Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cara Mengatasi Penyakit Hawar Daun Padi yang Efektif dan Efisien

Kompas.com - 22/10/2022, 11:17 WIB
Siti Nur Aeni ,
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Penyakit tanaman menjadi salah satu gangguan dalam budidaya tanaman, tak terkecuali tanaman padi. Ada banyak jenis penyakit yang menyerang tanaman pangan ini, salah satunya penyakit hawar daun padi.

Hawar daun tanaman padi sering disebut juga sebagai penyakit kresek. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Xanthomonas oryzae. Serangangan patogen tersebut bisa ditemukan pada fase tanaman muda ataupun tua.

Jika menyerang di awal pertumbuhan, maka tanaman menjadi layu dan mati. Sementara itu, saat tanaman mulai dewasa, akan muncul gejala hawar yang dimulai dari tepi daun berwarna keabu-abuan dan lama kelamaan akan menjadi kering.

Baca juga: Gejala Penyakit Kresek pada Padi dan Cara Mengendalikannya

Apabila patogen menyerang saat tanaman mulai berbunga, maka proses pengisian gabah menjadi tidak sempurna. Hal tersebut menyebabkan gabah hampa.

Dilansir dari Cybext Kementerian Pertanian, Sabtu (22/10/2022), berikut cara mengendalikan penyakit hawar daun padi yang efektif dan efisien.

Ilustrasi tanaman padiShutterstock/su prasert Ilustrasi tanaman padi

Penggunaan pupuk kalium

Penggunaan pupuk kalium diketahui bisa mengendalikan penyakit hawar daun padi. Meskipun tidak menghilangkan sepenuhnya, namun penggunaan pupuk kalium bisa menurunkan tingkat keparahan penyakit ini.

Menggunakan varietas tahan hawar bakteri

Penggunaan varietas tahan merupakan pengendalian preventif serangan penyakit ini. Oleh karena itu, sebelum menanam padi, sebaiknya pilih dan pastikan varietas yang ditanam tahan penyakit hawar bakteri.

Baca juga: Ciri-ciri Tanaman Padi Terkena Penyakit Kresek dan Cara Mengatasinya

Menanam dengan sistem jajar legowo

Penanaman padi dengan sistem jajar legowo bisa memperbaiki iklim yang ada di sekitar tanaman. Sistem tanam ini bisa memperbaiki aerasi dan paparan sinar matahari. Kedua hal ini bisa menekan pertumbuhan patogen penyebab penyakit kresek.

Halaman:

Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya

Dari Kebun ke Pasar Dunia: Kelapa Indonesia di Tengah Gelombang Harga

Dari Kebun ke Pasar Dunia: Kelapa Indonesia di Tengah Gelombang Harga

Varietas Tanaman
Membawa Gambir ke Pasar Global

Membawa Gambir ke Pasar Global

Varietas Tanaman
Randu: Serat Emas Putih yang Terlupakan

Randu: Serat Emas Putih yang Terlupakan

Varietas Tanaman
Serat Alam dari Masa Lalu: Potensi Abaca di Indonesia

Serat Alam dari Masa Lalu: Potensi Abaca di Indonesia

Varietas Tanaman
Serat Alam dan Potensi Pengembangannya

Serat Alam dan Potensi Pengembangannya

Varietas Tanaman
Menjadikan Indonesia Pusat Hilirisasi Kelapa Dunia

Menjadikan Indonesia Pusat Hilirisasi Kelapa Dunia

Varietas Tanaman
'Superfood' Daun Kelor: Nilai Gizi, Ekonomi, dan Lingkungan

"Superfood" Daun Kelor: Nilai Gizi, Ekonomi, dan Lingkungan

Varietas Tanaman
Peluang Budidaya Kurma di Indonesia: Teknologi dan Kisah Sukses

Peluang Budidaya Kurma di Indonesia: Teknologi dan Kisah Sukses

Varietas Tanaman
Purwoceng, Ginseng Lokal Bernilai Tinggi

Purwoceng, Ginseng Lokal Bernilai Tinggi

Varietas Tanaman
Manfaat Ekonomi dan Lingkungan Serai Wangi

Manfaat Ekonomi dan Lingkungan Serai Wangi

Varietas Tanaman
Kakao Indonesia: Dari Potensi Lokal ke Produk Premium Dunia

Kakao Indonesia: Dari Potensi Lokal ke Produk Premium Dunia

Varietas Tanaman
Sensasi Pedas Jaman Majapahit: Memanfaatkan Kembali Cabai Jawa

Sensasi Pedas Jaman Majapahit: Memanfaatkan Kembali Cabai Jawa

Varietas Tanaman
Pala: Warisan Nusantara Menuju Pemanfaatan Global

Pala: Warisan Nusantara Menuju Pemanfaatan Global

Varietas Tanaman
Anggur Muscat dan Keberpihakan pada Buah Lokal

Anggur Muscat dan Keberpihakan pada Buah Lokal

Varietas Tanaman
Mengenal Gula Bit: Inovasi Pemanis

Mengenal Gula Bit: Inovasi Pemanis

Varietas Tanaman
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau