Produksi dua jenis clean amonia telah menggunakan sumber energi terbarukan. Blue ammonia dibuat lewat proses konversi grey ammonia menggunakan blue hydrogen dari pemisahan molekul air menggunakan sumber energi fosil seperti gas alam atau batu bara.
Sedangkan green ammonia dibuat menggunakan green hydrogen lewat proses elektrolisis air menggunakan sumber energi terbarukan. Contohnya, tenaga surya, angin, atau panas bumi.
Proses pembuatan blue ammonia bisa menggunakan infrastruktur yang telah ada tanpa perlu perubahan yang signifikan karena sifatnya hampir sama seperti grey ammonia. Perbedaan produksi blue ammonia ada pada teknologi penangkapan dan penyimpanan karbon yang memungkinkan adanya proses pemisahan produksi amonia dari emisi karbon.
Di lain hal, green ammoia diproduksi menggunakan sumber energi terbarukan untuk menghasilkan listrik. Nantinya, listrik tersebut digunakan dalam proses elektrolisis air.
Baca juga: Simak, Manfaat Pupuk Urea untuk Tanaman
Dalam proses ini, listrik akan diarahkan untuk memisahkan molekul air menjadi hidrogen dan oksigen. Hidrogen yang dihasilkan akan bereaksi dengan nitrogen atmosfer untuk menghasilkan ammonia.
Dengan penggunaan energi terbarukan, proses produksi green ammonia tidak menghasilkan emisi karbon.
Selain alasan lingkungan, clean ammonia juga bisa dimanfaatkan sebagai tempat menyimpan energi mulai dari hidrogen hingga listrik. Dengan demikian, penggunaan energi berbasis hidrogen menjadi lebih mudah karena hidrogen bisa disimpan dalam bentuk yang tidak mudah terbakar atau rentan rusak.
Selain itu, saat green ammonia dijadikan sebagai penyimpan listrik juga bisa diubah kembali menjadi listrik lewat proses pembakaran atau elektrokimia. Nantinya, proses ini akan menghasilkan energi yang digunakan.
Baca juga: 5 Efek Samping Pupuk Urea bagi Tanaman dan Lingkungan
Keunggulan tersebut membuat clean ammonia layak untuk dikembangkan. Pupuk Kaltim sebagai produsen pupuk Urea terbesar di Asia Tenggara, melihat hal ini sebagai peluang.
“Di PKT, tantangan bagi kami adalah bagaimana mengelola perusahaan untuk bisa tumbuh, namun pada saat bersamaan mengurangi karbonnya dan kedepannya harus lebih ramah lingkungan. Nah, PKT saat ini menempatkan dirinya sebagai pelopor transformasi hijau industri petrokimia berbasis gas alam di Indonesia. Menjadi perusahaan yang lebih ramah lingkungan tentunya tidak cukup. Tapi kami juga harus menjadi perusahaan yang lebih bertanggung jawab. Bertanggung jawab terhadap dampak sosialnya, maupun bertanggung jawab pada pengelolaannya,” terang Rahmad.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.