Balitpalma mengoleksi 44 aksesi tanaman pinang dari berbagai provinsi di Indonesia untuk mendukung penelitian genetika dan pemuliaan.
Salah satu metode penting yang digunakan dalam pengembangan varietas unggul adalah hibridisasi, yang memerlukan pengelolaan viabilitas pollen yang baik agar proses fertilisasi dapat berjalan dengan efektif.
Kegiatan pemuliaan pinang juga mendukung peningkatan kualitas benih yang lebih cepat dan produktif, serta mendukung keberhasilan dalam pemuliaan pinang untuk menghasilkan varietas unggul.
Berbagai varietas pinang unggul perlu dikembangkan dan diperkenalkan kepada para petani. Beberapa varietas unggul seperti Pinang Betara dari Jambi, Pinang Wangi Sikucua dari Sumatera Barat, Pinang Emas dari Sulawesi Utara, dan Pinang Merah memiliki karakteristik berbeda, seperti ukuran buah lebih besar, daya tahan tanaman lebih baik, cepat berbuah, kadar tanin tinggi, serta hasil lebih tinggi.
Pemilihan varietas yang tepat sesuai dengan kondisi lingkungan tempat budidaya sangat penting untuk memastikan keberhasilan dan keberlanjutan produksi pinang.
Sebagai contoh, Pinang Betara dari Jambi telah terbukti menghasilkan hingga 5,6 ton per hektare, jauh lebih tinggi daripada varietas pinang biasa, sehingga menjadi salah satu varietas unggul yang banyak dipilih oleh petani di Indonesia.
Tantangan utama dalam pengembangan tanaman pinang di Indonesia adalah pemahaman petani mengenai teknik budidaya yang baik.
Untuk itu, diperlukan sosialisasi dan pelatihan bagi petani agar mereka dapat mengadopsi praktik budidaya yang lebih baik dan efisien.
Kementan telah mendorong petani untuk menanam varietas unggul, seperti Pinang Betara, yang memiliki potensi hasil lebih tinggi dengan kualitas lebih baik, guna meningkatkan produktivitas dan kualitas ekspor pinang Indonesia.
Pemerintah menyadari potensi besar pinang sebagai komoditas ekspor unggulan dan mendukung pengembangan, baik dari sisi produksi maupun nilai tambah.
Pemerintah juga berusaha menghubungkan hasil riset dari berbagai lembaga termasuk universitas dengan sektor industri untuk memaksimalkan komersialisasi pinang, yang diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan petani dan mendongkrak perekonomian daerah.
Propinsi Jambi menyumbang lebih dari 30 persen total ekspor pinang nasional dalam 5 tahun terakhir, dengan andalan varietas unggul Pinang Betara.
Jenis Pinang Betara menyumbang sekitar 40 persen total ekspor pinang Indonesia. Pinang Betara memiliki keunggulan dalam hal pertumbuhan cepat dan produksi tinggi, serta telah mendapatkan perlindungan indikasi geografis (IG) dan dilepas sebagai varietas unggul oleh Menteri Pertanian.
Tujuan utama ekspor pinang Indonesia ke negara-negara seperti India, Pakistan, China dan Thailand.
Seiring dengan kemajuan teknologi, pemanfaatan pinang semakin berkembang, khususnya di sektor farmasi dan industri.
Penelitian modern menunjukkan bahwa buah pinang mengandung lebih dari 50 senyawa aktif, seperti alkaloid, flavonoid, tanin, dan triterpen, yang memiliki berbagai manfaat medis.
Senyawa-senyawa ini berfungsi menghambat pertumbuhan bakteri patogen, meredakan rasa lapar, mengurangi mual pada ibu hamil, pengobatan osteoporosis, antiinflamasi, dan antialergi.
Selain itu, pinang juga digunakan untuk mengatasi penyakit seperti disentri, infeksi cacing, dan memiliki potensi dalam pengobatan kanker.