Harum Cengkeh dan Ekonomi Daerah
Menguatkan Harum Cengkeh dan Ekonomi Daerah
Varietas Tanaman
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau