Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cara Budidaya Umbi Gadung dengan Mudah dan Minim Perawatan

Kompas.com, 22 Juli 2023, 19:13 WIB
Siti Nur Aeni

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Gadung merupakan tanaman umbi yang kaya karbohidrat, sehingga sering dikonsumsi sebagai makanan pendamping. Selain itu, umbi gadung juga memiliki banyak manfaat untuk kesehatan.

Namun, pengolahan umbi ini masih sangat terbatas karena terdapat kandungan racun yang bisa menyebabkan gangguan saraf. Oleh sebab itu, konsumsi umbi tidak boleh berlebihan.

Di beberapa daerah di Indonesia, banyak yang menghilangkan racun pada umbi dengan cara perendaman umbi gadung dalam larutan garam atau abu. Kemudian, dijemur dan direndam dalam air mengalir selama 1 hari.

Baca juga: Cara Membuat Pestisida Nabati dari Umbi Gadung untuk Atasi Hama Tikus

Jika merendam dalam air yang tidak mengalir, maka air rendaman perlu diganti setiap 4 jam sekali. Lalu, cuci bersih dengan air mengalir selama 2 hari.

Ilustrasi buah gadung, umbi gadung.SHUTTERSTOCK/MANG KELIN Ilustrasi buah gadung, umbi gadung.

Selain dimanfaatkan sebagai makanan pendamping, umbi gadung juga bisa diolah menjadi bahan pestisida nabati. Maka dari itu, umbi ini tetap banyak dibudidayakan karena manfaatnya yang beragam.

Dilansir dari Cybext Kementerian Pertanian, Sabtu (22/7/2023), berikut ini cara budidaya umbi gudang dengan mudah.

Persiapan bibit

Umumnya, umbi gadung bisa diperbanyak menggunakan umbi. Sebaiknya penanaman dilakukan di awal musim hujan agar pertumbuhan dan produktivitasnya maksimal.

Persiapan lahan dan penanaman

Tanaman umbi gadung memerlukan tanah yang subur, berdrainase baik, dan teksturnya ringan agar bisa tumbuh dengan baik. Maka dari itu, lahan yang akan ditanami umbi ini perlu diolah terlebih dahulu.

Baca juga: Budidaya Tanaman Uwi, Tanaman Pangan yang Mengenyangkan

Kemudian, berikan pupuk untuk meningkatkan kesuburan. Lalu, tanam bibit tanaman gadung pada lubang tanam dan tutup dengan tanah agar umbi lebih cepat tumbuh.

Perawatan tanaman

Pemeliharaan tanaman umbi gadung sebenarnya tidak sulit. Untuk memenuhi kebutuhan air, tanaman cukup memanfaatkan air hujan.

Selain itu, gulma yang biasanya tumbuh di sekitar tanaman tersebut juga tidak terlalu mengganggu. Hama dan penyakit yang menyerang tanaman ini bisa dikendalikan dengan cara melakukan rotasi tanaman dan memusnahkan bagian tanaman yang terinfeksi.

Pemanenan

Tanaman umbi gadung bisa dipanen setelah berumur 12 bulan. pemanenan dilakukan dengan cara menggali tanah di sekitar umbi, lalu mengangkat umbi tanaman tersebut. Penggalian tanah dilakukan dengan hati-hati agar tidak merusak umbi gadung.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang


Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya
Belajar dari Sukun Kukus: Menguatkan Ketahanan Pangan lewat Keanekaragaman
Belajar dari Sukun Kukus: Menguatkan Ketahanan Pangan lewat Keanekaragaman
Varietas Tanaman
Halusinasi Negara Agraris
Halusinasi Negara Agraris
Tips
Waktunya Jujur: Petani Butuh Fakta, Bukan Ilusi Statistik
Waktunya Jujur: Petani Butuh Fakta, Bukan Ilusi Statistik
Tips
Jangan Korbankan Teh: Investasi Hijau untuk Masa Depan
Jangan Korbankan Teh: Investasi Hijau untuk Masa Depan
Varietas Tanaman
Mengungkap Potensi Kedawung yang Terabaikan
Mengungkap Potensi Kedawung yang Terabaikan
Varietas Tanaman
Briket Arang Kelapa: Limbah Jadi Komoditas Ekspor
Briket Arang Kelapa: Limbah Jadi Komoditas Ekspor
Varietas Tanaman
Tanaman Penyelamat Lingkungan: Mencegah Banjir dan Longsor
Tanaman Penyelamat Lingkungan: Mencegah Banjir dan Longsor
Varietas Tanaman
Potensi Sabut Kelapa yang Masih Terbuang
Potensi Sabut Kelapa yang Masih Terbuang
Varietas Tanaman
Pelajaran Swasembada Gula Nasional
Pelajaran Swasembada Gula Nasional
Varietas Tanaman
Mengandaikan Generasi Z Menjadi Agripreneurship
Mengandaikan Generasi Z Menjadi Agripreneurship
Tips
Transformasi Kelapa: Dari Komoditas Tradisional ke Industri Bernilai Tinggi
Transformasi Kelapa: Dari Komoditas Tradisional ke Industri Bernilai Tinggi
Varietas Tanaman
Aroma Kopi Jawa Timur: Potensi dari Lereng Ijen hingga Lembah Argopuro
Aroma Kopi Jawa Timur: Potensi dari Lereng Ijen hingga Lembah Argopuro
Varietas Tanaman
Ekonomi Babel: Lada Sebagai Andalan, Bukan Timah
Ekonomi Babel: Lada Sebagai Andalan, Bukan Timah
Varietas Tanaman
Masa Depan Pala Banda
Masa Depan Pala Banda
Varietas Tanaman
Revitalisasi Kebun Teh: Menyatukan Alam, Wisata, dan Harapan
Revitalisasi Kebun Teh: Menyatukan Alam, Wisata, dan Harapan
Varietas Tanaman
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau