JAKARTA, KOMPAS.com - Banyak jenis jamur konsumsi yang mulai dikembangkan masyarakat Indonesia sebagai peluang usaha. Misalnya, jamur tiram, jamur kuping, jamur merang, jamur lingzhi, jamur champignon atau jamur kancing, jamur hiratake, dan jamur shiitake.
Dikutip dari laman Dinas Pertanian Provinsi Banten, Rabu (19/10/2022), jamur shiitake adalah salah satu jenis jamur kayu yang berasal dari Tiongkok. Meskipun begitu, jamur ini lebih terkenal sebagai jamur khas Jepang.
Nama shiitake memiliki arti jamur dari pohon shii, karena pada awalnya jenis jamur ini banyak ditemukan di batang pohon shii yang telah lapuk. Di kawasan Asia Timur, jamur shiitake banyak dibudidayakan di Tiongkok, Korea dan Jepang.
Baca juga: Mengenal Jamur Kuping, Banyak Manfaatnya untuk Kesehatan
Adapun di Asia Tenggara, Indonesia merupakan salah satu negara yang berhasil membudidayakan jamur shiitake sebagai peluang usaha.
Jamur shiitake dimanfaatkan sebagai sumber pangan dan bahan obat. Jamur ini mengandung asam amino yang sangat dibutuhkan oleh tubuh, meliputi thiamin, riboflavin, niacin, serta beberapa jenis serat dan enzim lainnya.
Jamur shiitake biasa diolah menjadi sup miso, digoreng sebagai tempura, campuran hidangan chawanmushi, udon, keripik jamur dan berbagai jenis olahan lainnya.
Adapun di Rusia, jamur shiitake biasanya dijadikan sebagai acar dan dijual dalam kemasan botol.
Baca juga: Cara Budidaya Jamur Merang, Nilai Ekonominya Tinggi
Pada dasarnya jamur shiitake termasuk jenis jamur yang mudah dibudidayakan. Biasanya jamur ini hidup di batang kayu yang sudah lapuk, dan bisa dipanen setelah 6 sampai 12 bulan.
Namun, kini jamur shiitake bisa dikembangkan menggunakan media buatan dengan masa panen yang lebih singkat, yaitu kurang lebih tiga bulan.