Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cara Menanam Porang, Tanaman Komoditas Unggulan Kaya Manfaat

Kompas.com - 25 Agustus 2022, 18:27 WIB
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Porang (Amorphophallus muelleri) kini banyak dilirik oleh petani untuk ditanam. Porang adalah komoditas unggulan yang berorientasi ekspor. 

Dikutip dari Cybex Kementerian Pertanian RI, Kamis (25/8/2022), porang banyak digunakan untuk bahan baku tepung, kosmetik, penjernih air, dan untuk pembuatan lem dan jelly yang beberapa tahun terakhir kerap diekspor ke luar negeri, termasuk Jepang dan China.

Tanaman porang bisa tumbuh sampai 1,5 meter tingginya dan mampu menghasilkan sejumlah umbi-umbian yang banyak. Tanaman ini umumnya tumbuh di bawah pepohonan penyangga seperti pohon jati.

Baca juga: Manfaat Tanaman Porang, dari Bahan Pangan hingga Bahan Baku Industri

Hasil panen tanaman porang di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat.KOMPAS.COM/FIRMAN TAUFIQURRAHMAN Hasil panen tanaman porang di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat.

Selain itu, tanaman ini juga memiliki kandungan zat glucomanan dan biasa dijadikan sebagai bahan utama untuk produk lem, jelly, tepung, kosmetik dan penjernih air.

Dalam satu hektar lahan umumnya bisa ditanam hingga 40.000 bibit porang.

Waktu panen budidaya porang berkisar 1,5 tahun pasca penanaman dengan setiap tanaman yang akan memiliki berat sekitar 2 kg, artinya setiap hektar akan mampu menghasilkan 80 ton porang.

Untuk Anda yang ingin budidaya tanaman yang prospektif ini, berikut cara menanam porang yang perlu diketahui.

Baca juga: Apa Itu Tanaman Porang?

1. Syarat tumbuh

Syarat tumbuh agar tanaman porang bisa tumbuh secara maksimal dan juga subur. Tanaman porang memang mampu tumbuh pada jenis tanah apa saja.

Namun, untuk memperoleh hasil yang baik, Anda disarankan untuk menyiapkan suatu tanah yang gembur dan juga subur, serta tidak tergenang air. Pastikan tingkat keasaman tanah atau pH berada antara 6 hingga 7.

Tanaman porang membutuhkan naungan agar bisa tumbuh dengan baik. Tingkat kerapatan naungannya harus minimal 40 persen.

Umumnya, naungan yang tepat adalah pepohonan jenis jati, mahone, dan sonokeling.

Baca juga: Pabrik Pengolahan Porang Jadi Beras Akan Dibangun di Madiun, Produksi 8 Ton Sehari

Seorang petani di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, sedang mengolah hasil panen umbo porang.KOMPAS.COM/FIRMAN TAUFIQURRAHMAN Seorang petani di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, sedang mengolah hasil panen umbo porang.

Tanaman ini mempunyai sifat khusus, yaitu toleransi yang sangat tinggi pada naungan ataupun tempat teduh. Tanaman bisa tumbuh dengan ketinggian 0 sampai 700 mdpl.

Namun demikian, ketinggian yang paling ideal untuk melakukan budidaya porang adalah 100 hingg 600 mdpl.

2. Teknik budidaya

Budidaya porang bisa dilakukan dengan cara generatif ataupun vegetatif. Umumnya, memerlukan waktu kurang lebih selama empat tahun agar bisa berbunga dan menghasilkan suatu biji.

Teknik pengembangbiakkan bisa dilakukan dengan berbagai cara, yaitu sebagai berikut.

Baca juga: 57 Ton Porang dari Kabupaten Bandung Diekspor ke China

Pengembangbiakkan dengan bintil atau katak

Katak adalah suatu bintil yang berwarna agak coklat kehitaman yang umumnya ada di pangkal atau tangkai daun tanaman porang. Di saat masa panen, katak akan disimpan, hingga saat musim hujan tiba agar bisa langsung ditanam di lahan yang sudah disiapkan.

Umumnya, 1 kg katak berisi hingga 100 butir katak.

Pengembangbiakkan dengan biji atau buah

Setiap empat tahun sekali, tanaman porang akan menghasilkan bunga yang nantinya akan menjadi biji ataupun buah.

Dalam satu tongkol buah akan menghasilkan biji sampai 250 butir yang digunakan sebagai suatu bibit porang dengan cara disemaikan terlebih dulu sebelumnya.

Hasil panen tanaman porang di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat.KOMPAS.com/FIRMAN TAUFIQURRAHMAN Hasil panen tanaman porang di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat.

Pengembangbiakkan dengan umbi

Umbi dengan ukuran yang kecil didapat dari hasil pengurangan tanaman yang sudah terlalu rapat sehingga harus dikurangi terlebih dahulu. Hasilnya, akan dikumpulkan dan juga dimanfaatkan sebagai bibit tanaman.

Adapun untuk umbi yang berukuran besar akan bisa dipecah sesuai dengan ukuran yang diinginkan lalu ditanam pada suatu lahan yang sudah disiapkan.

3. Persiapan lahan dan penanaman

Anda disarankan untuk menanam porang yang berada di bawah naungan pohon seperti pohon jati dan pohon mahoni.

Baca juga: Saat Perwakilan Negara Rumania Kepincut dengan Porang, Tawarkan Kerja Sama dengan Pemkot Madiun

Namun, Anda juga harus bisa menanam porang pada lahan yang terbuka asal bisa diberikan naungan seperti paranet intensitas sinar matahari tidak terlalu terik atau berlebihan.

Berikut beberapa hal yang harus disiapkan untuk menentukan lahan porang.

Pertama, bersihkan lahan yang hendak digunakan dari gulma dan juga berbagai sisa tanaman.
Setiap 4 hektar dijadikan 1 blok dan buatlah jalan pemeriksaan dengan lebar 2 meter sebagai batas balok.

Pasang ajir dengan jarak sebesar 1 x 1 meter, baik untuk umbi ataupun untuk katak. Buatlah suatu jalur dengan menggunakan cangkul selebar 0,5 meter, untuk bibit yang menggunakan katak yang sudah ditanam pada jalur yang sebelumnya sudah dicangkul.

Buatlah lubang tanam untuk bibit dengan menggunakan umbi dan ukuran lobang tersebut adalah sekitar 20x20x20 cm.

Baca juga: BRIN Teliti Porang sebagai Bahan Minuman Sehat Kaya Prebiotik

Berikanlah pupuk dasar sebelum umbi ditanam dengan pupuk bokashi sebanyak 0,5 kg per lubang dan dicampur dengan top soil, sedangkan untuk katak pupuk bokashi harus dicampur dengan tanah yang ada di sekitar ajir.

Hasil panen tanaman porang di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat.KOMPAS.COM/FIRMAN TAUFIQURRAHMAN Hasil panen tanaman porang di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat.

Setelah lahan yang tepat dan strategis untuk menanam porang sudah ditemukan. Anda harus memperhatikan cara dalam menanam porang.

Tanaman porang akan sangat baik ditanam ketika musim hujan, atau di bulan November sampai Desember. Berikut tahap menanam budidaya porang.

Pertama, bibit yang sebelumnya sudah dipilih harus dimasukkan satu persatu pada lubang tanam dengan letak bakal tunas yang harus menghadap atas. Setiap lubang diisi 1 bibit porang dan berjarak 1 x 1 meter.

Baca juga: BRIN Teliti Potensi Porang sebagai Bahan Pangan Sehat Rendah Kalori

Tutuplah lubang tanam dengan tanah yang memiliki tebal 3 cm.

4. Perawatan tanaman

Timbunlah pangkal batang porang dengan tanah yang ada di sekitarnya. Hal ini dilakukan agar guludan semakin tinggi. Peninggian ini berfungsi agar bisa menjaga ketegakan pada tanaman porang.

Gunakan jenis pupuk kompos untuk pemupukan pertama dan lakukanlah sebelum prosesnya ditanam. Pemupukan kedua bisa menggunakan jenis pupuk organik atau anorganik seperti pupuk NPK atau pupuk TSP dan dilakukan ketika tanaman porang sudah mulai tumbuh.

Lakukan penjarangan ketika sudah terlalu banyak tanaman porang yang tumbuh di dalam satu lubang tanam. Hal ini sangat penting dilakukan agar umbi bisa tumbuh dengan besar.

Baca juga: Tergiur Berbisnis Porang? Perhatikan Potensi Keuntungan dan Kerugiannya

5. Panen porang

Tanaman porang baru bisa pertama kali dipanen jika umurnya sudah mencapai usia dua tahun porang yang siap dipanen akan berbentuk umbi besar dengan berat yang tidak lebih dari 1 kg per umbi.

Adapun untuk umbi yang masih kecil, bisa ditanggalkan untuk dipanen kembali di tahun selanjutnya. Setelah itu, Anda bisa kembali memanen tanaman porang setahun sekali tanpa harus kembali menanam umbinya.

Ciri-ciri porang yang sudah siap dipanen adalah yang memiliki daun kering dan jatuh ke tanah. Satu pohon porang mampu menghasilkan umbi seberat 2 kg.

Dengan demikian, dalam 40.000 tanaman yang ada pada satu hektar lahan, Anda bisa panen sebanyak 80 ton umbi di tahun kedua. Setelah umbi tersebut panen, umbi harus dibersihkan dari lahan dan juga akarnya, lalu dipotong dan dijemur.

Baca juga: Warga Desa Tukang Makin Sejahtera Setelah Budidaya Porang, Banyak yang Beli Mobil

Ingatlah untuk tetap memotong umbi dengan benar, karena cara memotong yang Anda lakukan akan menentukan kualitas porang yang akan Anda hasilkan.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang


Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya
Tanaman Penyelamat Lingkungan: Mencegah Banjir dan Longsor
Tanaman Penyelamat Lingkungan: Mencegah Banjir dan Longsor
Varietas Tanaman
Potensi Sabut Kelapa yang Masih Terbuang
Potensi Sabut Kelapa yang Masih Terbuang
Varietas Tanaman
Pelajaran Swasembada Gula Nasional
Pelajaran Swasembada Gula Nasional
Varietas Tanaman
Mengandaikan Generasi Z Menjadi Agripreneurship
Mengandaikan Generasi Z Menjadi Agripreneurship
Tips
Transformasi Kelapa: Dari Komoditas Tradisional ke Industri Bernilai Tinggi
Transformasi Kelapa: Dari Komoditas Tradisional ke Industri Bernilai Tinggi
Varietas Tanaman
Aroma Kopi Jawa Timur: Potensi dari Lereng Ijen hingga Lembah Argopuro
Aroma Kopi Jawa Timur: Potensi dari Lereng Ijen hingga Lembah Argopuro
Varietas Tanaman
Ekonomi Babel: Lada Sebagai Andalan, Bukan Timah
Ekonomi Babel: Lada Sebagai Andalan, Bukan Timah
Varietas Tanaman
Masa Depan Pala Banda
Masa Depan Pala Banda
Varietas Tanaman
Revitalisasi Kebun Teh: Menyatukan Alam, Wisata, dan Harapan
Revitalisasi Kebun Teh: Menyatukan Alam, Wisata, dan Harapan
Varietas Tanaman
Pasar Organik dan Produk Perkebunan
Pasar Organik dan Produk Perkebunan
Varietas Tanaman
DNA Petani Kita, Tangguh di Era Modernisasi
DNA Petani Kita, Tangguh di Era Modernisasi
Perawatan
Menikmati Renyahnya Potensi Kenari Ternate
Menikmati Renyahnya Potensi Kenari Ternate
Varietas Tanaman
Menata Ulang Kemitraan Gula: Jalan Menuju Kemandirian
Menata Ulang Kemitraan Gula: Jalan Menuju Kemandirian
Varietas Tanaman
Kluwek: Rahasia Kepayang pada Kuliner Nusantara
Kluwek: Rahasia Kepayang pada Kuliner Nusantara
Varietas Tanaman
Bongkar Ratoon Tebu, Jalan Cepat Swasembada Gula
Bongkar Ratoon Tebu, Jalan Cepat Swasembada Gula
Varietas Tanaman
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau