Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kuntoro Boga
Direktur Hilirisasi Hasil Perkebunan, Kementan

Praktisi, Peneliti dan Pengamat Pertanian

Menikmati Renyahnya Potensi Kenari Ternate

Kompas.com - 3 November 2025, 17:17 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
Editor Wisnubrata

LAIKNYA seorang penjelajah rasa, beberapa hari lalu saya duduk di sebuah warung sederhana dipinggir pantai kota Ternate, menikmati sepiring gohu ikan, potongan ikan tuna segar yang diolah ala ceviche dengan campuran daun kemangi, perasan jeruk, cabai, dan taburan kacang kenari sangrai di atasnya. Perpaduan asam segar, pedas, dan gurih renyah dari kenari menghadirkan kejutan lezat di lidah.

Tak ketinggalan, saya pun mencicipi halua kenari, kudapan manis khas Maluku Utara (Malut) berupa kacang kenari berbalut karamel gula merah yang kerap dijadikan buah tangan wisatawan. Rasanya manis legit berpadu dengan gurihnya kenari, sederhana, namun membuat ketagihan.

Di Maluku Utara, kenari atau walnut (bahasa Inggris) adalah kacang dari pohon bergenus Juglans yang hadir di berbagai hidangan, dari sambal, campuran sayur, kue tradisional, hingga taburan minuman air guraka (wedang jahe khas setempat). Kenari seolah menjadi bintang tersembunyi dalam kuliner lokal.

Ironisnya, di luar wilayah timur Indonesia, nama kacang kenari nyaris tenggelam. Padahal, pengalaman kuliner di Ternate tersebut membuka mata bahwa kenari menyimpan potensi luar biasa, bukan hanya lezat dan bernilai gizi tinggi, tetapi juga berpotensi menjadi penggerak ekonomi lokal, komoditas ekspor bernilai, sekaligus bagian dari pelestarian lingkungan Maluku Utara.

Baca juga: Kacang Kenari Berguna untuk Redakan Stres, Percaya?

Kenari (Canarium spp.) adalah tumbuhan asli Maluku dan Maluku Utara yang tumbuh liar sejak masa lalu, dengan pohon-pohon besar berusia ratusan tahun. Buah kenari yang mungil menyimpan “harta karun” berupa biji bernutrisi tinggi. Meski berukuran kecil, perannya besar bagi masyarakat setempat: kenari menjadi sumber pangan bergizi dan komoditas yang membantu menambah pendapatan keluarga.

Secara ekonomi, Maluku Utara merupakan salah satu sentra produksi kenari di Indonesia. Dalam satu hektare lahan dapat ditumbuhi sekitar 90 pohon kenari, masing-masing menghasilkan sekitar 50 kilogram biji, sehingga total produksi bisa mencapai 4,5 ton per hektare per tahun.

Kenari bahkan mulai merambah pasar ekspor. Pada 2021, kenari asal Pulau Makian (Halmahera Selatan) berhasil menembus pasar Eropa, antara lain ke Finlandia dan Italia. Langkah ini didukung oleh pemerintah melalui penerbitan kode HS khusus agar produk kenari diakui dalam klasifikasi perdagangan global.

Baca juga: Sahrin, Wanita Penjual Kenari yang Mampu Sarjanakan 7 Anaknya

Ilustrasi walnut alias kacang kenari Ilustrasi walnut alias kacang kenari

Kenari dalam Budaya dan Ekonomi

Keunggulan kenari tidak hanya pada cita rasa dan nilai ekonominya, tetapi juga pada kandungan gizinya. Biji kenari mengandung lemak nabati sekitar 65–70 % dari berat kering, serta protein sekitar 8%, menjadikannya sumber energi yang tinggi. Selain itu, kenari juga kaya akan serat, vitamin E, mineral seperti magnesium dan kalium, serta antioksidan yang baik bagi tubuh.

Konsumsi kenari dikaitkan dengan berbagai manfaat kesehatan, seperti menjaga jantung, menurunkan tekanan darah, memperbaiki pencernaan, dan mengurangi risiko penyakit kronis.

Dari sisi lingkungan, pohon kenari berperan penting dalam menjaga ekosistem Maluku. Ia tumbuh berdampingan dengan pala, cengkih, dan rempah lain, memperkuat sistem agroforestri serta melindungi tanah dan tanaman sekitar dari cuaca ekstrem. Hutan kenari yang lestari berarti menjaga keanekaragaman hayati sekaligus membantu mitigasi perubahan iklim.

Sejak lama, warga setempat memanfaatkan kenari dalam aneka resep tradisional. Kacang kenari yang ditumbuk kasar sering menjadi campuran sambal atau taburan dalam acar sayuran khas bernama ulang-ulang, sejenis gado-gado lokal. Kenari juga diolah menjadi bahan kue dan biskuit tradisional, serta dijadikan topping untuk minuman khas air guraka.

Di Pulau Banda dan sekitarnya, kenari diubah menjadi halua kenari, berupa permen kenari berbalut gula merah yang tahan lama dan menjadi oleh-oleh favorit wisatawan. Dahulu, masyarakat bahkan memproduksi minyak masak dari biji kenari, meski kini tradisi itu kian jarang dilakukan karena minyak kelapa dan sawit lebih mudah diperoleh.

Selain menjadi bagian dari kuliner dan budaya, kenari juga berperan penting dalam kehidupan ekonomi masyarakat Maluku Utara. Bagi banyak keluarga petani, kenari menjadi sumber penghasilan tambahan yang diandalkan, terutama saat musim panen dua hingga tiga kali setahun.

Proses panennya masih tradisional , warga menunggu buah kenari matang jatuh dari pohon yang menjulang tinggi, lalu mengupas, menjemur, dan memecah cangkangnya secara manual untuk mengambil isi bijinya. Biji kenari yang sudah bersih biasanya dijual ke pedagang pengumpul lokal dengan harga sekitar Rp50.000 per kilogram. Meski sederhana, kegiatan ini menjadi bagian dari siklus hidup masyarakat pedesaan yang menggambarkan hubungan harmonis antara manusia dan alam.

Pasar kenari dari Maluku Utara sejatinya telah menjangkau berbagai kota besar seperti Surabaya, Jakarta, dan Makassar, meski sering kali tanpa label asal yang jelas. Bagi masyarakat Banda, Ternate, dan Halmahera, penghasilan dari kenari bersifat musiman namun tetap berarti.

Halaman:

Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya
Tanaman Penyelamat Lingkungan: Mencegah Banjir dan Longsor
Tanaman Penyelamat Lingkungan: Mencegah Banjir dan Longsor
Varietas Tanaman
Potensi Sabut Kelapa yang Masih Terbuang
Potensi Sabut Kelapa yang Masih Terbuang
Varietas Tanaman
Pelajaran Swasembada Gula Nasional
Pelajaran Swasembada Gula Nasional
Varietas Tanaman
Mengandaikan Generasi Z Menjadi Agripreneurship
Mengandaikan Generasi Z Menjadi Agripreneurship
Tips
Transformasi Kelapa: Dari Komoditas Tradisional ke Industri Bernilai Tinggi
Transformasi Kelapa: Dari Komoditas Tradisional ke Industri Bernilai Tinggi
Varietas Tanaman
Aroma Kopi Jawa Timur: Potensi dari Lereng Ijen hingga Lembah Argopuro
Aroma Kopi Jawa Timur: Potensi dari Lereng Ijen hingga Lembah Argopuro
Varietas Tanaman
Ekonomi Babel: Lada Sebagai Andalan, Bukan Timah
Ekonomi Babel: Lada Sebagai Andalan, Bukan Timah
Varietas Tanaman
Masa Depan Pala Banda
Masa Depan Pala Banda
Varietas Tanaman
Revitalisasi Kebun Teh: Menyatukan Alam, Wisata, dan Harapan
Revitalisasi Kebun Teh: Menyatukan Alam, Wisata, dan Harapan
Varietas Tanaman
Pasar Organik dan Produk Perkebunan
Pasar Organik dan Produk Perkebunan
Varietas Tanaman
DNA Petani Kita, Tangguh di Era Modernisasi
DNA Petani Kita, Tangguh di Era Modernisasi
Perawatan
Menikmati Renyahnya Potensi Kenari Ternate
Menikmati Renyahnya Potensi Kenari Ternate
Varietas Tanaman
Menata Ulang Kemitraan Gula: Jalan Menuju Kemandirian
Menata Ulang Kemitraan Gula: Jalan Menuju Kemandirian
Varietas Tanaman
Kluwek: Rahasia Kepayang pada Kuliner Nusantara
Kluwek: Rahasia Kepayang pada Kuliner Nusantara
Varietas Tanaman
Bongkar Ratoon Tebu, Jalan Cepat Swasembada Gula
Bongkar Ratoon Tebu, Jalan Cepat Swasembada Gula
Varietas Tanaman
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau