Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kuntoro Boga
Direktur Hilirisasi Hasil Perkebunan, Kementan

Praktisi, Peneliti dan Pengamat Pertanian

Sensasi Pedas Jaman Majapahit: Memanfaatkan Kembali Cabai Jawa

Kompas.com, 21 Februari 2025, 18:56 WIB

Artikel ini adalah kolom, seluruh isi dan opini merupakan pandangan pribadi penulis dan bukan cerminan sikap redaksi.

Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Alkaloid dalam cabai jawa, seperti piperin, memiliki fungsi sebagai antiinflamasi dan antipiretik yang mampu menurunkan demam. Kandungan piperin dalam cabai jawa dapat merangsang nafsu makan dan meningkatkan metabolisme tubuh.

Cabai jawa juga dapat membantu meningkatkan sirkulasi darah, sehingga mempercepat proses penyembuhan dan meningkatkan kesehatan jantung.

Dengan berbagai kandungan gizi dan manfaat kesehatan tersebut, cabai jawa menjadi rempah yang berharga dalam pengobatan tradisional dan dapat menjadi tambahan yang bermanfaat dalam diet sehari-hari.

Peluang pengembangan

Salah satu peluang utama dalam pengembangan cabai jawa (Piper retrofractum) adalah permintaan pasar yang stabil, terutama dari industri jamu dan farmasi.

Komoditas ini juga diekspor ke berbagai negara, termasuk Uni Emirat Arab, India, China, Nepal, Pakistan, Bangladesh, Jepang, Jerman, Malaysia, Vietnam, Inggris, dan Turkiye.

Data dari Karantina Pertanian Lampung menunjukkan peningkatan signifikan dalam volume ekspor cabai jamu, dari 48,3 ton pada 2019 menjadi 405,4 ton dengan nilai Rp 19,9 miliar pada 2020, meskipun mengalami penurunan menjadi 50,2 ton pada 2021.

Selain itu, harga cabai jawa kering relatif stabil dibandingkan dengan cabai rawit yang sering mengalami fluktuasi, berkisar antara Rp 52.000 hingga Rp 80.000 per kilogram.

Stabilitas harga ini memberikan keuntungan bagi petani karena mereka dapat lebih mudah memperkirakan pendapatan dan mengatur biaya produksi dengan lebih baik.

Dari segi agroklimat, cabai jawa dapat tumbuh dengan baik di berbagai wilayah Indonesia, terutama di daerah seperti Madura, Jawa Tengah, dan Lampung yang memiliki kondisi tanah dan iklim yang mendukung.

Baca juga: Teh Hijau: Rahasia Alami Hidup Sehat

Keunggulan ini membuat Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi produsen utama cabai jawa di dunia.

Namun, saat ini Indonesia hanya mampu memenuhi sekitar sepertiga dari kebutuhan global yang mencapai sekitar 6 juta ton per tahun. Dengan peningkatan produksi, peluang ekspor dapat lebih dioptimalkan untuk mengisi kekosongan pasokan dunia.

Pengembangan rempah ini di Indonesia menghadapi beberapa tantangan signifikan. Salah satunya adalah minim penggunaan teknologi, sehingga produktivitasnya belum optimal.

Selain itu, ketersediaan air dan bibit unggul juga menjadi kendala, terutama di daerah dengan curah hujan rendah dan keterbatasan sumber air.

Keterbatasan bibit unggul bersertifikat menghambat peningkatan produksi, karena petani sering menggunakan bibit dari hasil panen sebelumnya yang kualitasnya tidak selalu terjamin.

Kurangnya inovasi dalam pengolahan dan diversifikasi produk juga menjadi hambatan dalam meningkatkan nilai tambah cabai jawa.

Saat ini, sebagian besar hasil panen masih dijual dalam bentuk mentah tanpa melalui proses pengolahan lebih lanjut.

Padahal, dengan inovasi produk seperti ekstrak herbal, minyak atsiri, atau minuman kesehatan berbasis cabai jawa, nilai jualnya dapat meningkat secara signifikan.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang

Halaman:

Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya
Belajar dari Sukun Kukus: Menguatkan Ketahanan Pangan lewat Keanekaragaman
Belajar dari Sukun Kukus: Menguatkan Ketahanan Pangan lewat Keanekaragaman
Varietas Tanaman
Halusinasi Negara Agraris
Halusinasi Negara Agraris
Tips
Waktunya Jujur: Petani Butuh Fakta, Bukan Ilusi Statistik
Waktunya Jujur: Petani Butuh Fakta, Bukan Ilusi Statistik
Tips
Jangan Korbankan Teh: Investasi Hijau untuk Masa Depan
Jangan Korbankan Teh: Investasi Hijau untuk Masa Depan
Varietas Tanaman
Mengungkap Potensi Kedawung yang Terabaikan
Mengungkap Potensi Kedawung yang Terabaikan
Varietas Tanaman
Briket Arang Kelapa: Limbah Jadi Komoditas Ekspor
Briket Arang Kelapa: Limbah Jadi Komoditas Ekspor
Varietas Tanaman
Tanaman Penyelamat Lingkungan: Mencegah Banjir dan Longsor
Tanaman Penyelamat Lingkungan: Mencegah Banjir dan Longsor
Varietas Tanaman
Potensi Sabut Kelapa yang Masih Terbuang
Potensi Sabut Kelapa yang Masih Terbuang
Varietas Tanaman
Pelajaran Swasembada Gula Nasional
Pelajaran Swasembada Gula Nasional
Varietas Tanaman
Mengandaikan Generasi Z Menjadi Agripreneurship
Mengandaikan Generasi Z Menjadi Agripreneurship
Tips
Transformasi Kelapa: Dari Komoditas Tradisional ke Industri Bernilai Tinggi
Transformasi Kelapa: Dari Komoditas Tradisional ke Industri Bernilai Tinggi
Varietas Tanaman
Aroma Kopi Jawa Timur: Potensi dari Lereng Ijen hingga Lembah Argopuro
Aroma Kopi Jawa Timur: Potensi dari Lereng Ijen hingga Lembah Argopuro
Varietas Tanaman
Ekonomi Babel: Lada Sebagai Andalan, Bukan Timah
Ekonomi Babel: Lada Sebagai Andalan, Bukan Timah
Varietas Tanaman
Masa Depan Pala Banda
Masa Depan Pala Banda
Varietas Tanaman
Revitalisasi Kebun Teh: Menyatukan Alam, Wisata, dan Harapan
Revitalisasi Kebun Teh: Menyatukan Alam, Wisata, dan Harapan
Varietas Tanaman
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau