LADA (Piper nigrum), si “mutiara rempah” dari bumi Nusantara, telah lama menjadi primadona komoditas perdagangan dunia.
Keharumannya menembus batas benua, sementara kepedasannya memberi karakter kuat pada berbagai kuliner internasional.
Indonesia, sebagai salah satu rumah utama lada dunia, menyimpan potensi besar dalam komoditas ini. Namun, geliat ekspor lada Indonesia sempat melemah.
Pada 2023, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), ekspor lada hitam hanya mencapai 9.000 ton, angka terendah dalam satu dekade. Ekspor lada putih sedikit lebih tinggi, sebesar 12.000 ton. Total ekspor lada mentah tahun itu hanya sekitar 21.000 ton.
Nilai FOB lada hitam pun anjlok ke sekitar 36 juta dollar AS atau sekitar Rp 560 miliar, jauh di bawah masa jayanya pada 2015.
Tren ini mengindikasikan tantangan struktural seperti lemahnya peremajaan tanaman, fluktuasi harga global, dan terbatasnya akses pasar premium.
Baca juga: Potensi Kelapa Genjah dan Pemenuhan Santan
Namun, titik balik mulai terlihat pada 2024. Ekspor lada Indonesia melonjak tajam, dengan nilai mencapai lebih dari 311 juta dollar AS atau sekitar Rp 5 triliun, naik 106 persen dibanding tahun sebelumnya. Lonjakan ini menandai kebangkitan sektor rempah nasional.
Selama lima tahun terakhir, rata-rata nilai ekspor lada Indonesia berada di kisaran 250 juta dollar AS per tahun, setara Rp 4,2 triliun.
Sekitar 80 persen dari total devisa ekspor berasal dari lada hitam, yang dihargai sekitar 3.250 dollar AS per ton (Rp 50 juta).
Sementara itu, lada putih, yang memiliki harga lebih tinggi, yakni sekitar 4.500 dollar AS per ton (Rp 75 juta), menyumbang ekspor sekitar 90 juta dollar AS per tahun, atau senilai Rp 1,35 triliun.
Capaian 2024 menunjukkan bahwa dengan strategi yang tepat, rempah legendaris ini masih bisa menjadi andalan ekspor dan penggerak ekonomi petani di sentra produksi seperti Lampung, Bangka Belitung, dan Kalimantan Barat.
Meskipun dikenal sebagai salah satu negara penghasil rempah-rempah utama, Indonesia saat ini bukanlah eksportir lada terbesar di dunia.
Berdasarkan data perdagangan global tahun 2023, Indonesia menempati peringkat keenam dunia dalam ekspor lada. Posisi puncak ditempati oleh India, disusul Vietnam.
Negara-negara seperti China, Brasil, dan Spanyol juga mencatatkan nilai ekspor lada yang lebih tinggi dibanding Indonesia, menandakan persaingan global yang ketat di sektor ini.
Ketertinggalan Indonesia terutama disebabkan oleh skala produksi dan tingkat produktivitas yang masih kalah dibanding pesaing utama, khususnya Vietnam.