Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kuntoro Boga
Direktur Hilirisasi Hasil Perkebunan, Kementan

Praktisi, Peneliti dan Pengamat Pertanian

Menjadikan Indonesia Pusat Hilirisasi Kelapa Dunia

Kompas.com, 28 Maret 2025, 14:25 WIB

Artikel ini adalah kolom, seluruh isi dan opini merupakan pandangan pribadi penulis dan bukan cerminan sikap redaksi.

Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Industri hilir kelapa di Indonesia juga menghadapi tantangan besar. Dari sekitar 1.200 industri pengolahan kelapa, hanya sekitar 40 persen yang beroperasi secara optimal.

Sebagian besar industri tersebut masih terbatas pada produk kopra dan minyak kelapa kasar (Crude Coconut Oil/CNO), sementara produk dengan nilai tambah tinggi seperti nanofiber dari sabut kelapa, bioarang dari tempurung, dan VCO (Virgin Coconut Oil) belum dikembangkan secara maksimal.

Ambisi pemerintah melalui program hilirisasi 2025-2045 telah menyadari berbagai harapan tersebut. Bappenas bersama Kementerian terkait telah menyusun Peta Jalan Hilirisasi Kelapa 2025-2045 dengan target tinggi.

Dalam peta jalan ini, produksi kelapa ditargetkan meningkat hingga 6 juta ton setara kopra, dengan produktivitas mencapai 1,78 ton per hektare, dan minimal 95 persen produksi kelapa diproses secara domestik.

Sasaran lainnya adalah meningkatkan kontribusi ekspor produk turunan kelapa Indonesia agar masuk dalam 10 besar dunia, serta meningkatkan nilai ekspor hingga 10 kali lipat dalam 20 tahun mendatang.

Langkah strategis menuju hilirisasi untuk merealisasikan target besar ini, pemerintah harus fokus pada tiga aspek utama.

Pertama, revitalisasi perkebunan melalui program peremajaan tanaman tua secara masif, peningkatan ketersediaan benih unggul, dan optimalisasi penerapan GAP secara luas.

Baca juga: Dinamika Industri Kopi Indonesia

Upaya ini harus diikuti peningkatan kemampuan penyuluh pertanian serta kolaborasi dengan berbagai pihak, termasuk pemerintah daerah, swasta, dan akademisi.

Selain itu, transformasi industri hilir dengan mendorong investasi dalam teknologi pengolahan dan pengembangan produk bernilai tambah tinggi seperti VCO, nanofiber, arang aktif, dan cocopeat.

Pengembangan klaster industri berbasis kelapa di daerah-daerah sentra produksi seperti Maluku Utara, Sulawesi Utara, dan Sumatera Barat harus didukung oleh pemerintah melalui insentif fiskal, kemudahan perizinan, dan infrastruktur yang memadai.

Kemudian hal penting lainnya adalah pembenahan rantai pasok melalui pemberdayaan koperasi petani dan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) sebagai agregator yang menjamin harga kelapa yang layak di tingkat petani.

Digitalisasi rantai pasok seperti e-Coconut juga dapat diterapkan untuk mengurangi peran tengkulak yang kerap merugikan petani.

Belajar dari kesuksesan negara lain

Indonesia dapat mengambil pelajaran berharga dari negara-negara produsen kelapa seperti Filipina dan Thailand yang telah berhasil mengembangkan industri hilir kelapa mereka.

Filipina, misalnya, melalui peran aktif Philippine Coconut Authority (PCA), telah berhasil mengembangkan industri kosmetik dan farmasi berbasis kelapa.

Halaman:

Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya
Asa Pohon Mete di Tanah Gersang
Asa Pohon Mete di Tanah Gersang
Varietas Tanaman
Belajar dari Sukun Kukus: Menguatkan Ketahanan Pangan lewat Keanekaragaman
Belajar dari Sukun Kukus: Menguatkan Ketahanan Pangan lewat Keanekaragaman
Varietas Tanaman
Halusinasi Negara Agraris
Halusinasi Negara Agraris
Tips
Waktunya Jujur: Petani Butuh Fakta, Bukan Ilusi Statistik
Waktunya Jujur: Petani Butuh Fakta, Bukan Ilusi Statistik
Tips
Jangan Korbankan Teh: Investasi Hijau untuk Masa Depan
Jangan Korbankan Teh: Investasi Hijau untuk Masa Depan
Varietas Tanaman
Mengungkap Potensi Kedawung yang Terabaikan
Mengungkap Potensi Kedawung yang Terabaikan
Varietas Tanaman
Briket Arang Kelapa: Limbah Jadi Komoditas Ekspor
Briket Arang Kelapa: Limbah Jadi Komoditas Ekspor
Varietas Tanaman
Tanaman Penyelamat Lingkungan: Mencegah Banjir dan Longsor
Tanaman Penyelamat Lingkungan: Mencegah Banjir dan Longsor
Varietas Tanaman
Potensi Sabut Kelapa yang Masih Terbuang
Potensi Sabut Kelapa yang Masih Terbuang
Varietas Tanaman
Pelajaran Swasembada Gula Nasional
Pelajaran Swasembada Gula Nasional
Varietas Tanaman
Mengandaikan Generasi Z Menjadi Agripreneurship
Mengandaikan Generasi Z Menjadi Agripreneurship
Tips
Transformasi Kelapa: Dari Komoditas Tradisional ke Industri Bernilai Tinggi
Transformasi Kelapa: Dari Komoditas Tradisional ke Industri Bernilai Tinggi
Varietas Tanaman
Aroma Kopi Jawa Timur: Potensi dari Lereng Ijen hingga Lembah Argopuro
Aroma Kopi Jawa Timur: Potensi dari Lereng Ijen hingga Lembah Argopuro
Varietas Tanaman
Ekonomi Babel: Lada Sebagai Andalan, Bukan Timah
Ekonomi Babel: Lada Sebagai Andalan, Bukan Timah
Varietas Tanaman
Masa Depan Pala Banda
Masa Depan Pala Banda
Varietas Tanaman
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau