Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kuntoro Boga
Direktur Hilirisasi Hasil Perkebunan, Kementan

Praktisi, Peneliti dan Pengamat Pertanian

Mengembalikan Kejayaan Industri Teh Indonesia

Kompas.com - 5 Januari 2025, 15:34 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

TEH diperkenalkan di Indonesia pada abad ke-19 oleh kolonial Belanda sebagai komoditas ekonomi.

Pada awalnya, konsumsi teh terbatas di kalangan bangsawan dan kerajaan, tetapi tradisi ini kemudian menyebar ke masyarakat luas, menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari.

Ragam tradisi teh pun berkembang di berbagai daerah, mencerminkan keragaman budaya Indonesia.

Sebagai contoh, "teh poci" dari Tegal menggunakan teh melati yang diseduh dalam poci tanah liat dan disajikan dengan gula batu, menciptakan cita rasa khas.

Tradisi "patehan" di Keraton Yogyakarta memperlihatkan penyajian teh dengan tata cara istimewa untuk Sultan dan tamu istana, menegaskan status teh sebagai simbol kehormatan.

Di Betawi, tradisi "nyahi" menyajikan teh tubruk dengan gula kelapa, memberikan pengalaman rasa yang unik. Tradisi-tradisi ini menunjukkan bahwa teh memiliki makna lebih dari sekadar minuman; ia adalah bagian integral dari identitas sosial dan budaya Indonesia.

Potensi budaya ini dapat menjadi aset berharga untuk memperkuat posisi industri teh nasional, terutama dalam mempopulerkan dan memasarkan produk teh Indonesia di pasar global.

Dengan meningkatnya minat terhadap tradisi unik, pendekatan berbasis budaya dapat menjadi strategi pemasaran yang efektif.

Tantangan produksi dan konsumsi domestik

Meskipun teh merupakan bagian integral dari budaya Indonesia, industri teh nasional saat ini menghadapi tantangan signifikan.

Dalam publikasi Statistik Teh Indonesia 2023, Badan Pusat Statistik (BPS), produksi teh menurun dari 165.000 ton pada 2002 menjadi 122.700 ton pada 2023.

Sebagian besar produksi, yakni 67 persen, berasal dari Jawa Barat, diikuti Jawa Tengah, Sumatera Utara, dan beberapa daerah lain seperti Bengkulu dan Sumatera Barat.

Jawa Barat tetap menjadi daerah penghasil teh utama dengan luas perkebunan mencapai sekitar 85.000 hektare, menyumbang mayoritas dari total luas lahan perkebunan teh nasional yang tersisa, yaitu 110.000 hektare pada 2023.

Penurunan produksi ini sejalan dengan penyusutan luas lahan perkebunan teh akibat alih fungsi lahan untuk komoditas lain seperti hortikultura dan tanaman perkebunan yang dianggap lebih menguntungkan.

Perubahan ini berdampak pada kemampuan Indonesia untuk memenuhi permintaan pasar domestik dan internasional.

Produktivitas teh Indonesia juga masih rendah, rata-rata hanya 1.800 kg per hektare, jauh tertinggal dibandingkan negara produsen utama seperti Iran yang mencapai 5.900 kg per hektare.

Halaman:

Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya
Tanaman Penyelamat Lingkungan: Mencegah Banjir dan Longsor
Tanaman Penyelamat Lingkungan: Mencegah Banjir dan Longsor
Varietas Tanaman
Potensi Sabut Kelapa yang Masih Terbuang
Potensi Sabut Kelapa yang Masih Terbuang
Varietas Tanaman
Pelajaran Swasembada Gula Nasional
Pelajaran Swasembada Gula Nasional
Varietas Tanaman
Mengandaikan Generasi Z Menjadi Agripreneurship
Mengandaikan Generasi Z Menjadi Agripreneurship
Tips
Transformasi Kelapa: Dari Komoditas Tradisional ke Industri Bernilai Tinggi
Transformasi Kelapa: Dari Komoditas Tradisional ke Industri Bernilai Tinggi
Varietas Tanaman
Aroma Kopi Jawa Timur: Potensi dari Lereng Ijen hingga Lembah Argopuro
Aroma Kopi Jawa Timur: Potensi dari Lereng Ijen hingga Lembah Argopuro
Varietas Tanaman
Ekonomi Babel: Lada Sebagai Andalan, Bukan Timah
Ekonomi Babel: Lada Sebagai Andalan, Bukan Timah
Varietas Tanaman
Masa Depan Pala Banda
Masa Depan Pala Banda
Varietas Tanaman
Revitalisasi Kebun Teh: Menyatukan Alam, Wisata, dan Harapan
Revitalisasi Kebun Teh: Menyatukan Alam, Wisata, dan Harapan
Varietas Tanaman
Pasar Organik dan Produk Perkebunan
Pasar Organik dan Produk Perkebunan
Varietas Tanaman
DNA Petani Kita, Tangguh di Era Modernisasi
DNA Petani Kita, Tangguh di Era Modernisasi
Perawatan
Menikmati Renyahnya Potensi Kenari Ternate
Menikmati Renyahnya Potensi Kenari Ternate
Varietas Tanaman
Menata Ulang Kemitraan Gula: Jalan Menuju Kemandirian
Menata Ulang Kemitraan Gula: Jalan Menuju Kemandirian
Varietas Tanaman
Kluwek: Rahasia Kepayang pada Kuliner Nusantara
Kluwek: Rahasia Kepayang pada Kuliner Nusantara
Varietas Tanaman
Bongkar Ratoon Tebu, Jalan Cepat Swasembada Gula
Bongkar Ratoon Tebu, Jalan Cepat Swasembada Gula
Varietas Tanaman
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau