Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Penyakit Pisang Berdarah dan Cara Mengendalikannya

Kompas.com - 24/09/2022, 14:52 WIB
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Pisang adalah salah satu buah populer yang banyak dikonsumsi masyarakat menjadi berbagai olahan makanan yang lezat dan bergizi. Tanaman pisang dapat tumbuh di dataran rendah maupun dataran tinggi.

Di Indonesia, pisang merupakan tanaman buah-buahan yang paling banyak ditanam petani dan produksinya paling tinggi dibanding dengan produksi komoditas buah yang lain. Menurut jenisnya tanaman pisang terdiri dari berbagai jenis misalnya pisang ambon, raja, susu, mas, kepok, dan lainnya.

Dalam budidaya pisang, penyakit adalah salah satu hal yang perlu diwaspadai. Penyakit dapat membuat pohon pisang rusak hingga mati.

Baca juga: Manfaat Memotong Jantung dan Membungkus Tandan Buah Pisang

Ilustrasi pohon pisang Cavendish, menanam pisang Cavendish. SHUTTERSTOCK/PP1 Ilustrasi pohon pisang Cavendish, menanam pisang Cavendish.

Salah satu penyakit tanaman pisang adalah penyakit darah atau layu bakteri. Serangan penyakit ini sudah cukup luas sebarannya, baik di sentra-sentra produksi maupun di tingkat petani.

Jenis pisang yang diserang pun merupakan jeni-jenis yang bernilai ekonomis tinggi, misalnya pisang kepok, pisang ambon, dan pisang raja.

Dikutip dari laman Cybex Kementerian Pertanian RI, Sabtu (24/9/2022), penyakit layu bakteri atau penyakit darah disebabkan oleh Ralstonia (Pseudomonas) solanacearump.v.celebensis.

Infeksi bakteri pada tanaman akan menyebabkan jaringan xylem mengalami nekrosis berwarna kecoklatan dan menyebar dari bonggol sampai ketan dan buah atau bunga. Kerusakan xylem menyebabkan tanaman pisang mati.

Baca juga: Cara Menanam Pisang Cavendish untuk Panen yang Maksimal

Gejala serangan layu bakteri adalah daun menguning dan layu, kemudian patah tangkainya, bunga jantan atau jantung pisang mengering, buah mengeras dan bagian dalamnya berwarna coklat kehitaman.

Mulai dari tangkai buah sampai batang bila dipotong terlihat jaringan pembuluh berwarna coklat kehitaman dan bila dibiarkan akan mengeluarkan lendir bakteri berwarna putih dan coklat kehitaman.

Halaman:

Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya

'Superfood' Daun Kelor: Nilai Gizi, Ekonomi, dan Lingkungan

"Superfood" Daun Kelor: Nilai Gizi, Ekonomi, dan Lingkungan

Varietas Tanaman
Peluang Budidaya Kurma di Indonesia: Teknologi dan Kisah Sukses

Peluang Budidaya Kurma di Indonesia: Teknologi dan Kisah Sukses

Varietas Tanaman
Purwoceng, Ginseng Lokal Bernilai Tinggi

Purwoceng, Ginseng Lokal Bernilai Tinggi

Varietas Tanaman
Manfaat Ekonomi dan Lingkungan Serai Wangi

Manfaat Ekonomi dan Lingkungan Serai Wangi

Varietas Tanaman
Kakao Indonesia: Dari Potensi Lokal ke Produk Premium Dunia

Kakao Indonesia: Dari Potensi Lokal ke Produk Premium Dunia

Varietas Tanaman
Sensasi Pedas Jaman Majapahit: Memanfaatkan Kembali Cabai Jawa

Sensasi Pedas Jaman Majapahit: Memanfaatkan Kembali Cabai Jawa

Varietas Tanaman
Pala: Warisan Nusantara Menuju Pemanfaatan Global

Pala: Warisan Nusantara Menuju Pemanfaatan Global

Varietas Tanaman
Anggur Muscat dan Keberpihakan pada Buah Lokal

Anggur Muscat dan Keberpihakan pada Buah Lokal

Varietas Tanaman
Mengenal Gula Bit: Inovasi Pemanis

Mengenal Gula Bit: Inovasi Pemanis

Varietas Tanaman
Peluang Stevia dalam Diversifikasi Industri Gula

Peluang Stevia dalam Diversifikasi Industri Gula

Varietas Tanaman
Mengoptimalkan Keunggulan Tanaman Obat Indonesia

Mengoptimalkan Keunggulan Tanaman Obat Indonesia

Varietas Tanaman
Menggali Peluang Ekonomi dan Manfaat Kayu Manis

Menggali Peluang Ekonomi dan Manfaat Kayu Manis

Varietas Tanaman
Kacang Mete: Komoditas Potensial di Lahan Marginal

Kacang Mete: Komoditas Potensial di Lahan Marginal

Varietas Tanaman
Mengembalikan Kejayaan Industri Teh Indonesia

Mengembalikan Kejayaan Industri Teh Indonesia

Varietas Tanaman
Mengawal Produksi dan Nilai Ekonomi Cengkih Indonesia

Mengawal Produksi dan Nilai Ekonomi Cengkih Indonesia

Varietas Tanaman
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau