JAKARTA, KOMPAS.com - Tanaman membutuhkan pupuk untuk dapat tumbuh dengan subur dan berproduksi dengan baik. Begitu pula dengan pestisida untuk mengendalikan dan membasmi hama.
Akan tetapi, dikutip dari laman Cybex Kementerian Pertanian RI, Sabtu (15/10/2022), penggunaan pupuk dan pestisida kimia dapat menimbulkan dampak yang negatif bagi tanah. Walau dampaknya tidak dirasakan sekarang, dampak pupuk dan pestisida kimia akan terasa di masa depan dan untuk memperbaikinya pun butuh waktu yang tidak sebentar.
Dampak lainnya adalah perkembangan penyakit, bakteri dan virus yang berada dalam tidah akan menjadi lebih cepat menyebar karena resistensi terhadap penggunaan secara terus menerus, sehingga penggunaan dosis pestisida akan menjadi lebih meningkat.
Baca juga: Cara Membuat Pupuk Organik Cair dari Kulit Kopi
Ilustrasi bio kontrol Trichoderma yang digunakan untuk mengendalikan penyakit pada tanaman.
Oleh karena itu, penggunaan pupuk dan pestisida kimia perlu dikurangi dan mulai beralih dengan menggunakan pupuk dan pestisida organik.
Salah satu bahan pupuk sekaligus pestisida organik adalah jamur Trichoderma sp. Manfaat Trichoderma sp untuk tanaman adalah sebagai berikut.
Trichoderma bekerja memperbaiki struktur tanah di sekitar perakaran tanaman dengan cara menguraikan zat-zat organik yang ada di dalam tanah. Di dalam tanah sebenarnya terdapat banyak zat organik, namun dalam bentuk ukuran yang tidak dapat diserap oleh tanaman.
Namun, dengan aplikasi Trichoderma maka bagan organik tersebut akan diurai dan setelah diurai oleh Trichoderma, zat-zat tersebut akan berubah menjadi ion-ion yang dapat diserap dan dimanfaatkan oleh tanaman.
Baca juga: Apa Itu Pupuk Bokashi dan Manfaatnya untuk Tanaman?
Selain menghemat biaya, karena dapat mengurangi pemakaian pupuk kimia, pemakaian Trichoderma sangat aman bagi lingkungan. Berbeda dengan pupuk kimia yang menyebabkan mikroorganisme di sekitar perakaran mati.
Hanya saja, aplikasi Trichoderma prosesnya tidak secepat penggunaan pupuk kimia.
Trichoderma yang bersifat parasit terhadap jenis jamur lain bekerja dengan cara menghambat pertumbuhan dan penyebaran patogen tular tanah penyebab penyakit perakaran, antara lain sebagai berikut.
Baca juga: Panduan Pupuk Tanaman Cabai Rawit agar Subur dan Berbuah Lebat
Patogen-patogen tersebut diketahui sebagai penyebab penyakit busuk akar dan busuk pangkal batang yang menyebabkan tanaman cabai menjadi layu.
Dengan menggunakan Trichoderma diharapkan intensitas layu pada tanaman cabai dapat ditekan. Pasalnya, penyakit layu pada tanaman cabai selalu menjadi momok yang menakutkan bagi setiap petani.
Aplikasinya bisa untuk semua tanaman hortikultura. Untuk dosisnya bisa menyesuaikan dengan dosis pupuk organik pada umumnya.
Trichoderma sp sangat efektif dalam upaya pencegahan serangan patogen (preventif). Dengan demikian, aplikasinya akan jauh lebih efektif sebelum tanaman diserang.
Baca juga: Mudah, Cara Membuat Pupuk Bokashi Sendiri di Rumah
Hal yang perlu diperhatikan saat aplikasi trichoderma adalah jangan mencampurnya dengan pupuk ataupun pestisida kimia karena dikhawatirkan Trichoderma sp bisa mati.
Lebih aman jika dicampur dengan pupuk kompos, karena pupuk kandang atau pupuk kompos sangat mendukung perkembangan jamur-jamur yang menguntungkan tanaman termasuk Trichoderma sp.
Ada tiga macam aplikasi yang bisa diterapkan saat menggunakan pupuk organik dan pestisida nabati Trichoderma sp, yakni sebagai berikut.
Aplikasi Trichoderma pada bedengan bisa dilakukan bersamaan permberian pupuk dasaran (kandang) dan ditebarkan secara merata di bedengan yang setengah jadi, bukan diberikan diatas bedengan yang telah jadi.
Baca juga: Manfaat dan Cara Membuat Pupuk Organik Cair dari Kulit Nanas
Dosisnya kurang lebih 500 kg per hektar atau 20 sampai 25 gram per tanaman.
Dengan perlakuan tersebut diharapkan jamur atau patogen tular tanah yang ada di dasar bedengan tersebut bisa mati, jauh hari sebelum bibit ditanam.
Pada akhirnya nanti perakaran tanaman bisa jauh lebih aman dari serangan penyakit layu.
Aplikasi Trichoderma pada lubang tanam dilakukan pada saat pindah tanam, dengan cara menaburkan Trichoderma di tiap lubang tanam. Jadi, saat bibit ditanam, maka posisi Trichoderma akan tepat langsung mengenai perakaran tanaman.
Baca juga: 6 Jenis Pupuk Organik yang Bisa Meningkatkan Kesuburan Tanaman
Untuk dosis Trichoderma yang digunakan kira-kira sebesar kapsul obat. Saat ini Trichoderma bisa ditemui dalam berbagi bentuk kemasan praktis di pasaran, yakni dalam bentuk bubuk maupun kapsul.
Selain ditaburkan pada bedengan dan lubang tanam, Trichoderma juga dapat diaplikasikan dengan cara dikocor. Pengocoroan bisa dimulai saat tanaman berusia 7 sampai 10 HST (Hari Setelah Tanam).
Ulangi setiap 10 hari sampai empat kali perlakuan. Jika Anda mulai aplikasi saat umur 7 HST, maka aplikasi berikutnya saat umur 14, 21, dan 28 HST.
Untuk dosis pengecoran sebanyak 1 sendok per 250 ml air per tanaman.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.