Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kuntoro Boga
Direktur Hilirisasi Hasil Perkebunan, Kementan

Praktisi, Peneliti dan Pengamat Pertanian

Peluang Stevia dalam Diversifikasi Industri Gula

Kompas.com - 30 Januari 2025, 15:52 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

INDONESIA menghadapi tantangan signifikan dalam memenuhi kebutuhan gula domestik yang terus meningkat seiring pertumbuhan populasi dan diversifikasi konsumsi makanan serta minuman.

Produksi gula nasional yang masih jauh dari cukup untuk mengimbangi permintaan telah menimbulkan ketergantungan pada impor.

Situasi ini tidak hanya berdampak pada ekonomi nasional, tetapi juga menimbulkan kekhawatiran terhadap ketahanan pangan jangka panjang.

Dalam konteks ini, stevia (Stevia rebaudiana), pemanis alami rendah kalori, muncul sebagai solusi yang menjanjikan.

Stevia tidak hanya menawarkan alternatif yang lebih sehat dibandingkan gula tebu, tetapi juga menjadi peluang strategis untuk mendukung diversifikasi ekonomi dan pemberdayaan petani.

Baca juga: Bahan Bakar Nabati Alternatif Selain Sawit

Keunggulan utama stevia terletak pada daya manisnya yang mencapai 200-300 kali lebih tinggi daripada gula pasir, tanpa menambah kalori maupun memengaruhi kadar gula darah.

Hal ini menjadikannya pilihan ideal bagi penderita diabetes dan individu yang ingin mengurangi asupan gula dalam pola makan mereka.

Selain itu, stevia memiliki manfaat tambahan berupa sifat antioksidan dan antiinflamasi, yang mendukung kesehatan secara keseluruhan.

Dengan karakteristik ini, stevia tidak hanya berfungsi sebagai pemanis biasa, tetapi juga sebagai komponen yang dapat meningkatkan kualitas hidup konsumen di tengah tren gaya hidup sehat yang semakin populer.

Budidaya dan produksi stevia

Stevia, tanaman tropis yang berasal dari dataran tinggi Amerika Selatan, telah lama dikenal sebagai pemanis alami yang lebih sehat dibandingkan gula tebu.

Budidayanya relatif sederhana dan dapat dilakukan di berbagai daerah di Indonesia, seperti Jawa Barat, Jawa Timur, Bali, dan Sumatera Utara.

Tanaman ini membutuhkan curah hujan cukup, sinar matahari melimpah, serta tanah bertekstur ringan untuk tumbuh optimal.

Dengan masa panen singkat, hanya 3-4 bulan, stevia menawarkan keuntungan ekonomi yang cepat bagi petani yang mengelolanya secara intensif, menjadikannya pilihan menarik untuk diversifikasi pertanian di Indonesia.

Setelah dipanen, daun stevia harus dikeringkan dan diekstraksi untuk mendapatkan senyawa steviol glikosida yang memberikan rasa manis alami.

Baca juga: Kacang Mete: Komoditas Potensial di Lahan Marginal

Ekstrak ini kemudian diolah menjadi berbagai bentuk seperti bubuk, cairan, atau tablet, yang siap digunakan dalam berbagai produk makanan dan minuman.

Teknologi pemrosesan modern, seperti filtrasi membran dan metode superkritik CO2, telah berhasil meningkatkan efisiensi ekstraksi dan mengatasi aftertaste pahit yang sebelumnya menjadi tantangan.

Kemajuan teknologi ini memberikan nilai tambah signifikan pada produk stevia, menjadikannya semakin kompetitif di pasar domestik dan global.

Dukungan pemerintah sangat penting dalam mendorong pengembangan industri stevia di Indonesia.

Kementerian Pertanian, melalui Direktorat Jenderal Perkebunan, telah menunjukkan komitmennya dengan menyediakan subsidi bibit, akses kredit usaha rakyat, serta promosi produk di pasar internasional.

Langkah-langkah ini menjadi strategi utama untuk memperkuat posisi Indonesia sebagai produsen utama stevia dunia. Selain itu, kemitraan dengan sektor swasta dan lembaga penelitian dapat semakin mempercepat pengembangan industri ini.

Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat (dulu BALITTAS), yang saat ini bawah koordinasi BSIP Perkebunan, memiliki 21 aksesi plasma nutfah stevia. Dua di antaranya adalah aksesi Kuning dan Cibodas Manis (CM-3).

Masing-masing aksesi memiliki karakteristik unik, seperti daun kecil pada aksesi Kuning dan daun kuning pada aksesi CM-3, yang memerlukan inovasi dalam pengembangan varietas unggul.

Salah satu pendekatan inovatif yang dapat dilakukan adalah melalui mutagenesis untuk meningkatkan produktivitas tanaman dan kualitas hasil panen.

Dengan pengembangan varietas unggul, industri stevia Indonesia dapat semakin kompetitif dan berdaya saing di pasar global.

Selain inovasi teknis, edukasi konsumen tentang manfaat stevia sebagai pemanis alami yang sehat harus terus ditingkatkan.

Baca juga: Tren 2025: Peluang dan Daya Saing Kopi Indonesia

Upaya ini dapat memperluas adopsi produk stevia di masyarakat sekaligus mendorong permintaan pasar domestik.

Dukungan kebijakan berupa insentif finansial, penguatan distribusi produk, dan perlindungan terhadap persaingan produk impor juga diperlukan untuk memastikan keberlanjutan industri ini.

Dengan pendekatan holistik, stevia tidak hanya dapat menjadi solusi atas kebutuhan pemanis yang sehat, tetapi juga peluang strategis bagi pengembangan ekonomi dan ketahanan pangan nasional.

Potensi ekonomi dan dampak sosial

Permintaan global terhadap stevia terus meningkat seiring dengan kesadaran konsumen akan pentingnya pola konsumsi yang sehat.

Pasar utama seperti Eropa dan Amerika Utara menunjukkan tren positif terhadap produk berbasis stevia, membuka peluang besar bagi Indonesia untuk menjadi bagian dari rantai pasok global.

Dengan iklim tropis yang ideal untuk budidaya stevia, Indonesia memiliki potensi besar menjadi salah satu produsen utama dunia.

Namun, potensi ini hanya dapat terwujud jika didukung strategi efektif dalam pengembangan budidaya, teknologi pengolahan, serta promosi produk.

Manfaat ekonomi stevia sangat signifikan, baik melalui ekspor maupun pemberdayaan petani lokal. Dengan pelatihan intensif dan pendampingan teknis, petani dapat meningkatkan produktivitas dan kualitas hasil panen mereka.

Pola kemitraan antara petani, pemerintah, dan sektor swasta dapat menciptakan ekosistem produksi berkelanjutan, sehingga mendukung pengembangan industri stevia secara menyeluruh.

Pengolahan daun stevia menjadi produk bernilai tambah, seperti pemanis bubuk atau cair, tidak hanya memperluas peluang ekspor, tetapi juga meningkatkan pendapatan petani dan mendukung perekonomian lokal.

Pasar global untuk stevia diproyeksikan tumbuh dari Rp 14,4 triliun pada 2025 menjadi Rp 23,2 triliun pada 2030, dengan tingkat pertumbuhan tahunan sekitar 10,12 persen.

Tren ini memberikan peluang bagi Indonesia untuk mengurangi ketergantungan pada impor gula sekaligus menciptakan lapangan kerja baru di sektor agribisnis.

Kolaborasi dengan industri makanan dan minuman domestik juga menjadi kunci untuk memperluas pasar lokal.

Banyak produsen kini menggantikan gula dengan stevia dalam produk seperti minuman ringan, permen, dan roti, yang tidak hanya memenuhi permintaan konsumen akan produk sehat, tetapi juga meningkatkan daya saing produk Indonesia di pasar internasional.

Baca juga: Teh Artisan: Dedikasi, Kreativitas, dan Keberlanjutan

Tantangan dan strategi pengembangan

Meskipun potensi stevia di Indonesia sangat besar, pengembangannya masih menghadapi berbagai tantangan.

Edukasi petani mengenai teknik budidaya modern, akses terhadap bibit unggul, serta penguatan infrastruktur distribusi menjadi prioritas yang perlu segera ditangani.

Untuk bersaing dengan produk impor, peningkatan daya saing melalui efisiensi produksi dan peningkatan kualitas produk juga sangat diperlukan.

Hal ini membutuhkan upaya kolaboratif yang melibatkan berbagai pemangku kepentingan untuk menciptakan ekosistem yang mendukung pengembangan stevia secara menyeluruh.

Kemitraan antara sektor publik dan swasta merupakan kunci keberhasilan dalam pengembangan industri stevia.

Pemerintah dapat memfasilitasi penelitian lebih lanjut guna memperluas aplikasi stevia, tidak hanya dalam industri makanan dan minuman, tetapi juga dalam sektor farmasi dan kosmetik.

Pendekatan holistik ini akan memastikan keberlanjutan industri stevia, meningkatkan kesejahteraan petani, dan mendukung pertumbuhan ekonomi lokal.

Sebagai pemanis alami yang berkelanjutan, stevia memiliki potensi besar untuk menjadi komoditas unggulan Indonesia di pasar global, sekaligus memperkuat posisi Indonesia sebagai produsen pangan inovatif.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang


Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya
Jangan Korbankan Teh: Investasi Hijau untuk Masa Depan
Jangan Korbankan Teh: Investasi Hijau untuk Masa Depan
Varietas Tanaman
Mengungkap Potensi Kedawung yang Terabaikan
Mengungkap Potensi Kedawung yang Terabaikan
Varietas Tanaman
Briket Arang Kelapa: Limbah Jadi Komoditas Ekspor
Briket Arang Kelapa: Limbah Jadi Komoditas Ekspor
Varietas Tanaman
Tanaman Penyelamat Lingkungan: Mencegah Banjir dan Longsor
Tanaman Penyelamat Lingkungan: Mencegah Banjir dan Longsor
Varietas Tanaman
Potensi Sabut Kelapa yang Masih Terbuang
Potensi Sabut Kelapa yang Masih Terbuang
Varietas Tanaman
Pelajaran Swasembada Gula Nasional
Pelajaran Swasembada Gula Nasional
Varietas Tanaman
Mengandaikan Generasi Z Menjadi Agripreneurship
Mengandaikan Generasi Z Menjadi Agripreneurship
Tips
Transformasi Kelapa: Dari Komoditas Tradisional ke Industri Bernilai Tinggi
Transformasi Kelapa: Dari Komoditas Tradisional ke Industri Bernilai Tinggi
Varietas Tanaman
Aroma Kopi Jawa Timur: Potensi dari Lereng Ijen hingga Lembah Argopuro
Aroma Kopi Jawa Timur: Potensi dari Lereng Ijen hingga Lembah Argopuro
Varietas Tanaman
Ekonomi Babel: Lada Sebagai Andalan, Bukan Timah
Ekonomi Babel: Lada Sebagai Andalan, Bukan Timah
Varietas Tanaman
Masa Depan Pala Banda
Masa Depan Pala Banda
Varietas Tanaman
Revitalisasi Kebun Teh: Menyatukan Alam, Wisata, dan Harapan
Revitalisasi Kebun Teh: Menyatukan Alam, Wisata, dan Harapan
Varietas Tanaman
Pasar Organik dan Produk Perkebunan
Pasar Organik dan Produk Perkebunan
Varietas Tanaman
DNA Petani Kita, Tangguh di Era Modernisasi
DNA Petani Kita, Tangguh di Era Modernisasi
Perawatan
Menikmati Renyahnya Potensi Kenari Ternate
Menikmati Renyahnya Potensi Kenari Ternate
Varietas Tanaman
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau