Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kuntoro Boga
Direktur Hilirisasi Hasil Perkebunan, Kementan

Praktisi, Peneliti dan Pengamat Pertanian

Bisnis Domestik dan Ekspor Kacang Mete

Kompas.com - 11 Juli 2025, 17:29 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

KACANG mete (Anacardium occidentale) merupakan komoditas perkebunan yang eksotis dan potensial di Indonesia, baik untuk pasar domestik maupun ekspor.

Berdasarkan data Ditjen Perkebunan Kementerian Pertanian, sekitar 99,8 persen dari total produksi nasional mete sekitar 150.000 ribu ton/tahun dihasilkan oleh petani kecil atau perkebunan rakyat.

Meski begitu, angka tersebut masih tertinggal jauh dibanding negara-negara produsen utama dunia seperti Vietnam dan India.

Vietnam, misalnya, mampu mengekspor rata-rata sekitar 3 juta ton mete dengan pangsa 41 persen pasar global.

Di tahun 2019, Indonesia masih berada di peringkat ke-10 dunia dalam produksi kacang mete mentah.

Namun, peluang ekspor tetap terbuka lebar. Sepanjang tahun 2023, nilai ekspor mete Indonesia mencapai 51,6 juta dolar AS (sekitar Rp 841 miliar) dengan volume 62,8 juta kilogram.

Baca juga: Menembus Pasar Premium Organik

Pasar utama ekspor mete Indonesia adalah Vietnam (55 persen), India (23 persen), serta sebagian lainnya ke Amerika Serikat dan negara-negara lain.

Sayangnya, produktivitas kacang mete Indonesia masih tergolong rendah, yakni berkisar antara 434-800 kilogram per hektar, jauh di bawah capaian Vietnam dan India yang bisa mencapai 1.500-2.000 kilogram per hektar.

Rendahnya produktivitas ini menjadi tantangan serius dalam upaya mengejar daya saing global.

Di sisi lain, pemerintah terus mendorong perluasan pasar baru dan strategi hilirisasi untuk meningkatkan nilai tambah.

Langkah-langkah strategis tersebut termasuk promosi ekspor produk mete olahan serta pemberdayaan UMKM sebagai pelaku utama dalam mata rantai industri mete nasional.

UMKM memiliki peran vital dalam pengolahan dan distribusi kacang mete. Sentra produksi utama tersebar di Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Tenggara, dan Jawa Timur, dengan kapasitas sekitar 30.000–50.000 ton per tahun di masing-masing daerah.

Selepas panen, kacang mete mentah biasanya dijual dalam bentuk gelondongan ke pabrik pengolahan, baik di dalam negeri maupun untuk ekspor. UMKM berperan penting dalam proses pascapanen hingga ke pasar.

Beberapa kisah sukses seperti East Bali Cashew (EBC), yang mempekerjakan lebih dari 350 orang dan mengekspor ke tujuh negara, menunjukkan potensi besar mete Indonesia di pasar global.

Selain itu, UMKM seperti Renjana (Surabaya) dan Kedai Bunly (Sulawesi Selatan) berhasil menembus pasar ekspor ASEAN. Mereka mengemas mete sebagai produk camilan premium dengan pendekatan kreatif dan digital marketing.

Strategi branding dan peluang pasar global

Penguatan branding berbasis lokalitas dan kualitas menjadi strategi penting untuk meningkatkan nilai tambah kacang mete Indonesia di pasar global.

Pelaku usaha seperti Renjana, misalnya, menyadari bahwa mete yang mereka olah adalah produk lokal yang termasuk kategori premium.

Mereka pun memilih mengemasnya sebagai camilan eksklusif dengan kemasan menarik dan narasi asal-usul yang kuat.

Sertifikasi seperti bebas gluten, vegan, dan nol kolesterol menambah daya tarik produk Indonesia di mata konsumen global.

Baca juga: Liberika dan Excelsa: Jejak Eksotisme Kopi Nusantara

Branding yang menonjolkan keaslian dan cerita khas daerah, seperti mete Flores atau Kupang dengan rasa dan metode tradisional, makin memperkuat identitas produk sebagai bagian dari kekayaan kuliner Nusantara.

Dari sisi hulu, Kementerian Pertanian melalui Badan Perakitan dan Modernisasi Pertanian (BRMP, dulu bernama Balitbangtan) telah merilis lima varietas unggul, seperti GG-1 dan MR-851, yang memiliki produktivitas tinggi dan cita rasa khas.

Penelitian menunjukkan bahwa ukuran biji, kerenyahan, serta rasa mete Indonesia menjadi nilai jual yang sangat potensial.

Beberapa eksportir dunia justru mengakui bahwa mete dari Indonesia memiliki keunggulan dari sisi ukuran dan cita rasa dibanding produk negara lain.

Oleh karena itu, menjaga mutu mulai dari proses budidaya hingga pascapanen adalah prasyarat agar produk mete Indonesia tetap kompetitif di pasar ekspor.

Strategi pemasaran yang terintegrasi, termasuk promosi daring dan pelibatan komunitas lokal, semakin penting dalam membangun brand mete Indonesia.

UMKM seperti Renjana telah memanfaatkan platform e-commerce dan mengikuti pameran kampus untuk menjangkau pembeli luar negeri.

Di sisi lain, sertifikasi halal, organik, atau label “fair-trade” menjadi nilai tambah bagi pasar global yang kian peduli terhadap keberlanjutan dan tanggung jawab sosial.

Kisah sukses seperti EBC yang menonjolkan kemitraan dengan petani lokal Bali-NTT, serta Bunly dan Renjana yang menekankan aspek pemberdayaan komunitas, menunjukkan bagaimana local pride dapat menjadi elemen kunci dalam storytelling produk “premium Indonesia”.

Tren global saat ini sangat mendukung perluasan pasar mete Indonesia. Konsumen di Eropa, AS, dan Asia semakin beralih ke pola makan berbasis nabati (plant-based) dan camilan sehat.

Kacang mete digolongkan sebagai superfood karena kandungan proteinnya yang tinggi, lemak tak jenuh, serta vitamin E yang mendukung gaya hidup sehat.

Menurut Grand View Research, nilai pasar camilan mete global diperkirakan mencapai 3,08 miliar dolar AS (Sekitar Rp 50 triliun) pada 2023 dan terus tumbuh sekitar 4,2 persen per tahun hingga 2030.

Lingkungan dan sosial

Aspek keberlanjutan menjadi salah satu fokus utama dalam pengembangan komoditas kacang mete di Indonesia.

Dari sisi lingkungan, tanaman jambu mete tergolong ramah iklim karena mampu tumbuh di tanah marginal dan tahan terhadap musim kemarau.

Baca juga: Mengelola Dinamika Pasar dan Industri Kelapa Bulat

Selain berfungsi sebagai penghasil pangan dan sumber ekonomi, pohon mete juga berkontribusi dalam konservasi lahan. Akar pohonnya mampu menahan erosi dan batangnya yang keras cocok untuk rehabilitasi lahan tandus.

Jika manfaat ekonominya dirasakan secara langsung, petani akan lebih terdorong untuk memelihara pohon mete secara jangka panjang sebagai sumber penghidupan yang berkelanjutan.

Pemerintah juga mendorong peremajaan tanaman tua melalui program BUN-500 dan penyediaan varietas unggul seperti GG-1 dan MR-851, yang dirancang agar cocok dengan kondisi agroklimat di berbagai wilayah Indonesia.

Keberlanjutan juga tercermin dalam pemanfaatan limbah industri mete. Salah satu limbah utama, yaitu kulit biji mete (shell), kaya akan Cashew Nut Shell Liquid (CNSL), zat yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar, pelumas, perekat, hingga pestisida nabati.

Pemanfaatan limbah ini tidak hanya bernilai ekonomis tinggi, tetapi juga mendukung ekonomi sirkular dan mengurangi pencemaran lingkungan.

Sejumlah pelaku usaha lokal bahkan telah mengolah kulit mete menjadi arang dan briket. Di sisi lain, pemberdayaan sosial menjadi elemen penting, terutama untuk kelompok rentan seperti perempuan dan pemuda di desa.

Kisah sukses dari pelaku usaha seperti East Bali Cashew (EBC) dan Kedai Bunly membuktikan bahwa mete dapat menjadi instrumen pembangunan sosial-ekonomi lokal.

EBC mendapat penghargaan dari Amerika Serikat karena dinilai berhasil menyejahterakan petani lokal di Bali dan menarik investasi untuk masyarakat sekitar.

Sementara itu, Kedai Bunly di Sulawesi Selatan, dengan dukungan pembiayaan dari BRI, mampu menyerap hasil panen puluhan petani dan mendistribusikannya ke pasar hotel dan transportasi antarkota.

Inisiatif-inisiatif seperti ini menjadi bagian dari upaya hilirisasi dan penciptaan rantai nilai mete yang berkelanjutan.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang


Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya
Briket Arang Kelapa: Limbah Jadi Komoditas Ekspor
Briket Arang Kelapa: Limbah Jadi Komoditas Ekspor
Varietas Tanaman
Tanaman Penyelamat Lingkungan: Mencegah Banjir dan Longsor
Tanaman Penyelamat Lingkungan: Mencegah Banjir dan Longsor
Varietas Tanaman
Potensi Sabut Kelapa yang Masih Terbuang
Potensi Sabut Kelapa yang Masih Terbuang
Varietas Tanaman
Pelajaran Swasembada Gula Nasional
Pelajaran Swasembada Gula Nasional
Varietas Tanaman
Mengandaikan Generasi Z Menjadi Agripreneurship
Mengandaikan Generasi Z Menjadi Agripreneurship
Tips
Transformasi Kelapa: Dari Komoditas Tradisional ke Industri Bernilai Tinggi
Transformasi Kelapa: Dari Komoditas Tradisional ke Industri Bernilai Tinggi
Varietas Tanaman
Aroma Kopi Jawa Timur: Potensi dari Lereng Ijen hingga Lembah Argopuro
Aroma Kopi Jawa Timur: Potensi dari Lereng Ijen hingga Lembah Argopuro
Varietas Tanaman
Ekonomi Babel: Lada Sebagai Andalan, Bukan Timah
Ekonomi Babel: Lada Sebagai Andalan, Bukan Timah
Varietas Tanaman
Masa Depan Pala Banda
Masa Depan Pala Banda
Varietas Tanaman
Revitalisasi Kebun Teh: Menyatukan Alam, Wisata, dan Harapan
Revitalisasi Kebun Teh: Menyatukan Alam, Wisata, dan Harapan
Varietas Tanaman
Pasar Organik dan Produk Perkebunan
Pasar Organik dan Produk Perkebunan
Varietas Tanaman
DNA Petani Kita, Tangguh di Era Modernisasi
DNA Petani Kita, Tangguh di Era Modernisasi
Perawatan
Menikmati Renyahnya Potensi Kenari Ternate
Menikmati Renyahnya Potensi Kenari Ternate
Varietas Tanaman
Menata Ulang Kemitraan Gula: Jalan Menuju Kemandirian
Menata Ulang Kemitraan Gula: Jalan Menuju Kemandirian
Varietas Tanaman
Kluwek: Rahasia Kepayang pada Kuliner Nusantara
Kluwek: Rahasia Kepayang pada Kuliner Nusantara
Varietas Tanaman
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau