Infrastruktur pengolahan kapuk banyak yang gulung tikar. Jika dibiarkan, bukan mustahil kapuk randu menghadapi kepunahan sebagai komoditas.
Padahal, secara ekologis, pohon randu berperan penting mencegah erosi, menyimpan air, dan adaptif tumbuh di lahan kering marginal.
Di tengah krisis iklim, karakteristik unik kapuk randu menarik perhatian industri hijau. Seratnya yang ringan, berongga, dan lembut menjadikannya insulasi termal yang baik.
Secara alami, kapuk tahan air, hipoalergenik, dan 100 persen biodegradable. Dibanding kapas yang membutuhkan 2.700 liter air untuk satu kaos, budidaya randu tidak memerlukan irigasi intensif atau pestisida.
Berkat inovasi teknologi, kapuk randu kini tak sekadar bahan isian kasur. Perusahaan Kanada, Tentree, menciptakan kaos dari campuran 30 persen kapuk dan 70 persen kapas organik. Kombinasi ini menghemat 3.000 liter air untuk produksi empat kaos.
Baca juga: Kemandirian Obat Melalui Tanaman Biofarmaka
Di Indonesia, perusahaan rintisan Flocus mendirikan pabrik pemintalan kapuk berteknologi tinggi, mengekspor benang berkualitas ke pasar global. Teknik needle punching juga membuka peluang aplikasi baru, seperti material insulasi atau alas kaki ramah lingkungan.
Di sektor energi, biji randu mengandung minyak nabati yang berpotensi diolah menjadi biodiesel.
Ampas bijinya kaya protein untuk pakan ternak, sementara daun mudanya bergizi sebagai pakan tambahan di musim kemarau. Bahkan, ekstrak daun randu menunjukkan aktivitas antibakteri, menjanjikan untuk pengobatan tradisional.
Meski potensinya besar, revitalisasi kapuk randu menghadapi tantangan kompleks. Di hulu, petani enggan menanam randu karena rantai pasok yang panjang dan margin tipis.
Varietas unggul hasil pemuliaan Balai Perakitan dan Pengujian Tanaman Pemanis dan Serat (dulu bernama Balittas), seperti seri Muktiharjo (MH1, MH2, MH3 dan MH4) yang produktif hingga 80 kg serat per pohon, masih minim diadopsi.
Di hilir, industri pengolahan tradisional seperti di Desa Karaban, Pati, pusat kapuk terbesar Indonesia ini terancam punah akibat penyusutan bahan baku. Dari 700.000 pohon randu di Pati, 30 persen telah ditebang untuk infrastruktur atau kayu.
BRMP Tanaman Pemanis dan Serat saat ini juga tengah mengembangkan serat kapuk randu sebagai komoditas serat alami unggulan.
PT Kapok Fiber Indonesia, yang memasok bahan baku ke Jepang, juga mencari serat kapuk dengan mutu panjang, keseragaman, kekuatan, perpanjangan tertentu.
Beberapa varietas koleksi plasma nutfah Balittas memenuhi kualifikasi. Kolaborasi dilakukan dengan perusahaan tekstil Jepang yang tertarik pada serat kapuk dengan karakteristiknya yang unik seperti memberikan kehangatan saat musim dingin dan kesejukan saat musim panas.
Selain itu, serat randu sejalan dengan konsep pertanian berkelanjutan dan ramah lingkungan. Saat ini, proses kolaborasi dalam tahap karakterisasi serat di laboratorium.