PELUANG mengembangkan komoditas kurma (Phoenix dactylifera) di Indonesia semakin mendapat perhatian seiring dengan tingginya permintaan buah kurma.
Selama ini, Indonesia mengimpor kurma dalam jumlah besar. Berdasarkan data terbaru dari Badan Pusat Statistik (BPS), Indonesia mengimpor sekitar 55.430 ton kurma sepanjang tahun 2024, dengan nilai mencapai 79,74 juta dollar AS (setara Rp 1,32 triliun).
Tren impor kurma di Indonesia mengalami peningkatan signifikan dalam beberapa tahun terakhir, dengan rekor tertinggi pada 2022, saat impor mencapai 61.350 ton dengan nilai 86,25 juta dollar AS (setara Rp 1,43 triliun).
Data ini menunjukkan bahwa permintaan kurma di Indonesia masih sangat besar, terutama menjelang bulan Ramadhan, dengan tren impor yang tetap stabil di kisaran puluhan ribu ton setiap tahunnya.
Kondisi ini menunjukkan peluang besar untuk mengembangkan budidaya kurma lokal guna memenuhi kebutuhan dalam negeri dan mengurangi ketergantungan impor.
Baca juga: Purwoceng, Ginseng Lokal Bernilai Tinggi
Secara umum, iklim tropis Indonesia mendukung pertumbuhan pohon kurma. Wilayah Indonesia mendapatkan sinar matahari sepanjang tahun, memungkinkan kurma tumbuh di berbagai daerah yang mendapatkan panas matahari cukup.
Meskipun kurma identik dengan daerah gurun beriklim kering, beberapa wilayah di Indonesia memiliki kondisi mikroklimat yang mirip dengan habitat aslinya.
Provinsi Riau, misalnya, memiliki iklim panas yang menyerupai negara asal kurma. Pohon kurma telah ditanam di Pekanbaru sejak 2006, dan menunjukkan pertumbuhan yang baik.
Wilayah lain yang terbukti potensial adalah Lombok Utara (NTB). Tanah berpasir di Lombok Utara, hasil dari erupsi vulkanik Gunung Samalas, mengandung unsur hara mirip dengan tanah Timur Tengah.
Kombinasi pola suhu harian yang panas di siang hari dan dingin di malam hari serta curah hujan yang rendah menjadikan wilayah ini ideal untuk budidaya kurma.
Hal ini dibuktikan dengan keberhasilan varietas lokal Kurma Datu, yang mampu berbuah lebat sepanjang tahun tanpa mengenal musim.
Namun, tidak semua daerah memiliki kondisi ideal tersebut. Tantangan utama budidaya kurma di Indonesia adalah kelembapan tinggi dan curah hujan yang berbeda dengan habitat aslinya.
Baca juga: Manfaat Ekonomi dan Lingkungan Serai Wangi
Kelembapan tinggi dapat menyebabkan buah mudah membusuk jika dibiarkan terlalu lama di pohon. Oleh karena itu, daerah dengan musim kemarau panjang atau tanah berpasir cenderung lebih cocok.
Meski demikian, pengalaman menunjukkan bahwa kurma dapat tumbuh di berbagai kondisi, mulai dari dataran rendah panas hingga dataran tinggi beriklim sejuk, asalkan mendapatkan sinar matahari penuh dan dikelola dengan teknik budidaya yang tepat.
Pemerintah Indonesia telah mulai mendukung pengembangan kurma. Sejak 2006, tanaman kurma telah dimasukkan sebagai salah satu komoditas binaan Ditjen Hortikultura.