Selain itu, sekitar 10 persen total produksi cengkih dimanfaatkan oleh industri rempah-rempah, farmasi, serta pengolahan perisa dan aroma.
Mutu cengkih dipengaruhi empat faktor utama, yaitu proses budidaya, varietas yang digunakan, pengendalian hama dan penyakit, serta pengelolaan pascapanen.
Proses budidaya yang optimal dan pemilihan varietas unggul dapat meningkatkan kualitas dan produktivitas cengkih.
Di sisi lain, pengendalian hama dan penyakit diperlukan untuk mencegah kerusakan tanaman yang dapat menurunkan kualitas hasil panen.
Selain itu, pengelolaan pascapanen, termasuk proses pengeringan, penyimpanan, dan pengemasan, memainkan peran kunci dalam menjaga mutu cengkih agar memenuhi standar nasional dan internasional.
Intervensi dan pengelolaan pada setiap faktor tersebut diperlukan untuk meningkatkan daya saing cengkih di pasar global.
Untuk menjaga kualitas dan meningkatkan nilai jual cengkih, pengelolaan pascapanen menjadi aspek yang sangat penting.
Proses pascapanen meliputi penyortiran, pengeringan, dan penyimpanan bunga cengkih agar kualitasnya tetap terjaga dan sesuai dengan standar nasional serta internasional.
Pengelolaan pascapanen yang baik diharapkan dapat meningkatkan nilai tambah dan daya saing produk cengkih Indonesia di pasar global.
Pusat Standardisasi Instrumen Perkebunan (BSIP) Kementerian Pertanian, bersama Balai Tanaman Rempah, Obat, dan Aromatik, mendukung pengembangan standar mutu cengkih kering.
Standar yang dibangun melalui SNI Cengkih yang bertujuan meningkatkan kualitas cengkih, mendorong perdagangan yang adil dan transparan, serta melindungi produsen dan konsumen.
Kedepan penerapan standar yang baik ini tidak hanya memperkuat posisi Indonesia di pasar global, tetapi juga memberikan perlindungan bagi produsen dan konsumen dalam rantai perdagangan cengkih.
Pengembangan cengkih di Indonesia menghadapi sejumlah kendala, mulai dari kualitas produk yang rendah hingga harga jual yang kurang menguntungkan bagi petani.
Serangan hama dan penyakit juga menjadi ancaman serius yang berdampak pada penurunan produksi dan pendapatan petani.
Hama penggerek merupakan hama utama yang terdiri dari penggerek batang, cabang, dan ranting.