Gejala serangan hama ini ditandai dengan munculnya lubang-lubang pada batang dan cabang, serta rontoknya daun muda hingga kematian tanaman.
Upaya pengendalian dilakukan melalui metode mekanis, kimiawi, dan hayati, seperti pemanfaatan Beauveria bassiana serta minyak atsiri dari serai wangi, cengkih, kayu manis, dan mimba.
Penyakit utama yang menyerang tanaman cengkih meliputi Bakteri Pembuluh Kayu cengkih (BPKC), cacar daun, dan jamur akar putih.
Langkah pengendalian mencakup penggunaan bibit sehat, sanitasi kebun, serta aplikasi pestisida untuk mencegah penyebaran penyakit.
Pengelolaan organisme pengganggu tumbuhan (OPT) pada tanaman cengkih dilakukan melalui pendekatan pengendalian terpadu.
Strategi ini menggabungkan metode preventif, mekanis, kimiawi, dan hayati untuk mengurangi risiko kerugian dan meningkatkan kualitas produk.
Sebagai contoh, pengendalian BPKC dilakukan dengan aplikasi insektisida untuk memberantas serangga vektor, seperti Hindula fulva dan Hindula striata, yang bertindak sebagai pembawa bakteri.
Selain itu, pemilihan lahan tanam yang sesuai menjadi faktor penting dalam pengembangan cengkih.
Tanaman cengkih tumbuh optimal pada ketinggian 200-600 mdpl, jenis tanah Andosol, Latosol, Regosol, dan Podsolik Merah Kuning, serta pH tanah ideal 5,5-6,5.
Curah hujan, iklim, dan drainase tanah yang baik turut memengaruhi produktivitas dan kualitas tanaman cengkih.
Perbanyakan tanaman cengkih dilakukan secara generatif dan vegetatif. Perbanyakan generatif menggunakan benih dari pohon induk yang unggul melalui proses persemaian, pembenihan, seleksi, dan pemeliharaan hingga tanaman siap dipindahkan ke lahan.
Sebaliknya, perbanyakan vegetatif dilakukan melalui teknik grafting, seperti splice approach grafting atau inarching approach grafting, yang memastikan tanaman memiliki sifat identik dengan induknya.
Perbanyakan vegetatif memiliki keunggulan dalam percepatan proses berbunga dan produktivitas yang lebih tinggi dibandingkan perbanyakan generatif.
Untuk mendukung produktivitas, lokasi penanaman cengkih sebaiknya memenuhi persyaratan lingkungan yang optimal, seperti lahan datar hingga bergelombang, kemiringan maksimal 20 persen, drainase yang baik, dan ketersediaan sumber air.
Dengan strategi pengendalian OPT, pemilihan lahan yang tepat, dan metode perbanyakan yang efektif, Indonesia dapat meningkatkan produktivitas dan kualitas cengkih secara nasional.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.