Proses fermentasi yang buruk menyebabkan harga biji kakao Indonesia di pasar internasional mengalami pemotongan hingga 10-15 persen.
Selain kendala produksi dan pascapanen, serangan hama dan perubahan iklim juga menjadi tantangan serius bagi petani kakao.
Hama penggerek buah kakao (PBK) dan penyakit vascular streak dieback (VSD) dapat menyebabkan kehilangan hingga 40 persen hasil panen.
Sementara itu, perubahan iklim yang ditandai dengan pola hujan tidak menentu dan peningkatan suhu turut mengganggu siklus tanam.
Faktor-faktor ini semakin diperparah dengan keterbatasan akses petani terhadap teknologi, varietas unggul, pupuk, dan pelatihan teknik budidaya modern.
Untuk meningkatkan daya saing kakao Indonesia di pasar global, perlu dilakukan revolusi dalam proses pascapanen serta standarisasi mutu.
Penerapan Standar Nasional Indonesia (SNI 2323-2008) untuk biji kakao harus diperkuat dengan memberikan insentif bagi petani yang menerapkan fermentasi yang baik.
Selain itu, perlu dilakukan pelatihan teknis dan pendampingan oleh lembaga seperti Pusat Standardisasi Instrumen Perkebunan (PSI Perkebunan) agar petani dapat meningkatkan kualitas hasil panennya.
Upaya peremajaan tanaman juga harus menjadi prioritas melalui program seperti Gerakan Nasional Kakao (Gernas Kakao).
Program ini dapat diperkuat dengan mengganti tanaman tua dengan varietas unggul tahan hama, seperti Sulawesi 2 dan Sulawesi 3.
Baca juga: Bahan Bakar Nabati Alternatif Selain Sawit
Selain itu, pemerintah perlu memberikan subsidi untuk pupuk dan alat pertanian modern guna menekan biaya produksi dan meningkatkan efisiensi budidaya.
Di sisi hilirisasi, diversifikasi produk olahan berbasis kakao dapat memberikan nilai tambah yang lebih besar bagi industri kakao nasional.
Konsep bean-to-bar, yang mengedepankan single-origin chocolate, dapat didukung dengan pelatihan bagi industri kecil dan menengah (IKM) serta petani.
Selain itu, kolaborasi dengan sektor pariwisata, seperti program tur kebun kakao, dapat menjadi strategi efektif memperkenalkan cokelat premium Indonesia ke pasar global.
Dalam skala internasional, kemitraan dengan organisasi seperti ICCO dan Uni Eropa dapat membuka akses pasar serta meningkatkan transfer teknologi.
Sertifikasi keberlanjutan, seperti Rainforest Alliance dan Indikasi Geografis, harus menjadi prioritas untuk memastikan bahwa kakao Indonesia memenuhi standar premium.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.