Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kuntoro Boga
Direktur Hilirisasi Hasil Perkebunan, Kementan

Praktisi, Peneliti dan Pengamat Pertanian

Sensasi Pedas Jaman Majapahit: Memanfaatkan Kembali Cabai Jawa

Kompas.com, 21 Februari 2025, 18:56 WIB

Artikel ini adalah kolom, seluruh isi dan opini merupakan pandangan pribadi penulis dan bukan cerminan sikap redaksi.

Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Dengan strategi yang tepat, termasuk peningkatan akses modal, penguatan infrastruktur, diversifikasi produk, dan penguatan pasar, komoditas ini dapat menguntungkan bagi petani dan berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi nasional.

Baca juga: Mengenal Gula Bit: Inovasi Pemanis

Manfaat Cabai Jawa

Komoditas ini adalah salah satu rempah asli Indonesia yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Tanaman ini dimanfaatkan dalam berbagai industri, terutama obat tradisional, farmasi, serta sebagai bumbu masakan dan bahan campuran minuman herbal.

Sensasi kepedasan cabai jawa yang lebih rendah dibanding cabai rawit, tetapi memberikan rasa hangat yang khas.

Penggunaannya lebih dominan dalam masakan berkuah seperti gulai atau sebagai campuran jamu.

Sementara itu, cabai modern (Capsicum) dengan kandungan capsaicin-nya memberikan sensasi pedas menyengat dan lebih mudah diolah menjadi sambal segar.

Pergeseran selera ini terjadi seiring meluasnya budidaya cabai impor yang dibawa Portugis, terutama setelah abad ke-18.

Meski kalah populer dari cabai modern, cabai jawa masih dibudidayakan secara terbatas di Jawa, Madura, Bali, dan Sumatera.

Produksinya sering dikaitkan dengan industri jamu dan farmasi tradisional. Misalnya, ekstrak cabai jawa digunakan dalam obat herbal untuk meningkatkan nafsu makan atau mengatasi rematik.

Dari segi ekonomi, harga cabai jawa kering bisa mencapai Rp 150.000– Rp 200.000 per kilogram, jauh lebih tinggi daripada cabai biasa.

Potensi pengembangannya ke depan terletak pada nilai tambah sebagai produk organik, suplemen kesehatan, atau bahan kosmetik alami. Pemanfaatan teknologi ekstraksi dan pemasaran global bisa meningkatkan daya saingnya.

Tanaman ini kaya akan senyawa bioaktif seperti piperin, polifenol, minyak atsiri, saponin, dan asam palmitat, yang memberikan berbagai manfaat kesehatan.

Kandungan piperin dan polifenol berfungsi sebagai antioksidan, melindungi sel dari kerusakan akibat radikal bebas.

Minyak atsiri yang terkandung memiliki sifat antibakteri, membantu melawan infeksi. Saponin berperan dalam meningkatkan sistem kekebalan tubuh, sedangkan asam palmitat berkontribusi pada metabolisme energi tubuh.

Selain itu, cabai jawa memiliki sifat antiinflamasi yang dapat membantu mengurangi peradangan dalam tubuh.

Kandungan capsaicin dalam cabai jawa juga dapat merangsang produksi enzim pencernaan, sehingga membantu proses pencernaan makanan.

Baca juga: Bahan Bakar Nabati Alternatif Selain Sawit

Halaman:

Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya
Belajar dari Sukun Kukus: Menguatkan Ketahanan Pangan lewat Keanekaragaman
Belajar dari Sukun Kukus: Menguatkan Ketahanan Pangan lewat Keanekaragaman
Varietas Tanaman
Halusinasi Negara Agraris
Halusinasi Negara Agraris
Tips
Waktunya Jujur: Petani Butuh Fakta, Bukan Ilusi Statistik
Waktunya Jujur: Petani Butuh Fakta, Bukan Ilusi Statistik
Tips
Jangan Korbankan Teh: Investasi Hijau untuk Masa Depan
Jangan Korbankan Teh: Investasi Hijau untuk Masa Depan
Varietas Tanaman
Mengungkap Potensi Kedawung yang Terabaikan
Mengungkap Potensi Kedawung yang Terabaikan
Varietas Tanaman
Briket Arang Kelapa: Limbah Jadi Komoditas Ekspor
Briket Arang Kelapa: Limbah Jadi Komoditas Ekspor
Varietas Tanaman
Tanaman Penyelamat Lingkungan: Mencegah Banjir dan Longsor
Tanaman Penyelamat Lingkungan: Mencegah Banjir dan Longsor
Varietas Tanaman
Potensi Sabut Kelapa yang Masih Terbuang
Potensi Sabut Kelapa yang Masih Terbuang
Varietas Tanaman
Pelajaran Swasembada Gula Nasional
Pelajaran Swasembada Gula Nasional
Varietas Tanaman
Mengandaikan Generasi Z Menjadi Agripreneurship
Mengandaikan Generasi Z Menjadi Agripreneurship
Tips
Transformasi Kelapa: Dari Komoditas Tradisional ke Industri Bernilai Tinggi
Transformasi Kelapa: Dari Komoditas Tradisional ke Industri Bernilai Tinggi
Varietas Tanaman
Aroma Kopi Jawa Timur: Potensi dari Lereng Ijen hingga Lembah Argopuro
Aroma Kopi Jawa Timur: Potensi dari Lereng Ijen hingga Lembah Argopuro
Varietas Tanaman
Ekonomi Babel: Lada Sebagai Andalan, Bukan Timah
Ekonomi Babel: Lada Sebagai Andalan, Bukan Timah
Varietas Tanaman
Masa Depan Pala Banda
Masa Depan Pala Banda
Varietas Tanaman
Revitalisasi Kebun Teh: Menyatukan Alam, Wisata, dan Harapan
Revitalisasi Kebun Teh: Menyatukan Alam, Wisata, dan Harapan
Varietas Tanaman
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau