JAKARTA, KOMPAS.com - Jewawut adalah tanaman pangan serelia berbiji kecil. Hasil panen jewawut seringkali dikonsumsi sebagai makanan pokok di beberapa wilayah Indonesia seperti Sulawesi Barat, Pulau Baru, NTT, dan Jawa Tengah.
Tanaman ini bisa ditanam di lahan kering dan kurang subur. Hal inilah yang membuat komoditas ini cukup banyak ditanam di musim kemarau.
Jewawut memiliki malai menyerupai bulir yang panjangnya sekitar 8 hingga 18 cm. Tangkai malainya sepanjang 25 sampai 30 cm, tegak, atau melengkung.
Baca juga: Mengenal Jewawut, Tanaman Pangan Alternatif yang Kaya Nutrisi
Warna bulir jewawut beraneka ragam, ada yang hitam, kuning, ungu, merah, hingga jingga kecoklatan. Bagian bulir inilah yang nantinya dipanen dan diolah menjadi berbagai jenis makanan.
Dilansir dari Cybext Kementerian Pertanian, Sabtu (1/7/2023), berikut ini kegiatan pasca-panen jewawut.
Beberapa kegiatan pasca-panen jewawut terdiri atas pengeringan, perontokan, dan penyimpanan. Simak penjelasan selengkapnya berikut ini.
Setelah dipanen, jewawut sebaiknya segera dikeringkan. Pengeringan bisa dilakukan dengan bantuan sinar matahari atau mesin pengering.
Lamanya pengeringan tergantung pada penyinaran. Biasanya, penyinaran dilakukan selama 60 jam atau sampai tingkat kadar airnya mencapai 12 persen.
Baca juga: Cara Budidaya Jewawut, Sumber Pangan Alternatif Penuh Gizi
Proses perontokan dilakukan setelah biji jewawut kering. Perontokan dilakukan dengan cara dilirik atau dengan mesin perontokan.
Perontokan dilakukan secara hati-hati agar tidak rusak. Setelah biji dirontokan, bersihkan dan pisahkan biji dari kotoran seperti potongan tangkai dan sebagainya.
Biji jewawut bisa disimpan dalam wadah bersih. Kemudian, simpan di gudang dan usahakan kelembapan ruangan penyimpanan stabil.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.