Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cara Mengatasi Daun Durian yang Menguning dan Rontok

Kompas.com, 13 September 2022, 14:10 WIB
Siti Nur Aeni ,
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Tanaman durian yang memiliki daun menguning dan rontok dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangannya. 

Pasalnya, daun bereran penting dalam fotosintesis. Daun yang menguning dan rontok bisa menghambat proses fotoisntesis. 

Baca juga: Simak, Begini Cara Mengatasi Daun Durian Menguning dan Rontok

Akibatnya, tanaman tidak tumbuh dan berproduksi secara maksimal. Maka itu, penting segera mengatasi masalah ini. 

Secara umum, penyebab daun durian menguning dan rontok adalah serangan patogen atau kekurangan unsur sulfur.

Salah satu jenis patogen yang bisa menyebabkan gejala tersebut adalah jamur Pythium complectens.

Dikutip dari Cybex Kementerian Pertanian, Selasa, (13/9/2022), jamur ini bisa menyerang bagian daun, akar, hingga percabangan pohon durian. Jamur Pythium complectens menyebabkan gejala daun menguning dan gugur.

Baca juga: 4 Hama yang Sering Menyerang Pohon Durian dan Cara Mengendalikannya

Ilustrasi durian musang king.SHUTTERSTOCK/BARLYPRODUCTION Ilustrasi durian musang king.

Tak hanya itu, bagian cabang pohon yang terserang juga akan tampak sakit dan mati pada bagian ujungnya. Perkembangan tunas di cabang bawahnya juga akan terganggu.

Kulit tanaman yang berada di atas permukaan tanah juga bisa beruah menjadi coklat, kemudian membusuk. Akar akan mengalami pembusukan di bagian akar bawah dan tidak menutup kemungkinan busuk menyebar hingga ke ujung akar lateral dan akar tunggang. 

Baca juga: 6 Tips Menanam Durian di Halaman Belakang Rumah

Apabila dilihat sekilas, akar tampak normal, tapi sebenarnya jaringan kulit akar sudah berwarna coklat tua dan pembuluhnya berwarna merah jambu. Maka itu, serangan patogen ini harus segera diatasi sebelum gejalanya meluas.

Cara mengatasi daun durian menguning dan rontok akibat jamur patogen bisa dilakukan dengan membuat aluran drainase yang baik untuk menjaga kondisi pertanaman tidak terlalu basah dan air tetap mengalir.

Selain itu, membongkar pohon yang sakit, kemudian memunaskannya, serta menggunakan bibit unggul yang tahan serangan patogen ini. 

Baca juga: 4 Perawatan Tanaman Durian agar Tumbuh Subur dan Berbuah Banyak

Kekurangan sulfur

Ilustrasi buah durian, pohon durian.WIKIMEDIA COMMONS/BERNARDUS T NADEAK Ilustrasi buah durian, pohon durian.

Tak hanya serangan jamur patogen, daun durian menguning dan rontok juga bisa disebabkan defisiensi sulfur. Perlu diketahui, sulfur merupakan salah satu unsur hara yang diperlukan tanaman.

Kekurangan unsur hara ini dapat membuat tanaman durian mengalami gangguan.

Mengutip dari laman Plantix, kekurangan sulfur bisa menyebabkan daun durian menjadi hijau pucat. Kemudian, lama-kelamaan daun durian berwarna hijau kekuningan dan berubah menjadi kuning seluruhnya.

Gejala ini umumnya ditemukan pertama kali pada daun bagian atas.

Baca juga: 8 Jenis Pupuk yang Bagus untuk Pohon Durian

Cara mengatasi daun durian menguning dan rontok yang disebabkan  kekurangan sulfur bisa dilakukan secara hayati atau kimiawi.

Pengendalian hayati yang digunakan adalah pemberian kompos pupuk kandang dan pupuk daun. Jenis pupuk ini dapat menambah bahan organik serta memperbaiki kekurangan unsur hara sulfur pada tanaman.

Sedangkan, pengendalian kimiawi dapat dilakukan dengan mengaplikasikan pupuk kaya sulfur.

Namun, perlu diingat, pemberian pupuk kimia harus sesuai dengan dosis yang dianjurkan. Mengaplikasikan secara berlebihan bisa membuat tanaman mengalami gangguan lain dan mencemari lingkungan sekitar.

Baca juga: Simak, Cara Merawat Pohon Durian agar Berbuah Lebat

Namun, selain patogen dan kekurangan sulfur, daun durian menguning dan rontok bisa juga disebabkan hal lain.

Karena itu, penting memahami tanaman yang sedang dibudidayakan serta memastikan kondisi lingkungan sesuai dengan syarat tumbuh tanaman tersebut.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang


Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya
Belajar dari Sukun Kukus: Menguatkan Ketahanan Pangan lewat Keanekaragaman
Belajar dari Sukun Kukus: Menguatkan Ketahanan Pangan lewat Keanekaragaman
Varietas Tanaman
Halusinasi Negara Agraris
Halusinasi Negara Agraris
Tips
Waktunya Jujur: Petani Butuh Fakta, Bukan Ilusi Statistik
Waktunya Jujur: Petani Butuh Fakta, Bukan Ilusi Statistik
Tips
Jangan Korbankan Teh: Investasi Hijau untuk Masa Depan
Jangan Korbankan Teh: Investasi Hijau untuk Masa Depan
Varietas Tanaman
Mengungkap Potensi Kedawung yang Terabaikan
Mengungkap Potensi Kedawung yang Terabaikan
Varietas Tanaman
Briket Arang Kelapa: Limbah Jadi Komoditas Ekspor
Briket Arang Kelapa: Limbah Jadi Komoditas Ekspor
Varietas Tanaman
Tanaman Penyelamat Lingkungan: Mencegah Banjir dan Longsor
Tanaman Penyelamat Lingkungan: Mencegah Banjir dan Longsor
Varietas Tanaman
Potensi Sabut Kelapa yang Masih Terbuang
Potensi Sabut Kelapa yang Masih Terbuang
Varietas Tanaman
Pelajaran Swasembada Gula Nasional
Pelajaran Swasembada Gula Nasional
Varietas Tanaman
Mengandaikan Generasi Z Menjadi Agripreneurship
Mengandaikan Generasi Z Menjadi Agripreneurship
Tips
Transformasi Kelapa: Dari Komoditas Tradisional ke Industri Bernilai Tinggi
Transformasi Kelapa: Dari Komoditas Tradisional ke Industri Bernilai Tinggi
Varietas Tanaman
Aroma Kopi Jawa Timur: Potensi dari Lereng Ijen hingga Lembah Argopuro
Aroma Kopi Jawa Timur: Potensi dari Lereng Ijen hingga Lembah Argopuro
Varietas Tanaman
Ekonomi Babel: Lada Sebagai Andalan, Bukan Timah
Ekonomi Babel: Lada Sebagai Andalan, Bukan Timah
Varietas Tanaman
Masa Depan Pala Banda
Masa Depan Pala Banda
Varietas Tanaman
Revitalisasi Kebun Teh: Menyatukan Alam, Wisata, dan Harapan
Revitalisasi Kebun Teh: Menyatukan Alam, Wisata, dan Harapan
Varietas Tanaman
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau