Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kuntoro Boga
Direktur Hilirisasi Hasil Perkebunan, Kementan

Praktisi, Peneliti dan Pengamat Pertanian

Potensi Kelapa Genjah dan Pemenuhan Santan

Kompas.com - 14 Juni 2025, 10:23 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

PRODUKSI kelapa di Indonesia masih sangat didominasi oleh jenis kelapa dalam, dengan luas lahan mencapai 3,50 juta hektar pada 2014 dan menurun menjadi 3,23 juta hektar pada 2023.

Sebaliknya, kelapa genjah atau hibrida hanya mencakup sekitar 2–3 persen dari total areal, turun dari 104.500 hektar menjadi 87.400 hektar pada periode yang sama.

Secara produktivitas, kelapa genjah unggul dengan produktivitas sekitar 1,30–1,35 ton per hektar, dibandingkan rata-rata nasional 1,14 ton per hektar. Hal ini disebabkan oleh sifat genjah yang lebih cepat berbuah dan menghasilkan buah lebih banyak per pohon.

Sebaran produksi kelapa dalam terkonsentrasi di Riau, Sulawesi Utara, Jawa Timur, Maluku Utara, Sulawesi Tengah, dan Jawa Tengah.

Sementara itu, produksi kelapa genjah terkonsentrasi di Riau, yang menyumbang 72,4 persen total produksi genjah nasional, dengan kontribusi kecil dari Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Utara, dan Sulawesi Bara.

Tren pasar dan ekspor santan

Permintaan terhadap produk olahan kelapa, khususnya santan (coconut milk), terus menunjukkan tren peningkatan.

Di dalam negeri, konsumsi produk kelapa naik 15 persen pada 2024, seiring dengan gaya hidup sehat dan meningkatnya minat terhadap pangan alami berbasis nabati. Produk seperti santan instan dan gula kelapa semakin diminati konsumen.

Baca juga: Kelapa: Komoditas Strategis, Nasib Petani, dan Arah Kebijakan

Sementara itu, ekspor santan Indonesia juga berkembang pesat. Sepanjang 2022, Karantina Manado mencatat ekspor 2.606 ton santan beku ke tujuh negara, termasuk China, Jerman, dan Australia, dengan nilai mencapai Rp 50,8 miliar.

Pada awal 2023, ekspor perdana dari Minahasa Utara ke China mencapai 52 ton. Sementara pada kuartal pertama 2025, Sumatera Barat mengisi pasar Inggris dan Malaysia dengan pengiriman sekitar 33.401 ton.

Secara global, nilai pasar santan diperkirakan mencapai 1,3 miliar dollar AS pada 2025 dan terus tumbuh hingga 2,4 miliar dollar AS pada 2035, dengan laju pertumbuhan sekitar 5,8 persen per tahun.

Tren ini didorong oleh meningkatnya konsumsi diet bebas laktosa, gaya hidup vegan, dan kesadaran akan manfaat lemak sehat seperti MCT dalam santan.

Negara-negara tujuan ekspor utama mencakup China, Vietnam, Thailand, hingga negara-negara Eropa. Meski kontribusi ekspor Indonesia masih kecil dibandingkan potensi global, tren positif terlihat dari peningkatan volume dan frekuensi pengiriman.

Di sisi lain, harga santan instan di dalam negeri juga mengalami kenaikan, mendorong perhatian pemerintah terhadap stabilisasi harga dan efisiensi rantai pasok.

Kelapa genjah sebagai bahan santan

Dari sisi ekonomi, kelapa Genjah memiliki sejumlah keunggulan strategis yang menjadikannya menarik bagi petani dan pelaku industri olahan.

Salah satu kelebihannya adalah masa berbuah lebih singkat, yakni hanya 3–4 tahun setelah tanam, dibanding kelapa dalam yang memerlukan 6–7 tahun.

Halaman:

Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya
Tanaman Penyelamat Lingkungan: Mencegah Banjir dan Longsor
Tanaman Penyelamat Lingkungan: Mencegah Banjir dan Longsor
Varietas Tanaman
Potensi Sabut Kelapa yang Masih Terbuang
Potensi Sabut Kelapa yang Masih Terbuang
Varietas Tanaman
Pelajaran Swasembada Gula Nasional
Pelajaran Swasembada Gula Nasional
Varietas Tanaman
Mengandaikan Generasi Z Menjadi Agripreneurship
Mengandaikan Generasi Z Menjadi Agripreneurship
Tips
Transformasi Kelapa: Dari Komoditas Tradisional ke Industri Bernilai Tinggi
Transformasi Kelapa: Dari Komoditas Tradisional ke Industri Bernilai Tinggi
Varietas Tanaman
Aroma Kopi Jawa Timur: Potensi dari Lereng Ijen hingga Lembah Argopuro
Aroma Kopi Jawa Timur: Potensi dari Lereng Ijen hingga Lembah Argopuro
Varietas Tanaman
Ekonomi Babel: Lada Sebagai Andalan, Bukan Timah
Ekonomi Babel: Lada Sebagai Andalan, Bukan Timah
Varietas Tanaman
Masa Depan Pala Banda
Masa Depan Pala Banda
Varietas Tanaman
Revitalisasi Kebun Teh: Menyatukan Alam, Wisata, dan Harapan
Revitalisasi Kebun Teh: Menyatukan Alam, Wisata, dan Harapan
Varietas Tanaman
Pasar Organik dan Produk Perkebunan
Pasar Organik dan Produk Perkebunan
Varietas Tanaman
DNA Petani Kita, Tangguh di Era Modernisasi
DNA Petani Kita, Tangguh di Era Modernisasi
Perawatan
Menikmati Renyahnya Potensi Kenari Ternate
Menikmati Renyahnya Potensi Kenari Ternate
Varietas Tanaman
Menata Ulang Kemitraan Gula: Jalan Menuju Kemandirian
Menata Ulang Kemitraan Gula: Jalan Menuju Kemandirian
Varietas Tanaman
Kluwek: Rahasia Kepayang pada Kuliner Nusantara
Kluwek: Rahasia Kepayang pada Kuliner Nusantara
Varietas Tanaman
Bongkar Ratoon Tebu, Jalan Cepat Swasembada Gula
Bongkar Ratoon Tebu, Jalan Cepat Swasembada Gula
Varietas Tanaman
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau