Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Jenis-jenis Pupuk Organik untuk Tanaman

Kompas.com - 21/08/2022, 17:40 WIB
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Pemberian pupuk adalah salah satu aspek penting dalam budidaya tanaman. Pupuk bermanfaat untuk memberikan nutrisi-nutrisi penting yang dibutuhkan tanaman.

Ada dua jenis pupuk tanaman yang dijual di pasaran, yakni pupuk organik dan pupuk anorganik atau pupuk kimia. Pupuk organik adalah pupuk yang sebagian atau seluruhnya berasal dari dari tanaman dan atau hewan yang telah melalui proses rekayasa.

Pupuk organik dapat berbentuk padat atau cair yang digunakan mensuplai bahan organik untuk memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah.

Baca juga: Panduan Tepat Mengaplikasikan Pupuk untuk Jagung agar Buahnya Besar

Ilustrasi menyemprotkan pupuk organik cair ke tanaman. SHUTTERSTOCK/TAWANROONG Ilustrasi menyemprotkan pupuk organik cair ke tanaman.

Dikutip dari laman Dinas Pertanian Kabupaten Buleleng, Minggu (21/8/2022), pupuk organik mempunyai beragam jenis dan varian. Jenis-jenis pupuk organik dibedakan dari bahan baku, metode pembuatan dan wujudnya.

Dari sisi bahan baku, ada yang terbuat dari kotoran hewan, hijauan atau campuran keduanya. Dari metode pembuatan ada banyak ragam seperti kompos aerob, bokashi, dan lain sebagainya.

Adapun dari sisi wujud atau bentuk, ada yang berwujud serbuk, cair maupun granul atau tablet.

Berikut beberapa jenis pupuk organik yang banyak digunakan petani untuk tanaman.

Baca juga: Tips Pemberian Pupuk Cabe Rawit agar Berbuah Lebat

1. Pupuk hijau

Pupuk hijau adalah pupuk yang berasal dari pelapukan tanaman, baik tanaman sisa panen maupun tanaman yang sengaja ditanam untuk diambil hijauannya. Tanaman yang biasa digunakan untuk pupuk hijau di antaranya dari jenis leguminosa (kacang-kacangan) dan tanaman air (azola).

Jenis tanaman ini dipilih karena memiliki kandungan hara, khususnya nitrogen, yang tinggi serta cepat terurai dalam tanah. Pengaplikasian pupuk hijau bisa langsung dibenamkan kedalam tanah atau melalui proses pengomposan.

Di lahan tegalan atau lahan kering, para petani biasa menanam leguminosa sebagai pagar kebun. Di saat-saat tertentu tanaman pagar tersebut dipangkas untuk diambil hijauannya.

Hijauan dari tanaman leguminosa bisa langsung diaplikasikan pada tanah sebagai pupuk. Sementara itu, di lahan sawah para petani biasa menggunakan azola sebagai pupuk hijau.

Baca juga: Cara Menggunakan Pupuk NPK yang Tepat agar Tanaman Tumbuh Subur

Azola merupakan tanaman pakis air yang banyak tumbuh secara liar di sawah. Tanaman ini hidup di lahan yang banyak mengandung air.

Azola bisa langsung digunakan sebagai pupuk dengan cara dibenamkan kedalam tanah pada saat pengolahan lahan.

Ilustrasi pupuk organik, pupuk kandang. FREEPIK/FREEPIK Ilustrasi pupuk organik, pupuk kandang.

2. Pupuk kandang

Pupuk kandang adalah pupuk yang berasal dari kotoran hewan seperti unggas, sapi, kerbau dan kambing. Secara umum pupuk kandang dibedakan berdasarkan kotoran hewan yang kencing dan tidak kencing.

Contoh hewan yang kencing adalah sapi, kambing dan kerbau. Hewan yang tidak kencing kebanyakan dari jenis unggas seperti ayam, itik dan bebek.

Baca juga: Ampas Kelapa Parut Bisa Jadi Pupuk Organik, Ini Cara Menggunakannya

Karateristik kotoran hewan yang kencing waktu penguraiannya relatif lebih lama, kandungan nitrogen lebih rendah, namun kaya akan fosfor dan kalium. Pupuk kandang jenis ini cocok digunakan pada tanaman yang diambil buah atau bijinya seperti mentimun, kacang-kacangan, dan tanaman buah.

Adapun karakteristik kotoran hewan yang tidak kencing waktu penguraiannya lebih cepat, kandungan nitrogen tinggi, namun kurang kaya fospor dan kalium. Pupuk kandang jenis ini cocok diterapkan untuk tanaman sayur daun seperti selada, bayam dan kangkung.

Pupuk kandang banyak dipakai sebagai pupuk dasar tanaman karena ketersediaannya yang melimpah dan proses pembuatannya mudah. 

Pupuk kandang tidak memerlukan proses pembuatan yang panjang seperti kompos. Kotoran hewan cukup didiamkan sampai keadaannya kering dan matang sebelum diaplikasikan ke lahan.

Baca juga: Manfaat Air Rendaman Rumput sebagai Pupuk dan Cara Membuatnya

Ilustrasi pupuk bokashi. SHUTTERSTOCK/MYBEARS Ilustrasi pupuk bokashi.

3. Pupuk kompos

Pupuk kompos adalah pupuk yang dihasilkan dari pelapukan bahan organik melalui proses biologis dengan bantuan organisme pengurai. Organisme pengurai atau dekomposer bisa berupa mikroorganisme ataupun makroorganisme.

Mikroorganisme dekomposer bisa berupa bakteri, jamur atau kapang. Adapun makroorganisme dekomposer yang paling populer adalah cacing tanah.

Dilihat dari proses pembuatannya, ada dua metode membuat pupuk kompos, yaitu proses aerob (melibatkan udara) dan proses anaerob (tidak melibatkan udara).

Berbagai varian dekomposer beserta metode pembuatannya banyak ditemukan. Dengan demikian, pupuk kompos yang dihasilkan banyak ragamnya, misalnya pupuk bokashi, vermikompos, pupuk organik cair dan pupuk organik tablet.

Baca juga: Simak, Panduan Pemberian Pupuk Tanaman Cabai

Pupuk kompos bisa dibuat dengan mudah, bisa dibuat sendiri dari limbah rumah tangga, seperti pupuk bokashi.

4. Pupuk hayati

Pupuk hayati merupakan pupuk yang terdiri dari organisme hidup yang memiliki kemampuan untuk meningkatkan kesuburan tanah dan menghasilkan nutrisi penting bagi tanaman.

Pupuk hayati tidak digolongkan sebagai pupuk organik melainkan sebagai pembenah tanah, namun dalam penerapannya di lapangan seringkali dianggap sebagai pupuk organik.

Pupuk hayati bekerja tidak seperti pupuk organik biasa yang bisa langsung meningkatkan kesuburan tanah dengan menyediakan nutrisi untuk tanaman. Pupuk ini secara alami menyediakan nutrisi melalui proses gradual dengan cara memfikasi unsur N dari atmosfer, melarutkan fosfor dan mensintesis zat-zat lain yang dibutuhkan tanaman.

Ilustrasi pupuk organik.FREEPIK/FREEPIK Ilustrasi pupuk organik.

Dengan demikian, dengan pupuk hayati siklus penyuburan tanah akan berlangsung terus menerus dan secara berkelanjutan.

Pupuk hayati dibuat dengan mengisolasi bakteri-bakteri tertentu seperti Azotobacter choococum yang berfungsi mengikat unsur N, Bacillus megaterium bakteri yang bisa melarutkan unsur P dan Bacillus mucilaginous yang bisa melarutkan unsur K.

Mikroorganisme tersebut bisa didapatkan di tanah-tanah hutan, pegunungan atau sumber-sumber lain.

Baca juga: Penting, Ini Manfaat Pupuk NPK untuk Tanaman

Manfaat pupuk organik untuk tanaman

Setidaknya ada empat manfaat pupuk organik untuk tanaman, yakni sebagai berikut.

1. Sebagai sumber nutrisi tanaman lengkap

Pupuk organik mengandung berbagai nutrisi penting yang dibutuhkan tanaman, baik yang sifatnya makro maupun mikro. Unsur makro yang dibutuhkan tanaman antara lain nitrogen (N), fosfor (P), kalium (K), sulfur (S), kalsium (Ca) dan magnesium (Mg).

Adapun unsur mikro adalah besi (Fe), tembaga (Cu), seng (Zn), klor (CI), boron (B), molybdenum (Mo) dan Almunium (AI). Pupuk organik yang dibuat dengan bahan baku yang lengkap bisa mengandung semua kebutuhan unsur hara tersebut.

2. Memperbaiki struktur tanah

Pupuk organik merupakan material yang mempunyai sifat unik. Bisa menggemburkan tanah lempung yang solid, namun di sisi lain juga bisa merekatkan tanah berpasir yang gembur.

Baca juga: Manfaat Pupuk ZA untuk Tanaman Cabai dan Cara Menggunakannya

Karena sifatnya ini, pupuk organik bisa memperbaiki tanah pasir maupun lempung. Pupuk organik dapat merekatkan butiran-butiran halus pasir sehingga tanah menjadi lebih solid, sehingga tanah berpasir bisa menyimpan air.

Adapun pada tanah liat yang didominasi oleh lempung, pupuk organik bisa memberikan pori-pori, sehingga tanah tersebut menjadi gembur.

Ilustrasi kompos, ilustrasi pupuk organik dari sisa makanan dapur. Shutterstock/Jerome.Romme Ilustrasi kompos, ilustrasi pupuk organik dari sisa makanan dapur.

3. Meningkatkan kapasitas tukar kation

Dilihat dari sifat kimiawi, pupuk organik mempunyai kemampuan meningkatkan kapasitas tukar kation. Kapasitas tukar kation adalah kemampuan tanah untuk meningkatkan interaksi antar ion-ion yang ada dalam tanah.

Tanah yang memiliki kapaitas kation tinggi lebih mampu menyediakan unsur hara bagi tanaman dibanding tanah dengan kapasitas ion rendah. Kandungan material organik yang tinggi akan meningkatkan kapasitas tukar kation tanah.

Baca juga: Tidak Sulit, Proses Pembuatan Pupuk Kompos dari Sampah Organik

4. Meningkatkan daya simpan air

Struktur kompos sangat menyerap air (higroskopis). Air yang datang disimpan dalam pori-pori dan dikeluarkan saat tanaman membutuhkannya melalui akar.

Keberadaan air ini mempertahankan kelembapan tanah sehingga tanaman dapat terhindar dari kekeringan.

5. Meningkatkan aktivitas biologi tanah

Pupuk kompos mengandung mikroorganisme dekompomoser didalamnya. Mikroorganisme ini akan menambah mikroorganisme yang terdapat dalam tanah.

Karena sifatnya yang melembapkan, suhu tanah menjadi ideal bagi tumbuh dan berkembang biota tanah. Aktivitas biota tanah ini yang menghasilkan sejumlah nutrisi penting agar bisa diserap tanaman secara efektif.

 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com