Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

5 Jenis Media Tanam Anorganik yang Sering Digunakan

Kompas.com, 3 Juni 2023, 15:53 WIB
Siti Nur Aeni

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Media tanam menjadi salah satu faktor penentu keberhasilan budidaya tanaman. Maka dari itu, pemilihan media tanam harus dilakukan dengan benar.

Secara umum, jenis media tanam terbagi menjadi dua yakni media tanam organik dan anorganik. Keduanya memiliki kekurangan dan kelebihannya masing-masing.

Pada kesempatan kali ini, kita akan mengulas jenis media tanam anorganik yang biasa digunakan untuk menanam tanaman. Mengutip dari Cybext Kementerian Pertanian, Sabtu (3/6/2023), simak penjelasannya berikut ini.

Baca juga: Syarat dan Cara Membuat Media Tanam untuk Mengisi Polybag

1. Hidrogel

Hidrogel atau gel adalah kristal polimer yang sering digunakan sebagai media tanam hidroponik. Penggunaan media tanam ini sangat efisien dan praktis karena tidak perlu mengganti secara rutin, menyiram, maupun memupuk.

Ilustrasi hidrogel sebagai media tanam di dalam vas. SHUTTERSTOCK/PROSTO PHOTOS Ilustrasi hidrogel sebagai media tanam di dalam vas.

Media tanam ini juga memiliki banyak warna sehingga lebih menarik dan bisa disesuaikan dengan selera. Hampir seluruh jenis tanaman dalam ruangan biasanya menggunakan media tanam ini.

Akan tetapi, hidrogel kurang cocok untuk tanaman hias yang akarnya keras seperti tanaman bonsai. Media tanam ini biasa digunakan sebagai pengganti tanah untuk mengangkut tanaman jarak jauh.

Tujuannya agar kelembapan tanaman tetap terjaga. Kelebihan hidrogel yaitu membuat tanaman terlihat lebih cantik karena hidrogel memiliki warna yang beragam.

Baca juga: Cara Membuat Media Tanam Organik untuk Sayuran di Polybag

2. Pasir

Selain hidrogel, media tanam anorganik lainnya yaitu pasir. Sejauh ini, pasir banyak digunakan sebagai media semai.

Hal tersebut dikarenakan media tanam ini bersifat cepat kering, sehingga akan mempermudah proses pengangkatan bibit yang hendak dipindah tanam ke media lain. Sementara itu, bobot pasir yang cukup beras dapat mempermudah tegaknya stek batang.

Keunggulan lain dari media tanam pasir yaitu mudah digunakan dan meningkatkan sistem aerasi serta drainase. Akan tetapi, media tanam ini memerlukan pengairan dan pemupukan yang intensif.

Pasalnya, pasir jarang digunakan sebagai media tanam tunggal. Biasanya, pasir dicampurkan dengan media tanam lain seperti kerikil atau bahan organik yang disesuaikan dengan jenis tanaman.

Baca juga: 8 Media Tanam Organik yang Mudah Didapatkan

Meskipun cukup efektif untuk menanam, sebaiknya tidak menggunakan pasir pantai atau pasir dari daerah bersalinitas tinggi. Hal tersebut dikarenakan pasir pasar mengandung garam tinggi yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman.

Ilustrasi tanaman menggunakan media tanam kerikilShutterstock/Christina Siow Ilustrasi tanaman menggunakan media tanam kerikil

3. Kerikil

Pada dasarnya, penggunaan kerikil sebagai media tanam tidak berbeda jauh dengan media tanam pasir. Hanya saja, kerikil mempunyai pori-pori makro yang lebih banyak dibandingkan pasir.

Kering biasanya digunakan sebagai media tanam hidroponik. Penggunaan media tanam ini akan membantu peredaran unsur hara dan udara.

Media tanam ini tidak akan menekan pertumbuhan akar. Akan tetapi, kerikil mempunyai kemampuan mengikat air yang rendah sehingga mudah basah dan cepat kering saat disiram.

Baca juga: Cara Membuat Sekam Padi Bakar, Bisa Menjadi Media Tanam

Meskipun demikian, saat ini mulai banyak jenis kerikil sintesis yang sifatnya menyerupai batu apung yakni memiliki rongga udara dan bobotnya ringan. Kelebihan kerikil sintesis dibandingkan kerikil biasa yaitu bisa menyerap air dengan baik.

Selain itu, sistem drainase yang dihasilkan juga lebih baik sehingga dapat mempertahankan kelembapan dan sirkulasi udara media tanam.

4. Pecahan batu bata

Jenis media tanam anorganik lainnya yaitu pecahan batu bata. Sama halnya dengan media tanam anorganik lainnya, batu bata juga berfungsi untuk melekatkan akar.

Ukuran batu bata yang biasa digunakan sekitar 2 hingga 3 cm. Semakin kecil ukurannya, daya serap air dan unsur haranya semakin baik.

Ukuran batu bata yang kecil juga membuat sirkulasi udara dan kelembapan di sekitar akan berlangsung dengan baik. Sayangnya, media tanam ini miskin hara dan kebersihan serta kesterilan batu bata tidak terjamin.

Maka dari itu, penggunaan media tanam ini perlu dibarengi dengan aplikasi pupuk kandang yang dosisnya disesuaikan dengan kebutuhan tanaman.

Baca juga: 6 Media Tanam Terarium yang Mudah Didapat

Media tanam batu bata cocok digunakan sebagai media tanam di dasar pot karena memiliki drainase dan aerasi yang baik. Tanaman yang cocok menggunakan media tanam ini yaitu tanaman anggrek.

Ilustrasi media tanam sponsShutterstock/KeumalaHayati Ilustrasi media tanam spons

5. Spons

Spons merupakan media tanam anorganik yang ringan, sehingga mudah dipindahkan. Walaupun demikian, setelah disiram air media tanam ini menjadi berat dan bisa menegakkan tanaman.

Kelebihan spons yaitu dapat menyerap air dan unsur hara dengan efektif. Akan tetapi, spons termasuk media tanam yang tidak tahan lama dan mudah hancur, maka dari itu perlu rutin diganti.

Media tanam ini sangat cocok untuk tanaman hias bunga potong dan biasanya digunakan hanya sementara waktu.

Baca juga: Bahan Pembuatan Media Tanam, Apa Saja?

Itulah beberapa jenis media tanam anorganik yang sering digunakan. Selain kelima jenis media tanam yang telah disebutkan, masih ada beberapa jenis media tanam lain. Penggunaan media tanam dapat disesuaikan dengan kebutuhan tanaman.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang


Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya
Belajar dari Sukun Kukus: Menguatkan Ketahanan Pangan lewat Keanekaragaman
Belajar dari Sukun Kukus: Menguatkan Ketahanan Pangan lewat Keanekaragaman
Varietas Tanaman
Halusinasi Negara Agraris
Halusinasi Negara Agraris
Tips
Waktunya Jujur: Petani Butuh Fakta, Bukan Ilusi Statistik
Waktunya Jujur: Petani Butuh Fakta, Bukan Ilusi Statistik
Tips
Jangan Korbankan Teh: Investasi Hijau untuk Masa Depan
Jangan Korbankan Teh: Investasi Hijau untuk Masa Depan
Varietas Tanaman
Mengungkap Potensi Kedawung yang Terabaikan
Mengungkap Potensi Kedawung yang Terabaikan
Varietas Tanaman
Briket Arang Kelapa: Limbah Jadi Komoditas Ekspor
Briket Arang Kelapa: Limbah Jadi Komoditas Ekspor
Varietas Tanaman
Tanaman Penyelamat Lingkungan: Mencegah Banjir dan Longsor
Tanaman Penyelamat Lingkungan: Mencegah Banjir dan Longsor
Varietas Tanaman
Potensi Sabut Kelapa yang Masih Terbuang
Potensi Sabut Kelapa yang Masih Terbuang
Varietas Tanaman
Pelajaran Swasembada Gula Nasional
Pelajaran Swasembada Gula Nasional
Varietas Tanaman
Mengandaikan Generasi Z Menjadi Agripreneurship
Mengandaikan Generasi Z Menjadi Agripreneurship
Tips
Transformasi Kelapa: Dari Komoditas Tradisional ke Industri Bernilai Tinggi
Transformasi Kelapa: Dari Komoditas Tradisional ke Industri Bernilai Tinggi
Varietas Tanaman
Aroma Kopi Jawa Timur: Potensi dari Lereng Ijen hingga Lembah Argopuro
Aroma Kopi Jawa Timur: Potensi dari Lereng Ijen hingga Lembah Argopuro
Varietas Tanaman
Ekonomi Babel: Lada Sebagai Andalan, Bukan Timah
Ekonomi Babel: Lada Sebagai Andalan, Bukan Timah
Varietas Tanaman
Masa Depan Pala Banda
Masa Depan Pala Banda
Varietas Tanaman
Revitalisasi Kebun Teh: Menyatukan Alam, Wisata, dan Harapan
Revitalisasi Kebun Teh: Menyatukan Alam, Wisata, dan Harapan
Varietas Tanaman
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau