Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cara Membuat Pestisida dari Biji Bengkuang

Kompas.com - 26/04/2023, 17:35 WIB
Siti Nur Aeni

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Bengkuang merupakan salah satu umbi-umbian yang banyak disukai. Umbi ini biasanya dinikmati sebagai rujak, asinan, atau dimakan secara langsung.

Selain umbi yang rasanya enak, biji tanaman bengkuang juga bisa bisa dimanfaatkan sebagai pestisida nabati. menurut penjelasan di situs Ditjen Perkebunan, biji bengkuang mengandung senyawa beracun “derrid”.

Senyawa tersebut bersifat racun mulut yang mengandung bioaktif alkaloid dan pachyrrhizus, sehingga bisa meningkatkan N2 dalam tanah. Beberapa hama sasaran yang dapat diatasi menggunakan pestisida ini antara lain; hama pengisap, kumbang, dan ulat.

Baca juga: Cara Menanam Bengkuang dengan Mudah dan Cepat Panen

Lantas, bagaimana cara membuat pestisida dari biji bengkuang? Dikutip dari Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian, Rabu (26/4/2023), berikut penjelasan selengkapnya.

Umbi bengkuangFREEPIK/dashu83 Umbi bengkuang

Alat dan bahan

Terdapat beberapa alat dan bahan yang perlu disiapkan sebelum membuat pestisida dari biji bengkuang, antara lain;

  • ½ kg biji bengkuang
  • 20 liter air
  • Alat penumbuk atau blender
  • Ember
  • Saringan

Cara membuat pestisida dari biji bengkuang

Setelah semua alat dan bahan tersedia, langkah selanjutnya yaitu proses pembuatan. Biji bengkuang perlu dikeringkan terlebih dahulu.

Baca juga: Catat, Ini 10 Bahan Alami untuk Membuat Pestisida

Kemudian, tumbuk atau haluskan biji bengkuang yang sudah kering. Redam biji bengkuang dalam air selama 1 sampai 2 hari. Lalu, saring untuk memisahkan larutan dengan ampasnya.

Terakhir, semprotkan ke seluruh bagian tanaman di pagi atau sore. Sebaiknya aplikasikan pestisida saat cuaca cerah agar lebih efektif.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya

Dari Kebun ke Pasar Dunia: Kelapa Indonesia di Tengah Gelombang Harga

Dari Kebun ke Pasar Dunia: Kelapa Indonesia di Tengah Gelombang Harga

Varietas Tanaman
Membawa Gambir ke Pasar Global

Membawa Gambir ke Pasar Global

Varietas Tanaman
Randu: Serat Emas Putih yang Terlupakan

Randu: Serat Emas Putih yang Terlupakan

Varietas Tanaman
Serat Alam dari Masa Lalu: Potensi Abaca di Indonesia

Serat Alam dari Masa Lalu: Potensi Abaca di Indonesia

Varietas Tanaman
Serat Alam dan Potensi Pengembangannya

Serat Alam dan Potensi Pengembangannya

Varietas Tanaman
Menjadikan Indonesia Pusat Hilirisasi Kelapa Dunia

Menjadikan Indonesia Pusat Hilirisasi Kelapa Dunia

Varietas Tanaman
'Superfood' Daun Kelor: Nilai Gizi, Ekonomi, dan Lingkungan

"Superfood" Daun Kelor: Nilai Gizi, Ekonomi, dan Lingkungan

Varietas Tanaman
Peluang Budidaya Kurma di Indonesia: Teknologi dan Kisah Sukses

Peluang Budidaya Kurma di Indonesia: Teknologi dan Kisah Sukses

Varietas Tanaman
Purwoceng, Ginseng Lokal Bernilai Tinggi

Purwoceng, Ginseng Lokal Bernilai Tinggi

Varietas Tanaman
Manfaat Ekonomi dan Lingkungan Serai Wangi

Manfaat Ekonomi dan Lingkungan Serai Wangi

Varietas Tanaman
Kakao Indonesia: Dari Potensi Lokal ke Produk Premium Dunia

Kakao Indonesia: Dari Potensi Lokal ke Produk Premium Dunia

Varietas Tanaman
Sensasi Pedas Jaman Majapahit: Memanfaatkan Kembali Cabai Jawa

Sensasi Pedas Jaman Majapahit: Memanfaatkan Kembali Cabai Jawa

Varietas Tanaman
Pala: Warisan Nusantara Menuju Pemanfaatan Global

Pala: Warisan Nusantara Menuju Pemanfaatan Global

Varietas Tanaman
Anggur Muscat dan Keberpihakan pada Buah Lokal

Anggur Muscat dan Keberpihakan pada Buah Lokal

Varietas Tanaman
Mengenal Gula Bit: Inovasi Pemanis

Mengenal Gula Bit: Inovasi Pemanis

Varietas Tanaman
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau