Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

6 Tahapan Budidaya Sayuran dengan Sistem Hidroponik Rakit Apung

Kompas.com - 26 November 2022, 09:51 WIB
Siti Nur Aeni

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Hidroponik belakangan ini menjadi tren di masyarakat. Pasalnya, cara budidaya ini tidak memerlukan tanah dan lahan yang luas. Sayuran yang dihasilkan juga lebih sehat karena organik.

Sistem hidroponik menggunakan media tanam seperti cocopeat, arang sekam dan rockwool. Media ini digunakan untuk menggantikan tanah.

Akan tetapi, media tanam hidroponik masih memiliki fungsi yang sama yaitu sebagai tempat tanaman tumbuh, menyimpan air dan nutrisi. Lahan yang sempit juga tidak menjadi halangan pada sistem budidaya ini, karena instalasi dapat dipasangkan menyusun ke atas.

Baca juga: Inilah Kelebihan dan Kekurangan Hidroponik Rakit Apung

Terdapat berbagai sistem hidroponik yang ada saat ini misalnya, sistem wick, sistem rakit apung, sistem NFT dan aeroponik. Pada artikel kali ini akan dijelaskan cara budidaya sayuran hidroponik sistem rakit apung. Dikutip dari berbagai sumber, Sabtu (26/11/2022), berikut penjelasan selengkapnya.

Ilustrasi hidroponik sistem rakit apungPixabay/41330 Ilustrasi hidroponik sistem rakit apung

Persiapan alat dan bahan

Budidaya sayuran hidroponik sistem rakit apung memerlukan alat dan bahan, seperti berikut:

  • Kolam atau bak untuk menampung air dan nutrisi
  • Styrofoam
  • Net pot
  • Aerator
  • Ph meter
  • Ec meter
  • Rockwool
  • Nutrisi AB Mix
  • Benih Sayuran

Baca juga: 4 Media Tanam Sawi Hidroponik, Apa Saja?

Membuat instalasi rakit apung

Instalasi hidroponik sistem rakit apung cukup sederhana. Simak penjelasan dibawah ini untuk mengetahui langkah-langkah yang harus dilakukan:

  1. Buatlah kolam atau bak penampung dengan luas menyesuaikan kondisi tempat yang akan digunakan.
  2. Potong styrofoam sesuai dengan ukuran kolam atau bak penampung.
  3. Buatlah lubang pada styrofoam dengan jarak antar lubang 5-10 cm.
  4. Masukan netpot kedalam lubang pada styrofoam.

Penyemaian benih

Ilustrasi rockwool, ilustrasi persemaian hidroponik.SHUTTERSTOCK / Rera25 Ilustrasi rockwool, ilustrasi persemaian hidroponik.

Benih sayuran harus disemai terlebih dahulu sebelum ditanam pada instalasi rakit apung. Berikut ini cara menyemai benih untuk budidaya sayuran hidroponik rakit apung:

Baca juga: 6 Jenis Hidroponik yang Sering Digunakan, Apa Saja?

  1. Potong rockwool dengan ukuran 3x3 cm.
  2. Buatlah lubang pada rockwool.
  3. Masukan benih pada lubang tanam.
  4. Berilah air pada rockwool secara rutin.
  5. Setelah 14-21 hari, bibit sayuran siap dipindahkan

Pindah tanam

Tahapan budidaya sayuran hidroponik sistem rakit apung selanjutnya yaitu pindah tanam. Setelah instalasi dan bibit siap. Tahap selanjutnya yaitu memindahkan bibit ke dalam instalasi rakit apung. Lakukan secara perlahan supaya bibit sayuran tidak rusak.

Perawatan

Perawatan pada tanaman hidroponik memerlukan perlakuan khusus. Perawatan tersebut meliputi:

  • Pengecekan EC dan pH nutrisi secara berkala.
  • Pengendalian hama dan penyakit .
  • Penambahan nutrisi setiap minggu.

Baca juga: Mudah, Begini Cara Meracik Pupuk Hidroponik

Pemanenan

Nutrisi dan air yang selalu terpenuhi setiap saat, membuat sayuran yang ditanam secara hidroponik akan lebih cepat tumbuh dan berkembang. Sayuran dapat dipanen setelah berumur 30-40 hari setelah tanam.

Perhatikan umur sayuran yang ditanaman. Pasalnya saat telat panen, kualitas sayuran akan berkurang. Cara pemanenannya juga sangat mudah, cukup angkat mengangkat netpot. Lalu, pisahkan akar dari netpot yang menempel.

Itulah cara budidaya sayuran hidroponik sistem rakit apung dengan mudah. Hidroponik sistem rakit apung bisa dilakukan di rumah maupun area sempit.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang


Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya
Potensi Sabut Kelapa yang Masih Terbuang
Potensi Sabut Kelapa yang Masih Terbuang
Varietas Tanaman
Pelajaran Swasembada Gula Nasional
Pelajaran Swasembada Gula Nasional
Varietas Tanaman
Mengandaikan Generasi Z Menjadi Agripreneurship
Mengandaikan Generasi Z Menjadi Agripreneurship
Tips
Transformasi Kelapa: Dari Komoditas Tradisional ke Industri Bernilai Tinggi
Transformasi Kelapa: Dari Komoditas Tradisional ke Industri Bernilai Tinggi
Varietas Tanaman
Aroma Kopi Jawa Timur: Potensi dari Lereng Ijen hingga Lembah Argopuro
Aroma Kopi Jawa Timur: Potensi dari Lereng Ijen hingga Lembah Argopuro
Varietas Tanaman
Ekonomi Babel: Lada Sebagai Andalan, Bukan Timah
Ekonomi Babel: Lada Sebagai Andalan, Bukan Timah
Varietas Tanaman
Masa Depan Pala Banda
Masa Depan Pala Banda
Varietas Tanaman
Revitalisasi Kebun Teh: Menyatukan Alam, Wisata, dan Harapan
Revitalisasi Kebun Teh: Menyatukan Alam, Wisata, dan Harapan
Varietas Tanaman
Pasar Organik dan Produk Perkebunan
Pasar Organik dan Produk Perkebunan
Varietas Tanaman
DNA Petani Kita, Tangguh di Era Modernisasi
DNA Petani Kita, Tangguh di Era Modernisasi
Perawatan
Menikmati Renyahnya Potensi Kenari Ternate
Menikmati Renyahnya Potensi Kenari Ternate
Varietas Tanaman
Menata Ulang Kemitraan Gula: Jalan Menuju Kemandirian
Menata Ulang Kemitraan Gula: Jalan Menuju Kemandirian
Varietas Tanaman
Kluwek: Rahasia Kepayang pada Kuliner Nusantara
Kluwek: Rahasia Kepayang pada Kuliner Nusantara
Varietas Tanaman
Bongkar Ratoon Tebu, Jalan Cepat Swasembada Gula
Bongkar Ratoon Tebu, Jalan Cepat Swasembada Gula
Varietas Tanaman
Optimisme Pengembangan Kelapa Indonesia
Optimisme Pengembangan Kelapa Indonesia
Varietas Tanaman
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau