JAKARTA, KOMPAS.com - Buah pare adalah buah yang identik dengan rasanya yang pahit. Pare atau paria berasal dari India Barat dan Myanmar.
Dikutip dari laman Cybex Kementerian Pertanian RI, Minggu (27/11/2022), pare merupakan jenis tanaman yang merambat. Buahnya berbentuk lonjong dan berwarna hijau atau putih dengan permukaan kulit buah terdapat bintil-bintilnya.
Batangnya kecil dan panjang serta lebih kuat daripada mentimun. Adapun daunnya berbentuk menjari dengan permukaan atas hijau tua dan permukaan bawah hijau muda atau hijau kekuning-kuningan.
Baca juga: Catat, Ini Cara Menanam Pare agar Berbuah Banyak
Beberapa jenis pare yang biasa ditanam antara lain pare ayam (pare hijau), pare gajih (pare mentega atau pare putih) dan pare taiwan (pare impor).
Banyak manfaat pare selain dikonsumsi untuk sayuran. Buah pare juga berkhasiat sebagai obat diabetes, gangguan pencernaan, perangsang nafsu makan, obat cacing, sebagai antikanker, antibiotik, antivirus, penurun kandungan gula darah, serta obat pendertita penyakit demam atau malaria.
Buah pare banyak mengandung vitamin A, vitamin B, vitamin C, betakaroten, fitokimia lutein, likopen, kalori, protein, lemak, karbihidrat, serat, abu, kalsium, fosfor, kalium, zat besi,dan natrium.
Selain buahnya, daun pare juga mempunyai banyak manfaat, antara lain menyembuhkan mencret pada bayi, membersihkan darah bagi wanita yang baru melahirkan, dapat menurunkan panas, dapat mengeluarkan cacing kremi, serta menyembuhkan batuk.
Baca juga: Cara Menanam Pare di dalam Pot yang Mudah dan Praktis
Berikut cara menanam pare, yang dapat dilakukan di halaman rumah maupun lahan pertanian.
Pare bisa tumbuh di berbagai jenis tanah dengan ketinggian tempat sampai 1.500 mdpl. Tanaman pare dapat tumbuh dengan optimal pada tanah dengan pH 5 sampai 6, banyak mengandung humus dan gembur.
Tanaman pare tidak banyak memerlukan penyinaran matahari sehingga dapat tumbuh ditempat yang agak teduh atau ternaungi.
Tanaman pare dikembangkan dengan menggunakan biji. Kebutuhan benih untuk luas lahan 100 meter persegi sebanyak 70 gram.
Baca juga: Mudah, Begini Cara Menanam Kentang untuk Pemula
Sebelum ditanam benih diseleksi dengan memasukkan air ke dalam benih. Benih yang mengambang harus dibuang, sedangkan benih yang tenggelam dapat ditanam.
Benih bisa langsung ditanam di lahan atau disemai dahulu. Lahan yang akan ditanami pare dicangkul hingga gembur, lalu dibuat bedengan dengan lebar 1,5 meter, tinggi 25 cm dan panjang menyesuaikan lahan.
Tanah dicampur dengan pupuk kandang sebanyak 1 kuintal untuk lahan 100 meter persegi. Jarak tanam 0,75 x 0,75 meter.
Lubang tanaman ditugal dengan kedalaman 3 sampai 5 cm. Benih dimasukkan ke dalam lubang tanaman sebanyak 2 sampai 3 biji pare.
Baca juga: Tips Menanam Cabai di Luar Musim agar Hasilnya Tetap Maksimal
Setelah itu, tutup dengan tanah. Selang empat sampai tujuh hari setelah tanam, biji pare dapat tumbuh.
Penyiraman dilakukan setiap hari pada pagi dan sore hari. Namun, apabila curah hujan tinggi harus diperhatikan selokannya agar air tidak menggenang dilahan.
Setelah berumur dua minggu atau tinggi tanaman mencapai 50 cm, buat para-para setinggi 1,5 sampai 2 meter untuk merambatkan sulur-sulur tanaman.
Perambatan pare dapat pula dilakukan dengan ajir atau lanjaran yang bisa terbuat dari bambu.
Baca juga: Cara Menanam Cabai Kotokkan yang Rasanya Pedas dan Bentuknya Unik
Setelah berumur tiga minggu, tanaman pare sudah bercabang dan sebaiknya cabang-cabang tersebut dipotong atau dilakukan pemangkasan agar tunas tumbuh menyebar sehingga bisa produksi lebih banyak. Pilih dua cabang yang paling besar dan sehat.
Sisa cabang lainnya yang tumbuh di batang hingga ketinggian 1,5 meter dari permukan tanah harus dipangkas. Pemangkasan kedua bisa dilakukan pada saat umur enam minggu dengan memangkas cabang yang telah tua dan tidak tumbuh lagi serta daun-daun tua maupun cabang yang rusak karena hama penyakit.
Selain pupuk organik, pupuk buatan juga diberikan pada tanaman pare. Anda bisa memberikan pupuk NPK sebanyak 2 sampai 3 kg per 100 meter persegi.
Anda juga bisa menggunakan pupuk urea, pupuk TSP, dan pupuk KCl dengan perbandingan 1 : 2 : 2 sebanyak 15 gram tiap tanaman (3 gram pupuk urea, 6 gram pupuk TSP, dan 6 gram pupuk KCl). Pemupukan dilakukan dengan cara menimbun pupuk disekeliling tanaman sejauh 10 cm dari batangnya.
Baca juga: Cara Menanam Tomat Hidroponik, Mudah dan Praktis
Sebaiknya pemupukan dilakukan pada saat tanaman berumur satu bulan bersamaan dengan penyiangan.
Setelah tanaman berumur 1,5 sampai 2 bulan, pare mulai berbunga dan bunga betina yang muncul dapat menjadi buah. Bunga pare berwarna kuning dan bertangkai panjang.
Tanaman pare jarang terserang hama penyakit. Akan tetapi, ada beberapa hama dan penyakit yang dapat meyerang pare antara lain sebagai berikut.
Hama ini berbentuk lembing bulat, warnanya merah dengan bercak hitam sebanyak 12 sampai 26 buah. Hama ini menyerang daun dan pada serangan yang parah daun habis sehingga yang tersisa hanya tulang daunnya saja.
Cara pengendaliannaya antara lain dapat dilakukan dengan memungut telur ,larva atau lembingnya ditangkap lalu dimatikan. Dapat pula dilakukan dengan rotasi tanaman.
Apabila sudah parah dapat diaplikasikan insectisida berbahan aktif karbaril.
Baca juga: Tips Sukses Menanam Cabai Besar Saat Musim Hujan
Gejalanya terlihat apabila daun bagian atas terdapat bercak kuning, sementara daun bagian bawah terdapat bulu-bulu berwarna ungu. Langkah pencegahan adalah dengan menjaga kondisi lahan agar tidak terlalu lembap.
Apabila sudah parah dapat diaplikasikan fungisida dengan bahan aktif propineb (Trivia 73 WP), mandipropamid (Revus 250 SC), metalaksil (Metalax 35 SD).
Lalat buah menyerang pare dengan cara meletakkan telurnya di dalam buah. Setelah menetas, ulatnya memakan buah sehingga menjadi rusak.
Daging buah tidak dapat dimakan karena busuk dan berair dengan ratusan belatung. Tampak luar daging buah sehat tapi setelah dibuka terlihat daging buah penuh dengan belatung.
Baca juga: Cara Menanam Mangga di dalam Pot, Solusi untuk Lahan Sempit
Apabila menyerang batang, maka batang akan membengkak seperti bisul. Untuk mencegah hama tersebut dapat dilakukan pembungkusan buah muda dengan mengunakan kertas atau daun pisang kering.
Dapat juga dengan menggunakan insect trap yang ditaruh di sekitar tanaman pare, sehingga lalat buah yang ada disekitar dapat ditangkap dan mati dalam tangkapan tersebut.
Melakukan penyiangan dan pembubunan serta memelihara kebersihan sekitar tanaman dari gulma dan sisa tanaman yang membusuk, harus dilakukan sebab kondisi seperti itu sesuai dengan tumbuh dan berkembang-nya lalat buah.
Apabila sudah ada serangan dapat dikendalikan dengan jalan menyemprotkan insectisida berbahan aktif deltametrin (Decis 25 EC), Profenofos (Curacron 500 EC), imidakloprid (Winder 25 WP).
Baca juga: Cara Menanam Pisang Raja yang Rasanya Enak dan Bergizi
Buah pare dapat dipenen sekitar umur 2,5 bulan setelah tanam. Buah pare yang dipanen sebaiknya tidak terlalu tua karena akan memengaruhi rasa.
Tanaman pare yang siap panen apabila buahnya sudah memiliki bintil-bintil dan keriputnya masih agak rapat serta alurnya belum melebar. Pemanenan pare yang terlambat akan menyebabkan buah pare tidak enak dimakan.
Cara memanen pare adalah dengan dengan memotong tangkai buah menggunakan pisau atau gunting. Tanaman yang terawat dapat menghasilkan 30 buah pare setiap pohonnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.