Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Petani Diedukasi Ubah Limbah Jerami Jadi Kompos

Kompas.com - 16/08/2023, 13:33 WIB
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Editor

JAKARTA, KOMPAS.com - Selama ini banyak petani membakar jerami setelah masa panen. Namun, sebenarnya limbah jerami dapat dimanfaatkan sebagai bahan alami kompos.

PT Pemalang Agro Sejahtera Indonesia (PASI) memberikan edukasi kepada ratusan petani binaannya untuk tidak lagi membakar jerami sisa panen.

Perusahaan mengedukasi petani binaannya dengan teknik pengomposan limbah jerami di dalam lahan (insitu) dengan menggunakan produk Biodekomposer Petrogladiator milik Pupuk Indonesia Grup.

Baca juga: Cara Membuat Pupuk Organik Cair dari Jerami Padi dan Cangkang Telur

Ilustrasi jerami, sisa panen yang bisa menjadi pupuk hijauPIXABAY/MINKA2507 Ilustrasi jerami, sisa panen yang bisa menjadi pupuk hijau

General Manager PT PASI Heru Subekti menyatakan bahwa edukasi teknik pengomposan limbah jerami ini diberikan kepada kelompok tani di Desa Jebed Utara, Selatan, dan Desa Pedurungan, Pemalang, Jawa Tengah.

“Sesuai dengan tagline kami yaitu lahan sehat perjalanan selamat, kami akan memanfaatkan program ini untuk mengompos limbah pertanian. Dengan teknik ini juga secara langsung kami dapat memperbaiki kualitas unsur hara tanah agar menghasilkan pertanian berkelanjutan,” kata Heru dalam siaran pers, Rabu (16/8/2023).

Untuk tahap awal, Heru mengatakan program edukasi ini akan diikuti oleh 40 petani dengan luas lahan 23 hektar. Seluruh petani ini akan menerima bantuan sarana produksi pertanian (saprodi) berupa 300 kg per hektar pupuk jenis NPK custom dan 20 liter per hectare untuk biodekomposer dari PT Pupuk Indonesia (Persero) dan PT Jasa Raharja.

Para petani diberikan wawasan pemanfaatan jerami sebagai bahan organik yang memiliki nutrisi yang baik bagi tanah serta produktivitas.

Baca juga: Manfaat dan Cara Pakai Jerami Padi untuk Kesuburan Tanah

"Kami melihat jerami sebagai potensi bukan limbah yang harus dibakar, oleh karenanya praktik pembakaran harus mulai dicegah agar tanah sawah tidak semakin rusak,” ujar Heru.

Sebagai informasi, pada September 2022 telah terjadi kecelakaan di ruas tol Pejagan-Pemalang yang diduga diakibatkan oleh asap pembakaran jerami sisa panen. Dengan edukasi teknik pengomposan ini diharapkan dapat mengubah kebiasaan petani untuk tidak lagi membakar jerami sisa panen sehingga pandangan dan perjalanan para pengendara menjadi selamat.

“Bisa dibayangkan jika jerami tidak dibakar, maka manfaatnya dapat dirasakan banyak pihak. Mulai dari pengguna tol, kemudian petani, dan lingkungan juga terjaga, terlebih jika dikaitkan dengan isu dekarbonisasi," jelas Heru.

Program pengomposan jerami di dalam lahan ini diberi nama Jalan Dambaan, yang merupakan akronim dari Dampak Baik Berkelanjutan. Dambaan kali ini merupakan program kolaborasi dengan banyak pihak, mulai Pemerintah Desa Jebed, PT Pupuk Indonesia (Persero), PT Pupuk Kujang, PT Jasa Raharja, Satlantas Polres Pemalang, hingga PT PASI.

Baca juga: Cara Menggunakan Jerami dan Sabut Kelapa untuk Media Tanam Jamur Tiram

Jalan Dambaan juga menggandeng Program Makmur sebagai salah satu ekosistem yang bertujuan memudahkan petani dalam bertani dari hulu sampai hilir.

“Selanjutnya, diharapkan para petani Dambaan ini, dapat langgeng dan bergabung dalam program Makmur agar akses mudah mendapatkan pupuk berkualitas dan pembiayaan yang ramah sekaligus jaminan off taker di musim panen,” sebut Heru

Heru menuturkan, antusiasme petani dalam program ini cukup baik. Dia berharap program ini dapat berkelanjutan, terlebih panjang ruas Tol Trans Jawa mencapai 615 km.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com