Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kuntoro Boga
Kepala Pusat BSIP Perkebunan, Kementan

Kuntoro Boga Andri, SP, M.Agr, Ph.D, merupakan lulusan Institut Pertanian Bogor tahun 1998. Ia adalah alumni S1 Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian IPB. Pria kelahiran Banjarmasin tahun 1974 ini diangkat sebagai CPNS pada 1999, dan mulai bekerja sebagai peneliti di BPTP Karangploso, Jawa Timur.

Pinang dan Pemanfaatan di Masa Depan

Kompas.com - 10/12/2024, 16:12 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

TANAMAN pinang (Areca catechu L.) telah lama dikenal terutama di Asia Selatan, Asia Tenggara, dan Kepulauan Pasifik. Di Indonesia, pinang telah digunakan secara turun-temurun dalam tradisi sosial dan medis.

Pinang sering dikonsumsi bersama daun sirih dan kapur, digunakan dalam upacara adat, sebagai obat untuk berbagai penyakit, serta untuk keperluan sehari-hari.

Selain itu, dalam banyak budaya di Asia, pengunyahan pinang diyakini dapat mempererat hubungan sosial dan menjaga kesehatan mulut dan gigi.

Indonesia sebagai produsen utama pinang di dunia, memainkan peran penting dalam pasar global pinang.

Dengan pusat produksi terletak di Sumatera dan Kalimantan, pinang menjadi komoditas ekspor yang signifikan bagi negara. Ekspor biji pinang memberikan kontribusi besar terhadap perekonomian.

Di tingkat global, pinang tidak hanya diekspor dalam bentuk bahan mentah, tetapi juga telah diproses menjadi berbagai produk, mulai dari obat-obatan herbal hingga kosmetik, yang semakin populer di pasar internasional.

Hal ini membuka peluang besar bagi pengembangan industri pinang di Indonesia, baik di sektor agribisnis maupun industri hilirnya.

Pengembangan Pinang

Tanaman pinang memiliki peluang besar dikembangkan karena teknis budidayanya relatif mudah dan dapat tumbuh di berbagai kondisi lingkungan.

Tajuk pinang yang tidak terlalu lebar memungkinkan pinang ditanam dengan jarak tanam cukup dekat (2,7 m x 2,7 m), sehingga memungkinkan jumlah pohon pinang yang dapat ditanam per satuan hektare akan lebih banyak (berkisar 1.371 tanaman).

Selain itu, karena bentuk batangnya yang lurus, pinang dapat dijadikan tanaman pagar atau tanaman sela antarkomoditas, untuk memaksimalkan pemanfaatan lahan pertanian.

Tanaman pinang idealnya tumbuh pada ketinggian 0-600 mdpl dan tanah dengan aerasi yang baik, menjadikannya cocok untuk ditanam di berbagai daerah di Indonesia.

Permintaan pinang di pasar internasional, terutama di negara-negara Asia Selatan seperti India, Pakistan, dan Bangladesh, terus meningkat.

Indonesia bersama Thailand, Malaysia, dan Myanmar merupakan salah satu eksportir utama pinang dunia.

Dalam rangka memenuhi permintaan ini, Indonesia perlu fokus pada pengembangan varietas unggul pinang yang dapat memberikan hasil lebih tinggi dan lebih tahan terhadap hama dan penyakit.

Salah satu varietas unggul yang telah diakui adalah Pinang Betara dari Jambi, yang terbukti memiliki daya hasil lebih tinggi dibandingkan varietas pinang lainnya.

Peningkatan kualitas benih melalui pemuliaan tanaman, termasuk metode hibridisasi yang memperhatikan viabilitas pollen, sangat penting untuk menghasilkan tanaman pinang yang berkualitas dan dapat bersaing di pasar internasional.

Pengembangan komoditas pinang yang dilakukan oleh Balitpalma (Balai Penelitian Tanaman
Palma) di Manado, yang saat ini menjadi BSIP Palma, Kementerian Pertanian, menjadi tonggak penting.

Pengembangan tanaman pinang di Indonesia memerlukan ketersediaan benih unggul yang diperoleh melalui pemuliaan dan eksplorasi plasma nutfah.

Halaman:

Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya

Menjadikan Indonesia Pusat Hilirisasi Kelapa Dunia

Menjadikan Indonesia Pusat Hilirisasi Kelapa Dunia

Varietas Tanaman
'Superfood' Daun Kelor: Nilai Gizi, Ekonomi, dan Lingkungan

"Superfood" Daun Kelor: Nilai Gizi, Ekonomi, dan Lingkungan

Varietas Tanaman
Peluang Budidaya Kurma di Indonesia: Teknologi dan Kisah Sukses

Peluang Budidaya Kurma di Indonesia: Teknologi dan Kisah Sukses

Varietas Tanaman
Purwoceng, Ginseng Lokal Bernilai Tinggi

Purwoceng, Ginseng Lokal Bernilai Tinggi

Varietas Tanaman
Manfaat Ekonomi dan Lingkungan Serai Wangi

Manfaat Ekonomi dan Lingkungan Serai Wangi

Varietas Tanaman
Kakao Indonesia: Dari Potensi Lokal ke Produk Premium Dunia

Kakao Indonesia: Dari Potensi Lokal ke Produk Premium Dunia

Varietas Tanaman
Sensasi Pedas Jaman Majapahit: Memanfaatkan Kembali Cabai Jawa

Sensasi Pedas Jaman Majapahit: Memanfaatkan Kembali Cabai Jawa

Varietas Tanaman
Pala: Warisan Nusantara Menuju Pemanfaatan Global

Pala: Warisan Nusantara Menuju Pemanfaatan Global

Varietas Tanaman
Anggur Muscat dan Keberpihakan pada Buah Lokal

Anggur Muscat dan Keberpihakan pada Buah Lokal

Varietas Tanaman
Mengenal Gula Bit: Inovasi Pemanis

Mengenal Gula Bit: Inovasi Pemanis

Varietas Tanaman
Peluang Stevia dalam Diversifikasi Industri Gula

Peluang Stevia dalam Diversifikasi Industri Gula

Varietas Tanaman
Mengoptimalkan Keunggulan Tanaman Obat Indonesia

Mengoptimalkan Keunggulan Tanaman Obat Indonesia

Varietas Tanaman
Menggali Peluang Ekonomi dan Manfaat Kayu Manis

Menggali Peluang Ekonomi dan Manfaat Kayu Manis

Varietas Tanaman
Kacang Mete: Komoditas Potensial di Lahan Marginal

Kacang Mete: Komoditas Potensial di Lahan Marginal

Varietas Tanaman
Mengembalikan Kejayaan Industri Teh Indonesia

Mengembalikan Kejayaan Industri Teh Indonesia

Varietas Tanaman
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau