Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kuntoro Boga
Direktur Hilirisasi Hasil Perkebunan, Kementan

Praktisi, Peneliti dan Pengamat Pertanian

Membawa Gambir ke Pasar Global

Kompas.com, 15 April 2025, 19:30 WIB

Artikel ini adalah kolom, seluruh isi dan opini merupakan pandangan pribadi penulis dan bukan cerminan sikap redaksi.

Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

KATA “Gambir” tidaklah asing bagi warga Jakarta. Gambir adalah kawasan elite kota Batavia, di jaman kolonial dan saat ini menjadi kawasan administratif dan pusat kota Jakarta modern termasuk kompleks Istana Merdeka, Gedung DPRD DKI, dan Monas.

Nama "Gambir" tetap dipertahankan, bahkan menjadi nama stasiun kereta api utama (Stasiun Gambir) dan kelurahan di Jakarta Pusat.

Pada abad ke-18 hingga awal abad ke-19, kawasan Gambir merupakan daerah pertanian dan perkebunan, termasuk kebun gambir dan palawija lainnya.

Masyarakat Betawi tempo dulu banyak menggunakan gambir sebagai bagian dari tradisi menyirih, sehingga tanaman ini dikenal luas dan nama daerah pun diambil dari komoditas tersebut.

Gambir (Uncaria gambir Roxb) merupakan tanaman perdu merambat asal Asia Tenggara yang telah lama dikenal di Nusantara.

Sejak ribuan tahun lalu, ekstrak gambir dipakai sebagai salah satu komponen utama dalam tradisi menyirih. Bahkan bukti arkeologis menunjukkan praktik ini sudah berlangsung setidaknya 2.500 tahun silam.

Baca juga: Randu: Serat Emas Putih yang Terlupakan

Di Indonesia, gambir umumnya diolah menjadi bentuk padat berwarna cokelat kehitaman mirip gula cetak, hasil dari pengepresan dan pengeringan ekstrak daun dan ranting gambir.

Secara tradisional, kegunaan utamanya adalah sebagai penyirih, campuran bersama pinang dan daun sirih, serta sebagai bahan penyamak kulit dan pewarna alami sejak era pra-kolonial.

Catatan sejarah menyebut gambir telah diperdagangkan di kepulauan Malaya sejak abad ke-17, dan penjelajah Eropa seperti Rumphius melaporkan tanaman ini dibudidayakan di Maluku pada pertengahan abad ke-18.

Kandungan katekin dan manfaat kesehatan

Daya tarik utama gambir terletak pada kandungan senyawa aktifnya, terutama katekin. Ekstrak gambir sangat kaya akan katekin, sejenis flavonoid yang dikenal sebagai antioksidan kuat.

Sumber literatur menyebut kadar katekin dalam gambir kering bervariasi; metode ekstraksi tradisional menghasilkan produk dengan sekitar 40-50 persen katekin, sedangkan teknik ekstraksi yang lebih baik mampu meningkatkan kadar katekin hingga di atas 70 persen.

Bahkan, penerapan teknologi pengolahan mutakhir oleh koperasi di Sumatera Barat berhasil memproduksi gambir berkualitas tinggi dengan kadar katekin mencapai 90 persen. Tingginya kandungan katekin inilah yang memberi gambir aktivitas antioksidan yang poten.

Secara empiris, masyarakat telah memanfaatkan gambir untuk berbagai keperluan kesehatan. Sifat astringent gambir dipercaya memperkuat gusi dan gigi ketika menyirih, serta membantu pengeluaran getah empedu yang melancarkan pencernaan.

Berbagai ramuan tradisional menggunakan gambir sebagai obat diare, sariawan, sakit perut, hingga luka ringan.

Kajian ilmiah modern pun mendukung banyak khasiat tersebut. Ekstrak gambir terbukti bersifat antioksidan yang dapat menangkal radikal bebas, serta memiliki aktivitas antibakteri, antiinflamasi, antikanker, antidiabetes, dan beragam potensi farmakologis lainnya.

Baca juga: Minyak Nilam Indonesia yang Mengharumkan Dunia

Halaman:

Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya
Asa Pohon Mete di Tanah Gersang
Asa Pohon Mete di Tanah Gersang
Varietas Tanaman
Belajar dari Sukun Kukus: Menguatkan Ketahanan Pangan lewat Keanekaragaman
Belajar dari Sukun Kukus: Menguatkan Ketahanan Pangan lewat Keanekaragaman
Varietas Tanaman
Halusinasi Negara Agraris
Halusinasi Negara Agraris
Tips
Waktunya Jujur: Petani Butuh Fakta, Bukan Ilusi Statistik
Waktunya Jujur: Petani Butuh Fakta, Bukan Ilusi Statistik
Tips
Jangan Korbankan Teh: Investasi Hijau untuk Masa Depan
Jangan Korbankan Teh: Investasi Hijau untuk Masa Depan
Varietas Tanaman
Mengungkap Potensi Kedawung yang Terabaikan
Mengungkap Potensi Kedawung yang Terabaikan
Varietas Tanaman
Briket Arang Kelapa: Limbah Jadi Komoditas Ekspor
Briket Arang Kelapa: Limbah Jadi Komoditas Ekspor
Varietas Tanaman
Tanaman Penyelamat Lingkungan: Mencegah Banjir dan Longsor
Tanaman Penyelamat Lingkungan: Mencegah Banjir dan Longsor
Varietas Tanaman
Potensi Sabut Kelapa yang Masih Terbuang
Potensi Sabut Kelapa yang Masih Terbuang
Varietas Tanaman
Pelajaran Swasembada Gula Nasional
Pelajaran Swasembada Gula Nasional
Varietas Tanaman
Mengandaikan Generasi Z Menjadi Agripreneurship
Mengandaikan Generasi Z Menjadi Agripreneurship
Tips
Transformasi Kelapa: Dari Komoditas Tradisional ke Industri Bernilai Tinggi
Transformasi Kelapa: Dari Komoditas Tradisional ke Industri Bernilai Tinggi
Varietas Tanaman
Aroma Kopi Jawa Timur: Potensi dari Lereng Ijen hingga Lembah Argopuro
Aroma Kopi Jawa Timur: Potensi dari Lereng Ijen hingga Lembah Argopuro
Varietas Tanaman
Ekonomi Babel: Lada Sebagai Andalan, Bukan Timah
Ekonomi Babel: Lada Sebagai Andalan, Bukan Timah
Varietas Tanaman
Masa Depan Pala Banda
Masa Depan Pala Banda
Varietas Tanaman
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Rp
Minimal apresiasi Rp 5.000
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau