Angka ini menunjukkan bahwa Indonesia merupakan pengolah kakao terbesar kedua di dunia, terutama dalam kategori mentega, lemak, dan minyak kakao.
Tren ini membuka peluang untuk menggeser fokus dari ekspor biji mentah ke pengembangan produk bernilai tambah, termasuk cokelat premium.
Salah satu langkah strategis untuk meningkatkan daya saing kakao Indonesia di pasar global adalah melalui sertifikasi Indikasi Geografis (GI).
Baca juga: Kapulaga: Rempah Bernilai Tinggi untuk Kesehatan dan Ekspor
Sejumlah daerah penghasil kakao, seperti Kakao Berau, telah mendapatkan status GI yang membuktikan bahwa kakao Indonesia mampu bersaing di segmen premium.
Status ini tidak hanya meningkatkan nilai ekonomi produk, tetapi juga melindungi identitas lokal dari eksploitasi pasar global.
Integrasi kakao Indonesia dalam rantai pasok global juga semakin terbuka dengan adanya kolaborasi dengan produsen cokelat GI Eropa, seperti Cioccolato di Modica.
Dengan terus memperluas sertifikasi dan menjaga kualitas produksi, kakao Indonesia berpotensi menjadi bahan utama dalam industri cokelat premium dunia.
Meskipun memiliki potensi besar, industri kakao Indonesia masih menghadapi tantangan dalam meningkatkan kualitas dan produktivitas.
Salah satu kendala utama adalah usia tanaman yang semakin tua dan menyebabkan penurunan hasil panen.
Saat ini, lebih dari 90 persen perkebunan kakao dikelola oleh petani kecil dengan tanaman berusia di atas 25 tahun, sehingga produktivitasnya terus menurun.
Data menunjukkan bahwa hasil panen per hektar di Sulawesi Selatan mengalami penurunan dari 0,77 ton pada 2009 menjadi 0,61 ton pada 2018. Jika tidak segera dilakukan peremajaan, ada risiko besar bahwa lahan kakao akan beralih ke komoditas lain.
Saat ini, kualitas pascapanen yang rendah menjadi penghambat utama bagi ekspor kakao Indonesia.
Menurut data Pusdatin, Kementan, pada tahun 2022, ekspor kakao Indonesia didominasi oleh produk olahan/manufaktur, mencapai 94,96 persen dari total ekspor, sementara hanya 5,04 persen yang diekspor dalam bentuk biji kakao mentah.
Mengenai kualitas, sebagian besar biji kakao yang diproduksi di Indonesia memang tidak melalui proses fermentasi optimal, yang berdampak pada rendahnya mutu biji kakao.
Hal ini menyebabkan biji kakao Indonesia sering kali dikategorikan sebagai berkualitas rendah di pasar internasional.
Baca juga: Mengenal Gula Bit: Inovasi Pemanis