Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Muhammad Irvan Mahmud Asia
Pengamat dan Penulis

Direktur Eksekutif Pusat Pengkajian Agraria dan Sumber Daya Alam (PPASDA); Wasekjen DPP Pemuda Tani HKTI

Revitalisasi Kebun Teh

Kompas.com, 4 Juni 2025, 21:20 WIB

Artikel ini adalah kolom, seluruh isi dan opini merupakan pandangan pribadi penulis dan bukan cerminan sikap redaksi.

Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

PUBLIKASI statistik teh tahun 2023 oleh Badan Pusat Statistik (BPS) memperlihatkan produksi teh menurun.

Produksi tahun 2023 sebesar 116.510 ton atau mencuit 6,54 persen dari produksi tahun 2022. Dalam rentang waktu 2018-2023, rata-rata penurunan produksi sekitar 0,11 persen per tahun.

Penurunan produksi 116.510 ton adalah akumulasi yang dihasilkan Perkebunan Rakyat (PR) yang diusahkan rumah tangga petani (RTP) sebesar 48.690 ton, disusul Perkebunan Besar Negara (PBN) menghasilkan 44.950 ton, dan Perkebunan Besar Swasta (PBS) menyumbang 22.870 ton.

Penyebabnya luas areal perkebunan teh terus menyusut sebagai konsekuensi alih fungsi lahan, sementara kebun yang eksisiting tumbuh dengan produktifitas yang rendah.

Data menunjukan, tahun 2019 luas areal yang diusahakan oleh PR seluas 51.329 ha, dan tahun 2023 turun menjadi 49.157 ha, berkurang 2.172 ha (0,04 persen).

PBN juga mengalami situasi yang sama, berkurang dari 37.205 ha pada 2019 menjadi 26.976 ha di tahun 2023 (berkurang 10.229 ha).

Baca juga: Kelapa: Komoditas Strategis, Nasib Petani, dan Arah Kebijakan

Adapun PBS juga bernasib sama, dari 22.851 ha pada 2019 menjadi 21.428 ha atau berkurang 1.423 ha.

Indonesia menjadi importir teh (gabungan teh hijau dan teh hitam) dengan volume yang fluktuatif.

Tahun 2019 mengimpor 16.326 ton dengan nilai 36,04 juta dollar AS. Volumenya turun pada 2023 menjadi 9.596 ton (11,83 persen) dengan nilai sebesar 25,74 juta dollar AS.

Selain produksi dalam negeri yang tidak optimal, masalah lain maraknya teh impor yang beredar di pasaran. Syarat impor begitu mudah seperti tarif bea masuk 20 persen, jauh lebih rendah dari standar yang ditetapkan World Trade Organization (WTO) sebesar 40 persen, membuat kesejahteraan petani tergerus.

Adapun ekspor teh tahun 2019 mencapai 42.811 ton dengan nilai 92,3 juta dollar AS dan 2023 turun secara signifikan menjadi 35.971 ton (19,92 persen) dengan nilai sebesar 69 juta dollar AS.

Jika ditarik lebih jauh, rentang tahun 2000-2018, rata-rata per tahun turun sebesar 3,1 persen. Keadaan ini menyebabkan pangsa volume ekspor teh Indonesia menurun tajam dari 8 persen pada 2000, tersisa 1,6 persen pada tahun 2018.

Kondisi demikian menjelaskan performa produksi dan produktiftas teh nasional sangat memprihatinkan yang merupakan buntut tata kelola perkubunan teh yang tidak professional dan modern.

Untuk mencegah agar perkebunan teh tidak semakin kehilangan arah, revitalisasi menyeluruh - tidak parsial adalah keharusan.

Revitalisasi kebun teh yang menyeluruh akan mengembalikan kejayaan teh Indonesia di panggung dunia.

Baca juga: Penurunan Tingkat Pengangguran dan Lonjakan Sektor Informal

Halaman:

Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya
Asa Pohon Mete di Tanah Gersang
Asa Pohon Mete di Tanah Gersang
Varietas Tanaman
Belajar dari Sukun Kukus: Menguatkan Ketahanan Pangan lewat Keanekaragaman
Belajar dari Sukun Kukus: Menguatkan Ketahanan Pangan lewat Keanekaragaman
Varietas Tanaman
Halusinasi Negara Agraris
Halusinasi Negara Agraris
Tips
Waktunya Jujur: Petani Butuh Fakta, Bukan Ilusi Statistik
Waktunya Jujur: Petani Butuh Fakta, Bukan Ilusi Statistik
Tips
Jangan Korbankan Teh: Investasi Hijau untuk Masa Depan
Jangan Korbankan Teh: Investasi Hijau untuk Masa Depan
Varietas Tanaman
Mengungkap Potensi Kedawung yang Terabaikan
Mengungkap Potensi Kedawung yang Terabaikan
Varietas Tanaman
Briket Arang Kelapa: Limbah Jadi Komoditas Ekspor
Briket Arang Kelapa: Limbah Jadi Komoditas Ekspor
Varietas Tanaman
Tanaman Penyelamat Lingkungan: Mencegah Banjir dan Longsor
Tanaman Penyelamat Lingkungan: Mencegah Banjir dan Longsor
Varietas Tanaman
Potensi Sabut Kelapa yang Masih Terbuang
Potensi Sabut Kelapa yang Masih Terbuang
Varietas Tanaman
Pelajaran Swasembada Gula Nasional
Pelajaran Swasembada Gula Nasional
Varietas Tanaman
Mengandaikan Generasi Z Menjadi Agripreneurship
Mengandaikan Generasi Z Menjadi Agripreneurship
Tips
Transformasi Kelapa: Dari Komoditas Tradisional ke Industri Bernilai Tinggi
Transformasi Kelapa: Dari Komoditas Tradisional ke Industri Bernilai Tinggi
Varietas Tanaman
Aroma Kopi Jawa Timur: Potensi dari Lereng Ijen hingga Lembah Argopuro
Aroma Kopi Jawa Timur: Potensi dari Lereng Ijen hingga Lembah Argopuro
Varietas Tanaman
Ekonomi Babel: Lada Sebagai Andalan, Bukan Timah
Ekonomi Babel: Lada Sebagai Andalan, Bukan Timah
Varietas Tanaman
Masa Depan Pala Banda
Masa Depan Pala Banda
Varietas Tanaman
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Rp
Minimal apresiasi Rp 5.000
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau