Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cara Menanam Kyuri, Mudah Hanya 5 Langkah

Kompas.com - 18/01/2023, 14:31 WIB
Siti Nur Aeni

Penulis

 

JAKARTA, KOMPAS.com - Kyuri merupakan timun jepang yang banyak dijumpai dalam masakan Jepang. Meskipun demikian, timun ini juga bisa tumbuh di Indonesia.

Timun jepang akan tumbuh dengan baik pada lahan dengan ketinggian 200 sampai 800 meter di atas permukaan laut. Mengutip dari Cybext Kementerian Pertanian, Rabu (18/1/2023), berikut ini cara menanam kyuri yang benar agar panennya melimpah.

Menyiapkan lahan tanam

Kyuri akan tumbuh dengan baik pada lahan yang gembur dan mengandung banyak bahan organik. Maka dari itu, lakukan pengolahan lahan dan aplikasikan kompos sebanyak 10 sampai 20 kg/ha.

Baca juga: Cara Menanam Timun Jepang agar Panennya Melimpah

Setelah itu, buat bedengan dengan lebar 100 cm dan lebar drainase sekitar 20 sampai 30 cm. Jika penanaman dilakukan saat musim hujan, maka bedengan dibuat dengan tinggi 30 sampai 40 cm. Sedangkan saat musim kemarau, bedengan dibuat dengan tinggi 20 sampai 25 cm.

Ilustrasi timun jepangPixabay/Efraimstochter Ilustrasi timun jepang

Persemaian benih

Benih kyuri bisa didapatkan di toko pertanian terdekat. Pastikan membeli benih berkualitas yang sudah bersertifikat.

Benih tersebut kemudian direndam selama 15 menit. Benih yang mengapung sebaiknya dibuang dan hanya gunakan benih yang tenggelam.

Setelah itu, benih yang sudah dipilih kembali direndam selama 14 jam. Kemudian, letakkan benih pada handuk basah selama 12 jam sampai bakal akar muncul. Benih yang sudah keluar bakal akarnya, bisa segera di semai.

Baca juga: Cara Menanam Timun agar Berbuah Lebat

Persemaian benih kyuri dapat dilakukan pada bedengan semai. Setelah benih ditanam di bedengan semai, tutup bedengan dengan daun kering.

Lakukan penyiraman 1 sampai 2 hari sekali. Saat daun keping terbuka, bibit disemprot menggunakan fungisida sesuai dengan anjuran.

 

Penanaman

Bibit mulai ditanam ke lahan tanam saat berumur 10 sampai 14 hari setelah semai atau saat bibit memiliki dua daun. Cara menanam kyuri dengan meletakkan bibit pada lubang tanam yang sudah dibuat. Lalu, tutup lubang tanam tersebut dengan tanah sembari dipadatkan agar bibit tidak mudah rebah.

Perawatan tanaman

Tanaman kyuri perlu rutin disiram terutama saat musim kemarau. Di minggu pertama, tanaman perlu disiram setiap 1 sampai 2 hari sedangkan pada minggu berikutnya penyiraman dapat dilakukan setiap 4 sampai 6 hari sekali.

Baca juga: Simak, Cara Menanam Timun Suri agar Berbuah Banyak

Selain rutin disiram, tanaman timun jepang juga perlu diberi pupuk dengan interval pemupukan 10 sampai 14 hari sekali. Pemupukan dilakukan dengan cara dipendam dalam tanah.

Ilustrasi mentimun jepang, timun jepang atau kyuri.SHUTTERSTOCK/NISHIHAMA Ilustrasi mentimun jepang, timun jepang atau kyuri.

Kelembapan lahan budidaya juga perlu dijaga agar tanaman tumbuh dengan baik. Selain itu, gulma atau tanaman liar juga perlu dikendalikan agar tidak terjadi kompetisi dengan tanaman budidaya.

Salah satu cara untuk menjaga kelembapan dan mengatasi pertumbuhan gulma yaitu dengan memasang mulsa organik. Dalam budidaya tanaman kyuri juga perlu dipasang ajir atau lanjaran.

Baca juga: Jenis Pupuk untuk Timun agar Berbuah Lebat

Hal tersebut dikarenakan kyuri termasuk tanaman merambat. Sementara itu, tanaman yang sudah bercabangm berbunga, dan berbuah juga perlu dipangkas agar pertumbuhannya tetap optimal.

Kegiatan perawatan tanaman lainnya yaitu penyemprotan pestisida untuk mencegah serangan hama dan penyakit tanaman.

Panen

Tanaman kyuri diketahui mulai bisa dipanen setelah berumur 2,5 bulan setelah penanaman. Kegiatan penanaman dilakukan dengan cara memotong tangkai buah kyuri kemudian tempatkan di wadah bersih dan tempat sejuk agar kesegarannya terjaga.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya

Dari Kebun ke Pasar Dunia: Kelapa Indonesia di Tengah Gelombang Harga

Dari Kebun ke Pasar Dunia: Kelapa Indonesia di Tengah Gelombang Harga

Varietas Tanaman
Membawa Gambir ke Pasar Global

Membawa Gambir ke Pasar Global

Varietas Tanaman
Randu: Serat Emas Putih yang Terlupakan

Randu: Serat Emas Putih yang Terlupakan

Varietas Tanaman
Serat Alam dari Masa Lalu: Potensi Abaca di Indonesia

Serat Alam dari Masa Lalu: Potensi Abaca di Indonesia

Varietas Tanaman
Serat Alam dan Potensi Pengembangannya

Serat Alam dan Potensi Pengembangannya

Varietas Tanaman
Menjadikan Indonesia Pusat Hilirisasi Kelapa Dunia

Menjadikan Indonesia Pusat Hilirisasi Kelapa Dunia

Varietas Tanaman
'Superfood' Daun Kelor: Nilai Gizi, Ekonomi, dan Lingkungan

"Superfood" Daun Kelor: Nilai Gizi, Ekonomi, dan Lingkungan

Varietas Tanaman
Peluang Budidaya Kurma di Indonesia: Teknologi dan Kisah Sukses

Peluang Budidaya Kurma di Indonesia: Teknologi dan Kisah Sukses

Varietas Tanaman
Purwoceng, Ginseng Lokal Bernilai Tinggi

Purwoceng, Ginseng Lokal Bernilai Tinggi

Varietas Tanaman
Manfaat Ekonomi dan Lingkungan Serai Wangi

Manfaat Ekonomi dan Lingkungan Serai Wangi

Varietas Tanaman
Kakao Indonesia: Dari Potensi Lokal ke Produk Premium Dunia

Kakao Indonesia: Dari Potensi Lokal ke Produk Premium Dunia

Varietas Tanaman
Sensasi Pedas Jaman Majapahit: Memanfaatkan Kembali Cabai Jawa

Sensasi Pedas Jaman Majapahit: Memanfaatkan Kembali Cabai Jawa

Varietas Tanaman
Pala: Warisan Nusantara Menuju Pemanfaatan Global

Pala: Warisan Nusantara Menuju Pemanfaatan Global

Varietas Tanaman
Anggur Muscat dan Keberpihakan pada Buah Lokal

Anggur Muscat dan Keberpihakan pada Buah Lokal

Varietas Tanaman
Mengenal Gula Bit: Inovasi Pemanis

Mengenal Gula Bit: Inovasi Pemanis

Varietas Tanaman
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau