JAKARTA, KOMPAS.com - Jewawut adalah tanaman lokal yang sudah lama dibudidayakan oleh masyarakat di berbagai wilayah Indonesia. Jewawut adalah makanan penganti beras dan jagung dan umbi-umbian lainnya.
Namun demikian, dikutip dari laman Cybex Kementerian Pertanian RI, Jumat (13/1/2023), jewawut mulai banyak ditinggalkan karena minimnya sosialisasi dan informasi tentang manfaat jewawut. Bahkan, kini banyak orang mengenal jewawut untuk pakan burung saja.
Padahal, jewawut adalah sumber pangan yang mengandung nutrisi tinggi dan bermanfaat untuk kesehatan.
Baca juga: Mengenal Jewawut, Tanaman Pangan Alternatif yang Kaya Nutrisi
Jewawut merupakan bahan pangan yang memiliki kandungan protein lebih tinggi dibandingkan beras yang bermanfaat bagi kesehatan manusia. Selain itu, jewawut mengandung Omega 3, 6 dan 9, lebih tinggi dibandingkan dengan telur omega.
Manfaat jewawut untuk kesehatan antara lain membantu dalam perkembangan tulang, menurunkan berat badan dan kadar glukosa darah, hingga kemungkinan terhindar dari anemia, kanker dan diabetes.
Jewawut juga memiliki indeks glikemik yang rendah, cocok bagi penderita diabetes.
Tanaman jewawut membutuhkan lingkungan tumbuh yang optimal untuk menghasilkan produksi yang lebih tinggi. Tanaman jewawut bisa ditanam di daerah dengan dengan curah hujan kurang dari 125 mm selama masa pertumbuhan yang pada umumnya tiga sampai empat bulan.
Baca juga: Jenis-jenis Tanaman Pangan Lokal Selain Padi, Apa Saja?
Berikut cara budidaya tanaman jewawut yang baik dan benar agar mendapatkan panen yang maksimal.
Lahan yang baru perlu dilakukan pembersihan seluruh bagian tanaman atau gulma, kemudian membajak atau mencangkul.
Lahan dengan tingkat kesuburan sedang dapat dibersihkan dari gulma yang ada. Kemudian dengan cangkul sedikit saja bagian tanah yang subur guna mencegah tanah yang banyak humusnya tidak tertanam kembali ke bagian yang dalam.
Lahan dengan tingkat kesuburan yang baik dapat dilakukan penanaman dengan sistem TOT (Tanpa Olah Tanah) dengan menggunakan herbisida atau dengan membersihkan gulma secara konvensional.
Baca juga: Mengenal Budidaya Padi Salibu untuk Mempercepat Swasembada Pangan
Tanah yang telah diolah sebaiknya dibuat guludan sesuai kebutuhan dan kondisi tanah dengan tujuan pembuatan guludan adalah memperbaiki drainase dan mencegah penggenangan air.
Panjang guludan disesuaikan dengan panjang lahan, tinggi tumpukan tanah atau guludan sekitar 25 sampai 30 cm dengan lebar dasar sekitar 30 sampai 40 cm.
Benih jewawut yang akan ditanam sebaiknya mempergunakan benih bermutu dari varietas unggul dan bersertifikat dengan label biru. Sampai saat ini, varietas unggul jewawut masih merupakan varietas lokal.
Tanaman jewawut dapat diperbanyak dengan pembiakan generatif yaitu menanam dengan menggunakan biji. Kebutuhan benih adalah 8 sampai 12 kg per hektar.
Baca juga: Budidaya Tanaman Uwi, Tanaman Pangan yang Mengenyangkan
Untuk penyimpanan dalam jangka panjang diperlukan perlakuan khusus seperti mengeringkan benih hingga kadar air benih mencapai optimal yaitu sekitar 12 persen jika benih akan disimpan dalam waktu yang lama sehingga viabilitas benih tetap terjaga.
Benih yang akan ditanam direndam terlebih dahulu dengan insektisida yang bertujuan menghindarkan benih yang ditanam dari semut.
Benih yang digunakan harus memiliki daya kecambah lebih dari 80 persen dengan vigor yang baik dan tidak tercampur dengan benih lain atau varietas lain, dan tidak mengandung organisme pengganggu tanaman (OPT).
Penanaman tanaman jewawut sebaiknya dilakukan pada akhir musim hujan, yaitu antara bulan Maret sampai April. Benih yang memenuhi syarat dihambur di atas lahan yang telah dipersiapkan.
Baca juga: Cara Menanam Kentang Hitam, Tanaman Pangan yang Potensial
Setelah penghamburan kemudian dilakukan penggaruan agar benih tertanam dalam tanah dan dapat tumbuh dengan baik.
Lahan yang telah dipersiapkan dilarik dengan alat larikan dengan menggunakan bajak kecil, cangkul dan sebagainya. Benih dimasukkan dalam larikan secara hati-hati dengan kedalaman 2,5 sampai 5 cm.
Larikan kemudian ditimbun dengan alat penimbun dari kayu gelondong. Jarak antara larikan dengan larikan lain adalah 40 cm.
Ada pun cara tugal dapat dilakukan dengan menyiapkan alat tugal yang terbuat dari kayu yang runcing ujungnya. Alat lain adalah tali yang dilengkapi dengan puntung atau simpul pengatur jarak tanam.
Baca juga: Manfaat Labu Kuning untuk Kesehatan, Jadi Sumber Pangan Alternatif
Jarak tanam yang dianjurkan adalah 20 x 30 cm. Alat tugal ditancap pada jarak tanam yang dikehendaki kemudian benih dimasukkan dalam lubang tugal dengan cara menjepit benih dengan ibu jari dan telunjuk.
Kemudian lubang yang telah terisi ditutup dengan tanah.
Pemupukan tanaman jewawut biasanya menggunakan pupuk organik berupa pupuk kandang dan pupuk anorganik seperti pupuk SP-36, KCl, pupuk urea, atau pupuk ZA.
Pemupukan dengan menggunakan pupuk kandang dilakukan pada saat pencangkulan atau pembajakan lahan dengan tujuan untuk memperbaiki struktur tanah.
Adapun pemupukan dengan pupuk anorganik dilakukan secara bertahap hingga tiga kali yaitu, pemupukan dengan menggunakan pupuk SP-36 dilakukan sebelum penanaman.
Pemupukan dengan pupuk KCl, pupuk ZA atau pupuk urea diberikan pada saat tanaman berumur dua sampai tiga minggu setelah tanam.
Baca juga: Cara Menanam Talas Jepang, Tanaman Pangan yang Potensial
Penyiangan pertama dilakukan pada saat tanaman berumur tiga sampai empat minggu, sebab tanaman yang masih muda sangat peka terhadap pengaruh lingkungan.
Penyulaman jarang dilakukan pada tanaman ini karena pada umumnya petani menanam jewawut dengan sistem sebar langsung. Jika penanaman dilakukan dengan sistem tugal maka penyulaman dilakukan pada saat tanaman berumur satu sampai tiga minggu setelah tanam.
Hama utama tanaman jewawut adalah babi, tikus, penggerek batang, dan burung pipit, sedangkan penyakit yang biasa menyerang tanaman ini adalah penyakit blast, penyakit fusarium, dan lain sebagainya.
Jika tanaman jewawut terserang penyakit, maka dapat dikendalikan dengan mengambil tanaman yang terserang lalu membasminya dengan cara mekanik, dengan cara bercocok tanam dengan pergiliran tanaman, mengatur jarak tanam, dan melakukan sanitasi.
Baca juga: 7 Jamur Pangan Populer Asal Jepang, Shiitake hingga Enoki
Tanaman jewawut akan mengalami penurunan produksi yang besar jika diserang oleh hama burung pipit, karena hama ini menyerang bagian biji atau malai tanaman sehingga mengakibatkan tangkai malai mengalami kerusakan, malai patah dan biji berjatuhan, hama ini sulit sekali dikendalikan oleh petani.
Namun, petani dapat melakukan pencegahan dengan melakukan pengawasan yang ketat
Umumnya, jewawut ditanam di tegalan yang kebutuhan airnya hanya tergantung pada hujan. Tanaman ini tidak tahan terhadap genangan dan rentan terhadap periode musim kering yang lama.
Panen jewawut harus dilakukan dengan waktu, alat dan cara yang tepat. Adapun waktu yang tepat yaitu pada saat tanaman berumur 70 sampai 80 hari.
Baca juga: 6 Jenis Tanaman Pangan yang Ada di Indonesia
Ciri-ciri jewawut siap panen antara lain ditandai dengan perubahan warna yang terjadi pada malam dan saat 85 persen butir-butir jewawut telah menguning.
Cara yang tepat adalah melakukan pemanenan dengan cara tradisional, yaitu menggunakan alat seperti sabit atau anai-anai.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.