
Produktivitasnya pun tinggi, dengan rata-rata 60–120 butir per pohon per tahun, tergantung varietas.
Misalnya, Genjah Salak mampu menghasilkan hingga 120 butir per tahun, sedangkan Genjah Kuning Bali sekitar 60–110 butir.
Baca juga: Fluktuasi Harga Kopi dan Insentif bagi Petani Indonesia
Meskipun ukuran buahnya lebih kecil (160–180 gram), produktivitas per hektar kelapa genjah dapat mencapai 1,30–1,35 ton, sedikit lebih tinggi dibanding kelapa dalam yang berada di kisaran 1,14 ton per hektar.
Beberapa varietas unggul seperti genjah pandan wangi dan genjah kopyor bahkan memiliki harga jual lebih tinggi karena keunikan rasa dan bentuknya.
Sebaliknya, kelapa dalam menghasilkan buah yang lebih besar (300–500 gram per butir) tetapi baru mulai berbuah pada usia 6–7 tahun, dengan produktivitas awal sekitar 50–80 butir per pohon per tahun.
Meski produktivitasnya lebih rendah, kelapa dalam tetap dominan secara nasional karena menguasai sekitar 97 persen dari total areal perkebunan kelapa di Indonesia.
Dari segi biaya, perawatan kelapa dalam dan genjah relatif setara. Namun kelapa genjah lebih fleksibel untuk dibudidayakan di pekarangan atau lahan sempit yang kurang cocok untuk tanaman tinggi, sehingga cocok untuk pengembangan di daerah padat penduduk atau lahan marginal yang belum termanfaatkan secara optimal.
Baik kelapa dalam maupun genjah memiliki potensi besar untuk diolah menjadi produk bernilai tinggi seperti santan cair, santan bubuk, santan instan, serta produk turunan seperti santan organik dan pangan fungsional.
Namun, kelapa genjah lebih unggul dari segi siklus panen yang cepat dan potensi harga jual buah yang lebih tinggi pada varietas premium, menjadikannya ideal untuk industri rumah tangga skala kecil-menengah dan pasar modern.
Sementara itu, kelapa dalam tetap menjadi andalan industri besar, khususnya dalam produksi kopra, minyak kelapa, dan santan konvensional untuk pasar ekspor dan kebutuhan domestik dalam jumlah besar.
Santan kelapa memiliki nilai gizi tinggi karena mengandung lemak rantai sedang atau Medium Chain Triglycerides (MCT), terutama asam laurat yang berfungsi meningkatkan metabolisme, mempercepat rasa kenyang, dan mendukung penurunan berat badan melalui proses termogenesis.
Selain itu, asam laurat akan diubah menjadi monolaurin yang bersifat antivirus, antibakteri, dan antijamur, menjadikan santan sebagai pangan fungsional yang baik untuk sistem kekebalan tubuh.
Baca juga: Mengurai Keruwetan Tata Niaga Kelapa
Santan juga mengandung antioksidan seperti vitamin E dan senyawa fenolik, serta mineral penting seperti kalsium, kalium, dan magnesium.
Kandungan ini berperan penting dalam menjaga kesehatan jantung, fungsi saraf, dan keseimbangan elektrolit tubuh, sehingga konsumsi santan secara bijak dalam pola makan nabati dapat berkontribusi besar terhadap kesehatan masyarakat.
Pemerintah Indonesia perlu terus mendorong pengembangan kelapa genjah sebagai strategi untuk memperkuat ketahanan pangan dan meningkatkan kesejahteraan petani.