JAKARTA, KOMPAS.com - Sorgum disebut sebagai tanaman pangan yang potensial dijadikan alternatif gandum. Bahkan, sorgum disebut memiliki kandungan protein lebih tinggi dibandingkan jagung dan beras.
Dilansir laman Cybex Kementerian Pertanian RI, Kamis (18/8/2022), dalam budidaya sorgum, pengelolaannya tidak butuh banyak tenaga, tidak memakan waktu dan biaya, serta tahan kekeringan.
Sorgum adalah salah satu tanaman pangan lahan kering yang potensial dikembangkan di Indonesia. Sorgum dapat digunakan sebagai pangan, pakan, dan bioenergi (bioetanol), mampu beradaptasi pada lahan marginal dan membutuhkan air relatif lebih sedikit karena lebih toleran terhadap kekeringan.
Baca juga: Mengenal Tanaman Sorgum yang Potensial Jadi Bahan Pangan
Pun sorgum mengandung energi, protein dan lemaknya lebih tinggi dibanding beras ataupun gandum.
Jika Anda tertarik budidaya tanaman pangan yang potensial ini, berikut panduannya.
Kebutuhan benih sorgum untuk satu hektar lahan berkisar antara 10 sampai 15 kg, bergantung pada varietas yang akan ditanam, ukuran benih, jarak tanam, dan sistem tanam. Untuk mendapatkan pertumbuhan tanaman yang baik, vigor kecambah benih yang digunakan daya tumbuhnya 90 persen.
Beberapa varietas memiliki masa dormansi benih satu bulan pertama setelah panen.
Baca juga: Jokowi Harap RI Tak Bergantung pada Beras, Sedang Tingkatkan Produksi Jagung dan Sorgum
Untuk meningkatkan efisiensi penggunaan lahan, penanaman sorgum dapat dilakukan dengan menggunakan bibit yang sudah disemaikan.
Proses penyemaian benih dilakukan 15 sampai 20 hari sebelum tanam. Cara pembuatan persemaian bibit sorgum hampir sama dengan persemaian padi.
Bedanya, persemaian sorgum tidak digenangi air.
Sorgum dapat ditanam sepanjang tahun, baik pada musim hujan maupun musim kemarau asal tanaman muda tidak tergenang atau kekeringan. Di lahan kering, sorgum dapat ditanam pada awal atau akhir musim hujan secara monokultur setelah panen palawija.
Baca juga: Gandum Mahal, Indofood Kembangkan Mi Instan Berbahan Sorgum
Jika ditanam pada musim kemarau, sorgum dapat ditanam setelah panen padi kedua atau setelah palawija di lahan sawah.
Pertanaman musim kemarau umumnya memberi hasil lebih rendah dibandingkan dengan musim hujan. Hal ini antara lain disebabkan oleh hama burung, selain proses pengisian biji kurang sempurna karena ketersediaan air terbatas.
Sebelum menanam, sebaiknya lahan dibersihkan dari sisa-sisa tanaman sebelumnya ataupun gulma. Pengolahan tanah dimaksdukan untuk menggemburkan tanah, meningkatkan aerasi tanah dan mengendalikan gulma.
Pada lahan yang tingkat ketersediaan airnya cukup atau beririgasi, pengolahan tanah dapat dilakukan secara optimum, yaitu dibajak dua kali dan digaru satu kali.
Baca juga: Harga Gandum Meningkat, Komisi IV Dukung Kementan Perluas Substitusi Pangan Lokal dengan Sorgum
Pada area yang telah disiapkan, buat lubang tanam dengan jarak tanam yang disesuaikan dengan varietas yang digunakan, yakni sekitar 65 x 20 cm, ketersediaan air, dan tingkat kesuburan tanah.
Pada lahan yang kurang subur dan kandungan air tanah rendah sebaiknya menggunakan jarak tanam lebih lebar atau populasi tanam dikurangi dari populasi baku (sekitar 125.000 tanaman/hektare). Penanaman dapat dilakukan dengan cara ditugal.
Pembuatan lubang tanam menggunakan alat tugal mengikuti arah yang telah ditentukan sesuai dengan jarak tanam yang diinginkan. Kedalaman lubang tanam tidak lebih dari 5 cm.
Setiap lubang tanam diisi 3-4 benih, kemudian ditutup dengan tanah ringan atau pupuk organik. Pada umur dua sampai tiga minggu setelah tanam dapat dilakukan penjarangan tanaman dengan meningggalkan dua tanaman atau rumpun.
Baca juga: Dosen Unpad Jelaskan Manfaat Sorgum, Cocok bagi Penderita Autisme
Penanaman sorgum segera setelah panen padi di lahan sawah berpengaruh terhadap hasil. Hal ini tampaknya berkaitan dengan ketersediaan air.
Tanaman sorgum tumbuh baik pada tanah dengan pH 6-7,5. Pada tanah dengan pH 7,5 namun gejala defisiensi jarang terjadi pada tanaman sorgum. Pada tanah yang kekurangan hara mikro, hasil sorgum rendah.
Unsur hara makro adalah nitrogen, fosfor, dan kalium, sedangkan hara mikro adalah besi, seng, magnesium, boron, tembaga, molibdenum, khlor, dan timah. Nitrogen merupakan salah satu hara pembatas pertumbuhan tanaman yang ketersediaannya terbatas hampir di semua lahan pertanian di Indonesia.
Hasil penelitian hampir 50 persen nitrogen yang diberikan dialokasikan untuk pembentukan biji, 67 persen untuk fosfor, dan 17 persen untuk kalium.
Baca juga: Sorgum sebagai Pengganti Beras
Tanaman sorgum tanggap terhadap pupuk nitrogen. Takaran pupuk nitrogen bergantung pada tingkat kesuburan tanah dan varietas yang digunakan.
Varietas unggul lebih tanggap terhadap pupuk nitrogen dibanding varietas lokal. Pada lahan kering, penggunaan pupuk N tidak lebih dari 100 kg per hektar, sedangkan pada lahan cukup air dapat mencapai 135 kg per hektar.
Pupuk nitrogen diberikan satu kali pada umur 10 hari setelah tanam atau dua kali, sepertiga takaran pada saat tanam dan dua pertiga takaran 3-4 minggu setelah tanam atau bersamaan dengan pembumbunan.
Pupuk diberikan di samping tanaman dengan cara tugal kemudian ditutup untuk mengatasi kehilangan pupuk nitogen. Sementara itu, pupuk fosfor dapat meningkatkan hasil sorgum.
Baca juga: Jokowi Sebut Sorgum Bisa Jadi Alternatif Hadapi Krisis Pangan Dunia
Selama pemeliharaan tanaman kegiatan yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut. Pertama, pemberian air, dilakukan jika tanaman kekurangan air.
Sebaliknya, kelebihan air justru harus segera dibuang melalui saluran drainase. Sorgum termasuk tanaman yang toleran kekeringan, namun pada periode tertentu memerlukan air dalam jumlah yang cukup, yaitu pada saat tanaman berdaun empat (pertumbuhan awal) dan periode pengisian biji sampai biji mulai mengeras.
Kedua, penyiangan gulma. Kompetisi tanaman sorgum dengan gulma dapat menurunkan hasil dan kualitas biji, terutama pada awal musim hujan.
Bahkan keberadaan gulma dapat menurunkan hasil sorgum secara nyata. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil sorgum turun 10-20 persen.
Baca juga: Kemendag Lepas Ekspor 10 Produk Olahan Sorgum Senilai Rp 700 Juta ke Timor Leste dan Malaysia
Ketiga, pembumbunan, yang dilakukan bersamaan dengan pemupukan kedua atau tiga sampai empat minggu setelah tanam atau sebelumnya.
Pembumbunan dilakukan dengan cara menggemburkan tanah di sekitar batang tanaman, kemudian menimbunkan tanah pada pangkal batang untuk merangsang pertumbuhan akar dan memperkokoh tanaman agar tidak mudah rebah.
Keempat, pengendalian hama dan penyakit, dilakukan jika tanaman menunjukkan gejala-gejala serangan. Cara dan waktu pengendalian bergantung pada jenis hama dan penyakit yang menyerang.
Tanaman sorgum sudah dapat dipanen pada umur tiga sampai empat bulan setelah tanam, bergantung pada varietas yang ditanam.
Baca juga: Sorgum: Kandungan Nutrisi dan Manfaatnya
Saat panen dapat ditentukan berdasarkan umur tanaman setelah biji terbentuk atau melihat ciri-ciri visual biji atau setelah lewat masak fisiologis.
Panen juga dapat dilakukan setelah daun berwarna kuning dan mengering, biji bernas dan keras dengan kadar tepung maksimal. Panen sebaiknya dilakukan pada keadaan cuaca cerah.
Cara panen yang baik adalah memotong tangkai malai sepanjang 15-20 cm dari pangkal malai. Selanjutnya malai dijemur di bawah sinar matahari dan dirontok.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.