
Sebagaimana terasi dalam masakan Sunda atau klewek dalam rawon Jawa Timur, andaliman adalah ikon gastronomi yang memuat identitas. Kehilangan andaliman berarti kehilangan satu lapisan penting dari kekayaan kuliner Nusantara.
Kini, sejumlah komunitas di Tapanuli mulai menggabungkan pelestarian budaya dengan ekowisata, seperti di Desa Huta Ginjang dan Desa Tipang, yang mengajak wisatawan melihat langsung tanaman andaliman, memetik buahnya, dan mengolahnya menjadi sambal khas.
Baca juga: Mengenal Andaliman, Merica Batak yang Hanya Tumbuh di Sumatera Utara
Kendala utama pengembangan andaliman terletak pada lemahnya pengetahuan budidaya dan regenerasi alami. Biji andaliman memiliki masa dormansi panjang dengan tingkat perkecambahan rendah, sementara teknik perbanyakan vegetatif melalui stek belum banyak berhasil. Akibatnya, regenerasi tanaman di alam berjalan lambat di tengah tekanan pembukaan lahan dan penebangan hutan.
Kondisi ini diperburuk oleh perubahan iklim yang menyebabkan suhu lebih hangat dan pola hujan tidak menentu, membuat banyak tanaman gagal berbuah. Menjaga andaliman berarti menjaga hutan-hutan pegunungan Toba, habitat alami rempah ini.
Andaliman tumbuh di lereng berbatu dan hutan sekunder yang berfungsi penting menahan erosi serta menjaga keseimbangan air. Pembukaan lahan untuk pertanian dan industri kehutanan telah mengancam keberadaannya. Karena itu, model konservasi berbasis masyarakat adat dapat menjadi solusi efektif, di mana masyarakat diberdayakan untuk menanam dan merawat andaliman dengan imbalan ekonomi yang adil.
Skema seperti payment for ecosystem services atau sertifikasi produk berkelanjutan bisa menambah insentif. Dengan nilai budaya dan geografis yang kuat, andaliman juga layak didorong memperoleh status Geographical Indication (GI), yang tidak hanya meningkatkan nilai ekonominya, tetapi juga melindungi warisan kuliner dan identitas daerahnya.
Ke depan, penguatan riset menjadi kunci. Perguruan tinggi dan lembaga penelitian di Sumatera Utara perlu bersinergi mengembangkan varietas unggul dan teknologi perbanyakan cepat, didukung pendanaan riset terapan dari pemerintah dan industri. Di sisi lain, pembentukan koperasi atau kelompok tani rempah dapat memperkuat posisi tawar petani melalui akses modal, pelatihan, dan pasar.
Baca juga: Andaliman, Rempah Eksotis dari Tanah Batak
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang