Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kuntoro Boga
Direktur Hilirisasi Hasil Perkebunan, Kementan

Praktisi, Peneliti dan Pengamat Pertanian

Manfaat Ekonomi dan Lingkungan Serai Wangi

Kompas.com, 28 Februari 2025, 18:13 WIB

Artikel ini adalah kolom, seluruh isi dan opini merupakan pandangan pribadi penulis dan bukan cerminan sikap redaksi.

Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

SERAI wangi (Cymbopogon nardus atau Cymbopogon winterianus) adalah tanaman penghasil minyak atsiri yang menjadi andalan Indonesia di pasar global.

Dengan kandungan utama berupa sitronellal, sitronelol, dan geraniol, minyak atsiri serai wangi memiliki banyak manfaat dan peluang pengembangan, menjadikannya salah satu komoditas unggulan yang potensial.

Minyak atsiri serai wangi, yang dikenal secara internasional sebagai Citronella Oil, memiliki karakteristik aroma citrus yang khas.

Kandungan senyawa aktifnya menjadikannya bahan utama dalam berbagai produk, seperti parfum, kosmetik, sabun, lotion, lilin aromaterapi, dan produk perawatan rumah tangga.

Selain itu, minyak ini juga digunakan sebagai bahan pestisida nabati, herbisida alami, dan bahan baku obat-obatan karena sifat antibakteri, antifungal, dan antioksidannya.

Selain potensi ekonominya, serai wangi berperan penting dalam konservasi lingkungan. Tanaman ini mampu tumbuh di lahan kritis, termasuk bekas tambang, dan membantu mencegah erosi tanah.

Serai wangi juga dapat diintegrasikan dengan sektor peternakan melalui pemanfaatan limbahnya sebagai pakan ternak, menciptakan model pertanian terpadu yang berkelanjutan.

Dengan strategi tepat, Indonesia dapat memperkuat posisinya sebagai produsen utama minyak atsiri dunia, memaksimalkan manfaat ekonomi sekaligus mendukung kelestarian lingkungan.

Nilai ekonomi tinggi

Industri minyak atsiri memiliki potensi besar untuk dikembangkan, terutama karena Indonesia memiliki keunggulan komparatif dalam penyediaan bahan baku.

Pembangunan industri ini tidak hanya meningkatkan pendapatan petani tanaman atsiri, tetapi juga membuka lapangan kerja di sektor agroindustri dan memperkenalkan sistem serta perilaku industri ke pedesaan.

Minyak atsiri serai wangi dihasilkan melalui proses penyulingan daun tanaman serai wangi, yang mengandung senyawa aktif seperti geraniol, sitronellal, borneol, limonene, kamfen, dipenten, geranil asetat, metil eugenol, dan farresol.

Dari senyawa ini, sitronellal dan geraniol menjadi standar utama untuk kualitas ekspor karena merupakan bahan dasar pembuatan ester pada parfum dan kosmetik.

Saat ini, minyak serai wangi menjadi salah satu komoditas ekspor utama Indonesia, dengan sekitar 40 persen produksinya diekspor.

Daerah sentra produksi utama di Aceh, Jawa Barat, Jawa Tengah, Banten, dan Jawa Timur.

Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Barat, Gandjar Yudniarsa, menyebutkan, minyak atsiri Indonesia sudah ekspor ke 100 negara, di mana Jawa Barat tahun 2024 saja sudah ekspor minyak sereh wangi Indonesia senilai 68 juta dollar AS (Sekitar Rp 1 Triliun).

Permintaan global untuk minyak atsiri serai wangi terus meningkat sekitar 3-5 persen setiap tahun, memberikan nilai ekonomi yang sangat tinggi.

Indonesia, sebagai produsen terbesar ketiga dunia setelah China dan Vietnam, memiliki pasar utama di Amerika Serikat, Eropa, dan China.

Keunggulan ini semakin diperkuat dengan pengembangan varietas unggul seperti Sitrona 1 Agribun dan Sitrona 2 Agribun, yang menghasilkan minyak berkualitas ekspor dengan kandungan sitronellal hingga 60 persen dan geraniol mencapai 90 persen.

Varietas ini dilepas oleh Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (BALITTRO) di bawah koordinasi BSIP Perkebunan, Kementerian Pertanian Republik Indonesia, dengan tujuan menggantikan varietas lokal yang memiliki kandungan senyawa aktif lebih rendah dan memenuhi kebutuhan pasar ekspor yang semakin kompetitif.

Secara finansial, usaha pengolahan minyak atsiri serai wangi sangat menguntungkan. Dengan rasio B/C di atas 1,09 dan pengembalian investasi dalam waktu kurang dari lima tahun, pengembangan budidaya dan penyulingan minyak ini menjadi pilihan investasi menarik.

Inovasi dalam teknologi penyulingan juga telah meningkatkan efisiensi produksi, sementara perluasan lahan tanam di berbagai daerah membantu memenuhi permintaan pasar yang terus meningkat.

Upaya ini turut membuka peluang lapangan kerja baru, terutama di sektor pertanian dan agroindustri.

Namun, masih terdapat beberapa tantangan, seperti fluktuasi harga pasar global, ketergantungan pada metode budidaya tradisional, dan rendahnya adopsi teknologi modern oleh petani.

Untuk mengatasi tantangan ini, diperlukan dukungan dari pemerintah dan sektor swasta berupa pelatihan teknis, pengembangan infrastruktur penyulingan modern, serta penyediaan bibit unggul secara berkelanjutan.

Selain itu, integrasi dengan sektor peternakan, seperti pemanfaatan limbah daun sebagai pakan ternak, dapat memberikan nilai tambah signifikan.

Dengan strategi tepat, Indonesia berpeluang besar memperkuat posisinya sebagai pemimpin pasar global minyak atsiri serai wangi, sekaligus memanfaatkan potensi ekonomi dan lingkungan yang ditawarkannya.

Manfaat lingkungan budidaya serai wangi

Serai wangi memiliki manfaat luar biasa, tidak hanya dari segi ekonomi, tetapi juga dalam konservasi lingkungan.

Tanaman ini mampu tumbuh dengan baik di lahan marginal, seperti bekas tambang, yang sering kali mengalami kerusakan fisik dan kimiawi.

Dengan sistem perakaran yang kuat, serai wangi membantu mencegah erosi tanah, meningkatkan kapasitas tanah menyerap air, serta memulihkan struktur tanah yang rusak.

Sebagai tanaman reklamasi, serai wangi memberikan manfaat ganda: memulihkan fungsi ekosistem lahan kritis sekaligus menghasilkan minyak atsiri yang bernilai tinggi.

Teknik budidaya serai wangi tergolong sederhana, menjadikannya tanaman yang ideal untuk berbagai kondisi lahan.

Serai wangi tumbuh optimal di tanah dengan drainase baik, pH 5,5-7, dan ketinggian hingga 1.000 meter di atas permukaan laut.

Lahan yang gembur dan memiliki akses cahaya matahari yang cukup akan meningkatkan kualitas dan kuantitas hasil minyak.

Serai wangi memiliki potensi hasil signifikan. Dengan varietas unggul seperti Sitrona 1 Agribun dan Sitrona 2 Agribun, rendemen minyak atsiri dapat mencapai 1,5 persen dengan kandungan sitronellal hingga 60 persen dan geraniol mencapai 90 persen.

Hasil ini jauh lebih tinggi dibandingkan varietas lokal, menjadikan minyak atsiri Indonesia semakin kompetitif di pasar global.

Dalam satu hektare lahan, produksi daun segar dapat mencapai 15-20 ton per panen, dengan potensi panen tiga kali dalam setahun, tergantung pada kondisi pemeliharaan dan lingkungan.

Nilai ekonomi ini menjadikan serai wangi salah satu tanaman prioritas dalam pengembangan agribisnis berbasis komoditas ekspor.

Pengembangan serai wangi memerlukan dukungan pada berbagai aspek, termasuk pelatihan teknis bagi petani, penyediaan varietas unggul, serta akses terhadap teknologi penyulingan modern untuk meningkatkan rendemen dan kualitas minyak.

Selain itu, pengintegrasian serai wangi dengan sistem pertanian terpadu, seperti pemanfaatan limbah daun sebagai pakan ternak, akan memberikan nilai tambah signifikan.

Dukungan pemerintah dan sektor swasta sangat penting untuk memperluas wilayah tanam di lahan marginal dan memperkuat rantai pasok dari produksi hingga pemasaran.

Dengan pendekatan berkelanjutan dan berbasis teknologi, serai wangi dapat menjadi solusi agribisnis yang mendukung perekonomian, melestarikan lingkungan, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Tanaman ini menunjukkan bagaimana integrasi antara teknik budidaya yang baik, kesesuaian lingkungan, dan inovasi dapat menciptakan model pertanian produktif dan ramah lingkungan.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang


Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya
Belajar dari Sukun Kukus: Menguatkan Ketahanan Pangan lewat Keanekaragaman
Belajar dari Sukun Kukus: Menguatkan Ketahanan Pangan lewat Keanekaragaman
Varietas Tanaman
Halusinasi Negara Agraris
Halusinasi Negara Agraris
Tips
Waktunya Jujur: Petani Butuh Fakta, Bukan Ilusi Statistik
Waktunya Jujur: Petani Butuh Fakta, Bukan Ilusi Statistik
Tips
Jangan Korbankan Teh: Investasi Hijau untuk Masa Depan
Jangan Korbankan Teh: Investasi Hijau untuk Masa Depan
Varietas Tanaman
Mengungkap Potensi Kedawung yang Terabaikan
Mengungkap Potensi Kedawung yang Terabaikan
Varietas Tanaman
Briket Arang Kelapa: Limbah Jadi Komoditas Ekspor
Briket Arang Kelapa: Limbah Jadi Komoditas Ekspor
Varietas Tanaman
Tanaman Penyelamat Lingkungan: Mencegah Banjir dan Longsor
Tanaman Penyelamat Lingkungan: Mencegah Banjir dan Longsor
Varietas Tanaman
Potensi Sabut Kelapa yang Masih Terbuang
Potensi Sabut Kelapa yang Masih Terbuang
Varietas Tanaman
Pelajaran Swasembada Gula Nasional
Pelajaran Swasembada Gula Nasional
Varietas Tanaman
Mengandaikan Generasi Z Menjadi Agripreneurship
Mengandaikan Generasi Z Menjadi Agripreneurship
Tips
Transformasi Kelapa: Dari Komoditas Tradisional ke Industri Bernilai Tinggi
Transformasi Kelapa: Dari Komoditas Tradisional ke Industri Bernilai Tinggi
Varietas Tanaman
Aroma Kopi Jawa Timur: Potensi dari Lereng Ijen hingga Lembah Argopuro
Aroma Kopi Jawa Timur: Potensi dari Lereng Ijen hingga Lembah Argopuro
Varietas Tanaman
Ekonomi Babel: Lada Sebagai Andalan, Bukan Timah
Ekonomi Babel: Lada Sebagai Andalan, Bukan Timah
Varietas Tanaman
Masa Depan Pala Banda
Masa Depan Pala Banda
Varietas Tanaman
Revitalisasi Kebun Teh: Menyatukan Alam, Wisata, dan Harapan
Revitalisasi Kebun Teh: Menyatukan Alam, Wisata, dan Harapan
Varietas Tanaman
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau