Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Keunggulan Clean Ammonia, Sumber Energi Masa Depan Industri Pertanian

Kompas.com, 20 Juni 2023, 16:37 WIB
Siti Nur Aeni

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Akhir-akhir ini, banyak pelaku industri yang mengutamakan penggunaan energi beremisi rendah. Hal tersebut dilakukan untuk mewujudkan industri less carbon,

Untuk mewujudkan cita-cita tersebut, maka perlu penggunaan bahan bakar transisi yang ramah lingkungan. Salah satu jenis bahan baku transisi yang bisa digunakan yaitu ammonium.

Ammonium diprediksi bisa menjadi bahan bakar masa depan sekaligus bermanfaat sebagai bahan baku pupuk Urea dan sebagian digunakan untuk kebutuhan industri tekstil, pertambahan, dan farmasi.

Baca juga: Pupuk Kaltim Akan Manfaatkan Emisi Pembuatan Urea Menjadi Soda Ash

Tak berhenti sampai disini, kini ammonia juga berkembang menjadi clean ammonia yang dinilai lebih ramah lingkungan karena jejak karbonnya rendah. Clean ammonia terdiri atas blue dan green ammonia.

Ilustrasi pupuk urea dari ammoniumSHUTTERSTOCK/VITALII STOCK Ilustrasi pupuk urea dari ammonium

Keduanya disebut-sebut sebagai salah satu sumber energi bersih baru yang prospektif. Direktur Utama Pupuk Kaltim, Rahmad Pribadi mengatakan, “Hari ini, orang masih berbicara tentang clean ammonia sebagai sebuah niche energy source (energi yang masih terbatas). Tapi ini (clean ammonia) akan tumbuh, dalam estimasi kami dari tahun 2020 hingga tahun 2050 akan tumbuh menjadi 350 persen. Porsinya itu akan melebihi porsi dari grey ammonia yang sekarang masih mayoritas digunakan, dan sebagian dari grey itu akan berubah menjadi blue” tuturnya.

Lantas, apa keunggulan dari clean ammonia? Simak ulasan selengkapnya berikut ini.

Keunggulan clean ammonia

Terdapat beberapa keunggulan utama yang dimiliki clean ammonia, antara lain;

Baca juga: Pupuk Kaltim Bantu Petani Kembangkan Usaha Pertanian lewat Program Ini

1. Memanfaatkan sumber energi terbarukan

Produksi dua jenis clean amonia telah menggunakan sumber energi terbarukan. Blue ammonia dibuat lewat proses konversi grey ammonia menggunakan blue hydrogen dari pemisahan molekul air menggunakan sumber energi fosil seperti gas alam atau batu bara.

Sedangkan green ammonia dibuat menggunakan green hydrogen lewat proses elektrolisis air menggunakan sumber energi terbarukan. Contohnya, tenaga surya, angin, atau panas bumi.

2. Proses produksinya rendah karbon

Proses pembuatan blue ammonia bisa menggunakan infrastruktur yang telah ada tanpa perlu perubahan yang signifikan karena sifatnya hampir sama seperti grey ammonia. Perbedaan produksi blue ammonia ada pada teknologi penangkapan dan penyimpanan karbon yang memungkinkan adanya proses pemisahan produksi amonia dari emisi karbon.

Pupuk Kaltim melihat clean ammonia sebagai peluangDok. Pupuk Kaltim Pupuk Kaltim melihat clean ammonia sebagai peluang

Di lain hal, green ammoia diproduksi menggunakan sumber energi terbarukan untuk menghasilkan listrik. Nantinya, listrik tersebut digunakan dalam proses elektrolisis air.

Baca juga: Simak, Manfaat Pupuk Urea untuk Tanaman

Dalam proses ini, listrik akan diarahkan untuk memisahkan molekul air menjadi hidrogen dan oksigen. Hidrogen yang dihasilkan akan bereaksi dengan nitrogen atmosfer untuk menghasilkan ammonia.

Dengan penggunaan energi terbarukan, proses produksi green ammonia tidak menghasilkan emisi karbon.

3. Menjadi tempat untuk menyimpan energi

Selain alasan lingkungan, clean ammonia juga bisa dimanfaatkan sebagai tempat menyimpan energi mulai dari hidrogen hingga listrik. Dengan demikian, penggunaan energi berbasis hidrogen menjadi lebih mudah karena hidrogen bisa disimpan dalam bentuk yang tidak mudah terbakar atau rentan rusak.

Selain itu, saat green ammonia dijadikan sebagai penyimpan listrik juga bisa diubah kembali menjadi listrik lewat proses pembakaran atau elektrokimia. Nantinya, proses ini akan menghasilkan energi yang digunakan.

Baca juga: 5 Efek Samping Pupuk Urea bagi Tanaman dan Lingkungan

Keunggulan tersebut membuat clean ammonia layak untuk dikembangkan. Pupuk Kaltim sebagai produsen pupuk Urea terbesar di Asia Tenggara, melihat hal ini sebagai peluang.

“Di PKT, tantangan bagi kami adalah bagaimana mengelola perusahaan untuk bisa tumbuh, namun pada saat bersamaan mengurangi karbonnya dan kedepannya harus lebih ramah lingkungan. Nah, PKT saat ini menempatkan dirinya sebagai pelopor transformasi hijau industri petrokimia berbasis gas alam di Indonesia. Menjadi perusahaan yang lebih ramah lingkungan tentunya tidak cukup. Tapi kami juga harus menjadi perusahaan yang lebih bertanggung jawab. Bertanggung jawab terhadap dampak sosialnya, maupun bertanggung jawab pada pengelolaannya,” terang Rahmad.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang


Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya
Asa Pohon Mete di Tanah Gersang
Asa Pohon Mete di Tanah Gersang
Varietas Tanaman
Belajar dari Sukun Kukus: Menguatkan Ketahanan Pangan lewat Keanekaragaman
Belajar dari Sukun Kukus: Menguatkan Ketahanan Pangan lewat Keanekaragaman
Varietas Tanaman
Halusinasi Negara Agraris
Halusinasi Negara Agraris
Tips
Waktunya Jujur: Petani Butuh Fakta, Bukan Ilusi Statistik
Waktunya Jujur: Petani Butuh Fakta, Bukan Ilusi Statistik
Tips
Jangan Korbankan Teh: Investasi Hijau untuk Masa Depan
Jangan Korbankan Teh: Investasi Hijau untuk Masa Depan
Varietas Tanaman
Mengungkap Potensi Kedawung yang Terabaikan
Mengungkap Potensi Kedawung yang Terabaikan
Varietas Tanaman
Briket Arang Kelapa: Limbah Jadi Komoditas Ekspor
Briket Arang Kelapa: Limbah Jadi Komoditas Ekspor
Varietas Tanaman
Tanaman Penyelamat Lingkungan: Mencegah Banjir dan Longsor
Tanaman Penyelamat Lingkungan: Mencegah Banjir dan Longsor
Varietas Tanaman
Potensi Sabut Kelapa yang Masih Terbuang
Potensi Sabut Kelapa yang Masih Terbuang
Varietas Tanaman
Pelajaran Swasembada Gula Nasional
Pelajaran Swasembada Gula Nasional
Varietas Tanaman
Mengandaikan Generasi Z Menjadi Agripreneurship
Mengandaikan Generasi Z Menjadi Agripreneurship
Tips
Transformasi Kelapa: Dari Komoditas Tradisional ke Industri Bernilai Tinggi
Transformasi Kelapa: Dari Komoditas Tradisional ke Industri Bernilai Tinggi
Varietas Tanaman
Aroma Kopi Jawa Timur: Potensi dari Lereng Ijen hingga Lembah Argopuro
Aroma Kopi Jawa Timur: Potensi dari Lereng Ijen hingga Lembah Argopuro
Varietas Tanaman
Ekonomi Babel: Lada Sebagai Andalan, Bukan Timah
Ekonomi Babel: Lada Sebagai Andalan, Bukan Timah
Varietas Tanaman
Masa Depan Pala Banda
Masa Depan Pala Banda
Varietas Tanaman
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Rp
Minimal apresiasi Rp 5.000
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau