Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kuntoro Boga
Direktur Hilirisasi Hasil Perkebunan, Kementan

Praktisi, Peneliti dan Pengamat Pertanian

Dari Berburu ke Petani Gaharu

Kompas.com - 17 Oktober 2025, 06:24 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
Editor Wisnubrata

Dalam lima tahun terakhir, ekspor gaharu menunjukkan tren fluktuatif, volume mencapai 2.000 ton pada 2021, menurun menjadi 1.600 ton pada 2022 dan 1.200 ton pada 2023. Meski volume turun, nilai ekspor 2023 tetap mencapai sekitar USD16,6 juta (setara Rp270 miliar). Pada 2024, ekspor kembali menurun menjadi sekitar 929 ton dengan nilai sekitar USD12,8 juta (sekitar Rp215 miliar). Angka ini menegaskan bahwa meski pasarnya masih kuat, kapasitas produksi nasional perlu diperkuat.

Selain mengekspor kayu dan minyak gaharu, Indonesia dapat meningkatkan nilai tambah melalui produk turunan seperti kerajinan aromatik, dupa, teh daun gaharu, hingga sabun herbal.

Baca juga: Budidaya Gaharu: Menyelamatkan Tegakan Alami dan Periuk Para Petani

Peluang Konservasi Melalui Budidaya

Laju eksploitasi gaharu liar yang tak terkendali pernah menimbulkan kekhawatiran serius terhadap kelestarian spesies ini. Banyak jenis pohon penghasil gaharu kini berstatus langka. Sebagian, seperti Aquilaria malaccensis, bahkan telah masuk daftar merah tumbuhan terancam punah.

Menyadari ancaman ini, pemerintah mengambil langkah tegas dengan memperketat regulasi. Ekspor kayu dan getah gaharu dari alam liar kini dilarang, sementara beberapa jenisnya ditetapkan sebagai flora dilindungi. Konvensi internasional CITES pun memasukkan gaharu dalam Appendix II, yang berarti perdagangan internasionalnya hanya dapat dilakukan melalui kuota resmi dan pengawasan ketat untuk menjaga kelestarian populasinya.

Sebagai gantinya, budidaya menjadi jalan tengah yang memberi solusi bagi ekonomi dan konservasi sekaligus. Pemerintah membuka peluang ekspor gaharu hasil budidaya, mendorong pelaku usaha beralih ke sumber legal dan berkelanjutan.

Di berbagai daerah, model konservasi berbasis budidaya mulai diterapkan. Menanam gaharu di lahan kurang produktif terbukti mampu memulihkan fungsi ekologis lahan sekaligus memberi manfaat ekonomi. Pola tanam tumpangsari, di mana gaharu diselipkan di antara tanaman lain, tidak hanya menjaga keanekaragaman hayati, tetapi juga menambah pendapatan petani.

Sejumlah perusahaan dan komunitas turut menjalankan program tanam ulang: setiap kali satu pohon gaharu dipanen, bibit baru segera ditanam sebagai regenerasi sumber daya. Lebih jauh, gagasan konservasi berbasis gaharu telah memunculkan kolaborasi lintas sektor. Organisasi lingkungan hidup menggandeng masyarakat adat di sekitar hutan lindung untuk menanam gaharu sebagai sumber penghasilan alternatif tanpa harus merusak habitat alami.

Baca juga: Daerah Penghasil Gaharu di Indonesia, Kayu Termahal di Dunia yang Mulai Langka

Pendekatan semacam ini sudah berjalan di wilayah Riau, misalnya, di mana warga yang sebelumnya bergantung pada perburuan liar kini dilatih menjadi petani gaharu. Inisiatif tersebut menunjukkan bahwa melindungi hutan tidak selalu berarti menutup akses masyarakat, melainkan memberi mereka pilihan ekonomi yang ramah lingkungan.

Dalam konteks ini, gaharu menjadi simbol harmoni antara kebutuhan manusia dan keberlanjutan alam, sebuah jembatan antara ekonomi rakyat dan pelestarian hutan tropis Indonesia.

Baca juga: 5 Manfaat Minyak Gaharu untuk Kecantikan Kulit

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang

Halaman:

Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya
Tanaman Penyelamat Lingkungan: Mencegah Banjir dan Longsor
Tanaman Penyelamat Lingkungan: Mencegah Banjir dan Longsor
Varietas Tanaman
Potensi Sabut Kelapa yang Masih Terbuang
Potensi Sabut Kelapa yang Masih Terbuang
Varietas Tanaman
Pelajaran Swasembada Gula Nasional
Pelajaran Swasembada Gula Nasional
Varietas Tanaman
Mengandaikan Generasi Z Menjadi Agripreneurship
Mengandaikan Generasi Z Menjadi Agripreneurship
Tips
Transformasi Kelapa: Dari Komoditas Tradisional ke Industri Bernilai Tinggi
Transformasi Kelapa: Dari Komoditas Tradisional ke Industri Bernilai Tinggi
Varietas Tanaman
Aroma Kopi Jawa Timur: Potensi dari Lereng Ijen hingga Lembah Argopuro
Aroma Kopi Jawa Timur: Potensi dari Lereng Ijen hingga Lembah Argopuro
Varietas Tanaman
Ekonomi Babel: Lada Sebagai Andalan, Bukan Timah
Ekonomi Babel: Lada Sebagai Andalan, Bukan Timah
Varietas Tanaman
Masa Depan Pala Banda
Masa Depan Pala Banda
Varietas Tanaman
Revitalisasi Kebun Teh: Menyatukan Alam, Wisata, dan Harapan
Revitalisasi Kebun Teh: Menyatukan Alam, Wisata, dan Harapan
Varietas Tanaman
Pasar Organik dan Produk Perkebunan
Pasar Organik dan Produk Perkebunan
Varietas Tanaman
DNA Petani Kita, Tangguh di Era Modernisasi
DNA Petani Kita, Tangguh di Era Modernisasi
Perawatan
Menikmati Renyahnya Potensi Kenari Ternate
Menikmati Renyahnya Potensi Kenari Ternate
Varietas Tanaman
Menata Ulang Kemitraan Gula: Jalan Menuju Kemandirian
Menata Ulang Kemitraan Gula: Jalan Menuju Kemandirian
Varietas Tanaman
Kluwek: Rahasia Kepayang pada Kuliner Nusantara
Kluwek: Rahasia Kepayang pada Kuliner Nusantara
Varietas Tanaman
Bongkar Ratoon Tebu, Jalan Cepat Swasembada Gula
Bongkar Ratoon Tebu, Jalan Cepat Swasembada Gula
Varietas Tanaman
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau