Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kuntoro Boga
Direktur Hilirisasi Hasil Perkebunan, Kementan

Praktisi, Peneliti dan Pengamat Pertanian

Mendorong Nilai Tambah di Negeri Seribu Kelapa

Kompas.com, 28 Oktober 2025, 18:23 WIB

Artikel ini adalah kolom, seluruh isi dan opini merupakan pandangan pribadi penulis dan bukan cerminan sikap redaksi.

Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

LANGIT cerah menyambut kedatangan saya di Halmahera Utara, Maluku Utara. Sepanjang mata memandang, lanskap desa-desa di kawasan ini dipenuhi hamparan pohon kelapa yang menjulang tinggi.

Tak heran daerah ini kerap dijuluki “negeri seribu kelapa”, saking melimpahnya sumber daya kelapa di setiap penjuru.

Ironisnya, meski potensi kelapa begitu melimpah, kesejahteraan para petani kelapa setempat masih jauh dari optimal.

Pemerintah Kabupaten Halmahera Utara pernah menyoroti bahwa melimpahnya potensi kelapa di daerah ini belum dibarengi dengan peningkatan kesejahteraan petaninya.

Artinya, selama bertahun-tahun kekayaan “emas hijau” ini belum memberikan nilai tambah berarti bagi masyarakat lokal.

Di banyak tempat penjuru Nusantara, buah kelapa hanya diambil dagingnya untuk dibuat kopra atau santan, serta airnya untuk diminum. Sementara bagian lainnya, sabut dan tempurung, kerap terbuang percuma.

Baca juga: Kopi Toraja, Primadona di Negeri Sakura

Pola lama ini membuat nilai ekonomi kelapa tidak optimal. Petani menjual kelapa dalam bentuk mentah atau kopra dengan harga murah, sehingga keuntungan terbesar dinikmati pihak lain di rantai hilir.

Kawasan Maluku Utara pun tak luput dari pola tersebut, sebelum munculnya inisiatif hilirisasi industri kelapa di daerah ini.

Potensi melimpah belum dioptimalkan

Data Kementerian Pertanian menunjukkan besarnya potensi komoditas kelapa di Maluku Utara, yang memiliki sekitar 204.000 hektare kebun kelapa dan dikelola oleh sekitar 116.000 petani.

Sejak masa kolonial, kelapa telah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Halmahera Utara. Awalnya ditanam untuk kebutuhan rumah tangga sebelum berkembang menjadi komoditas perdagangan.

Namun, rantai bisnis kelapa tradisional masih terhenti pada tahap produksi kopra bernilai rendah. Petani hanya menjual kelapa mentah atau membuat kopra kering untuk dijual ke pengepul, sehingga nilai tambah produk banyak hilang ketika dikirim keluar daerah.

Kondisi ini menyebabkan potensi ekonomi kelapa belum memberikan manfaat maksimal bagi masyarakat lokal.

Perputaran uang di desa-desa penghasil kelapa masih terbatas karena produk yang dihasilkan belum diolah lebih lanjut.

Seorang manager industri kelapa di sana menyebut harga kelapa mentah di tingkat petani beberapa waktu lalu, hanya sekitar Rp 1.000 per butir. Padahal bila diolah menjadi produk turunan seperti santan atau air kelapa, nilainya bisa meningkat berkali lipat.

Hal ini menegaskan pentingnya hilirisasi agar masyarakat tidak sekadar menjadi pemasok bahan mentah, melainkan pelaku utama dalam rantai industri bernilai tinggi.

Halaman:

Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya
Asa Pohon Mete di Tanah Gersang
Asa Pohon Mete di Tanah Gersang
Varietas Tanaman
Belajar dari Sukun Kukus: Menguatkan Ketahanan Pangan lewat Keanekaragaman
Belajar dari Sukun Kukus: Menguatkan Ketahanan Pangan lewat Keanekaragaman
Varietas Tanaman
Halusinasi Negara Agraris
Halusinasi Negara Agraris
Tips
Waktunya Jujur: Petani Butuh Fakta, Bukan Ilusi Statistik
Waktunya Jujur: Petani Butuh Fakta, Bukan Ilusi Statistik
Tips
Jangan Korbankan Teh: Investasi Hijau untuk Masa Depan
Jangan Korbankan Teh: Investasi Hijau untuk Masa Depan
Varietas Tanaman
Mengungkap Potensi Kedawung yang Terabaikan
Mengungkap Potensi Kedawung yang Terabaikan
Varietas Tanaman
Briket Arang Kelapa: Limbah Jadi Komoditas Ekspor
Briket Arang Kelapa: Limbah Jadi Komoditas Ekspor
Varietas Tanaman
Tanaman Penyelamat Lingkungan: Mencegah Banjir dan Longsor
Tanaman Penyelamat Lingkungan: Mencegah Banjir dan Longsor
Varietas Tanaman
Potensi Sabut Kelapa yang Masih Terbuang
Potensi Sabut Kelapa yang Masih Terbuang
Varietas Tanaman
Pelajaran Swasembada Gula Nasional
Pelajaran Swasembada Gula Nasional
Varietas Tanaman
Mengandaikan Generasi Z Menjadi Agripreneurship
Mengandaikan Generasi Z Menjadi Agripreneurship
Tips
Transformasi Kelapa: Dari Komoditas Tradisional ke Industri Bernilai Tinggi
Transformasi Kelapa: Dari Komoditas Tradisional ke Industri Bernilai Tinggi
Varietas Tanaman
Aroma Kopi Jawa Timur: Potensi dari Lereng Ijen hingga Lembah Argopuro
Aroma Kopi Jawa Timur: Potensi dari Lereng Ijen hingga Lembah Argopuro
Varietas Tanaman
Ekonomi Babel: Lada Sebagai Andalan, Bukan Timah
Ekonomi Babel: Lada Sebagai Andalan, Bukan Timah
Varietas Tanaman
Masa Depan Pala Banda
Masa Depan Pala Banda
Varietas Tanaman
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau