Alkaloid dalam cabai jawa, seperti piperin, memiliki fungsi sebagai antiinflamasi dan antipiretik yang mampu menurunkan demam. Kandungan piperin dalam cabai jawa dapat merangsang nafsu makan dan meningkatkan metabolisme tubuh.
Cabai jawa juga dapat membantu meningkatkan sirkulasi darah, sehingga mempercepat proses penyembuhan dan meningkatkan kesehatan jantung.
Dengan berbagai kandungan gizi dan manfaat kesehatan tersebut, cabai jawa menjadi rempah yang berharga dalam pengobatan tradisional dan dapat menjadi tambahan yang bermanfaat dalam diet sehari-hari.
Salah satu peluang utama dalam pengembangan cabai jawa (Piper retrofractum) adalah permintaan pasar yang stabil, terutama dari industri jamu dan farmasi.
Komoditas ini juga diekspor ke berbagai negara, termasuk Uni Emirat Arab, India, China, Nepal, Pakistan, Bangladesh, Jepang, Jerman, Malaysia, Vietnam, Inggris, dan Turkiye.
Data dari Karantina Pertanian Lampung menunjukkan peningkatan signifikan dalam volume ekspor cabai jamu, dari 48,3 ton pada 2019 menjadi 405,4 ton dengan nilai Rp 19,9 miliar pada 2020, meskipun mengalami penurunan menjadi 50,2 ton pada 2021.
Selain itu, harga cabai jawa kering relatif stabil dibandingkan dengan cabai rawit yang sering mengalami fluktuasi, berkisar antara Rp 52.000 hingga Rp 80.000 per kilogram.
Stabilitas harga ini memberikan keuntungan bagi petani karena mereka dapat lebih mudah memperkirakan pendapatan dan mengatur biaya produksi dengan lebih baik.
Dari segi agroklimat, cabai jawa dapat tumbuh dengan baik di berbagai wilayah Indonesia, terutama di daerah seperti Madura, Jawa Tengah, dan Lampung yang memiliki kondisi tanah dan iklim yang mendukung.
Baca juga: Teh Hijau: Rahasia Alami Hidup Sehat
Keunggulan ini membuat Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi produsen utama cabai jawa di dunia.
Namun, saat ini Indonesia hanya mampu memenuhi sekitar sepertiga dari kebutuhan global yang mencapai sekitar 6 juta ton per tahun. Dengan peningkatan produksi, peluang ekspor dapat lebih dioptimalkan untuk mengisi kekosongan pasokan dunia.
Pengembangan rempah ini di Indonesia menghadapi beberapa tantangan signifikan. Salah satunya adalah minim penggunaan teknologi, sehingga produktivitasnya belum optimal.
Selain itu, ketersediaan air dan bibit unggul juga menjadi kendala, terutama di daerah dengan curah hujan rendah dan keterbatasan sumber air.
Keterbatasan bibit unggul bersertifikat menghambat peningkatan produksi, karena petani sering menggunakan bibit dari hasil panen sebelumnya yang kualitasnya tidak selalu terjamin.
Kurangnya inovasi dalam pengolahan dan diversifikasi produk juga menjadi hambatan dalam meningkatkan nilai tambah cabai jawa.
Saat ini, sebagian besar hasil panen masih dijual dalam bentuk mentah tanpa melalui proses pengolahan lebih lanjut.
Padahal, dengan inovasi produk seperti ekstrak herbal, minyak atsiri, atau minuman kesehatan berbasis cabai jawa, nilai jualnya dapat meningkat secara signifikan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.