Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kuntoro Boga
Kepala Pusat BSIP Perkebunan, Kementan

Kuntoro Boga Andri, SP, M.Agr, Ph.D, merupakan lulusan Institut Pertanian Bogor tahun 1998. Ia adalah alumni S1 Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian IPB. Pria kelahiran Banjarmasin tahun 1974 ini diangkat sebagai CPNS pada 1999, dan mulai bekerja sebagai peneliti di BPTP Karangploso, Jawa Timur.

Membawa Gambir ke Pasar Global

Kompas.com - 15/04/2025, 19:30 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

KATAGambir” tidaklah asing bagi warga Jakarta. Gambir adalah kawasan elite kota Batavia, di jaman kolonial dan saat ini menjadi kawasan administratif dan pusat kota Jakarta modern termasuk kompleks Istana Merdeka, Gedung DPRD DKI, dan Monas.

Nama "Gambir" tetap dipertahankan, bahkan menjadi nama stasiun kereta api utama (Stasiun Gambir) dan kelurahan di Jakarta Pusat.

Pada abad ke-18 hingga awal abad ke-19, kawasan Gambir merupakan daerah pertanian dan perkebunan, termasuk kebun gambir dan palawija lainnya.

Masyarakat Betawi tempo dulu banyak menggunakan gambir sebagai bagian dari tradisi menyirih, sehingga tanaman ini dikenal luas dan nama daerah pun diambil dari komoditas tersebut.

Gambir (Uncaria gambir Roxb) merupakan tanaman perdu merambat asal Asia Tenggara yang telah lama dikenal di Nusantara.

Sejak ribuan tahun lalu, ekstrak gambir dipakai sebagai salah satu komponen utama dalam tradisi menyirih. Bahkan bukti arkeologis menunjukkan praktik ini sudah berlangsung setidaknya 2.500 tahun silam.

Baca juga: Randu: Serat Emas Putih yang Terlupakan

Di Indonesia, gambir umumnya diolah menjadi bentuk padat berwarna cokelat kehitaman mirip gula cetak, hasil dari pengepresan dan pengeringan ekstrak daun dan ranting gambir.

Secara tradisional, kegunaan utamanya adalah sebagai penyirih, campuran bersama pinang dan daun sirih, serta sebagai bahan penyamak kulit dan pewarna alami sejak era pra-kolonial.

Catatan sejarah menyebut gambir telah diperdagangkan di kepulauan Malaya sejak abad ke-17, dan penjelajah Eropa seperti Rumphius melaporkan tanaman ini dibudidayakan di Maluku pada pertengahan abad ke-18.

Kandungan katekin dan manfaat kesehatan

Daya tarik utama gambir terletak pada kandungan senyawa aktifnya, terutama katekin. Ekstrak gambir sangat kaya akan katekin, sejenis flavonoid yang dikenal sebagai antioksidan kuat.

Sumber literatur menyebut kadar katekin dalam gambir kering bervariasi; metode ekstraksi tradisional menghasilkan produk dengan sekitar 40-50 persen katekin, sedangkan teknik ekstraksi yang lebih baik mampu meningkatkan kadar katekin hingga di atas 70 persen.

Bahkan, penerapan teknologi pengolahan mutakhir oleh koperasi di Sumatera Barat berhasil memproduksi gambir berkualitas tinggi dengan kadar katekin mencapai 90 persen. Tingginya kandungan katekin inilah yang memberi gambir aktivitas antioksidan yang poten.

Secara empiris, masyarakat telah memanfaatkan gambir untuk berbagai keperluan kesehatan. Sifat astringent gambir dipercaya memperkuat gusi dan gigi ketika menyirih, serta membantu pengeluaran getah empedu yang melancarkan pencernaan.

Berbagai ramuan tradisional menggunakan gambir sebagai obat diare, sariawan, sakit perut, hingga luka ringan.

Kajian ilmiah modern pun mendukung banyak khasiat tersebut. Ekstrak gambir terbukti bersifat antioksidan yang dapat menangkal radikal bebas, serta memiliki aktivitas antibakteri, antiinflamasi, antikanker, antidiabetes, dan beragam potensi farmakologis lainnya.

Baca juga: Minyak Nilam Indonesia yang Mengharumkan Dunia

Halaman:

Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya

Membawa Gambir ke Pasar Global

Membawa Gambir ke Pasar Global

Varietas Tanaman
Randu: Serat Emas Putih yang Terlupakan

Randu: Serat Emas Putih yang Terlupakan

Varietas Tanaman
Serat Alam dari Masa Lalu: Potensi Abaca di Indonesia

Serat Alam dari Masa Lalu: Potensi Abaca di Indonesia

Varietas Tanaman
Serat Alam dan Potensi Pengembangannya

Serat Alam dan Potensi Pengembangannya

Varietas Tanaman
Menjadikan Indonesia Pusat Hilirisasi Kelapa Dunia

Menjadikan Indonesia Pusat Hilirisasi Kelapa Dunia

Varietas Tanaman
'Superfood' Daun Kelor: Nilai Gizi, Ekonomi, dan Lingkungan

"Superfood" Daun Kelor: Nilai Gizi, Ekonomi, dan Lingkungan

Varietas Tanaman
Peluang Budidaya Kurma di Indonesia: Teknologi dan Kisah Sukses

Peluang Budidaya Kurma di Indonesia: Teknologi dan Kisah Sukses

Varietas Tanaman
Purwoceng, Ginseng Lokal Bernilai Tinggi

Purwoceng, Ginseng Lokal Bernilai Tinggi

Varietas Tanaman
Manfaat Ekonomi dan Lingkungan Serai Wangi

Manfaat Ekonomi dan Lingkungan Serai Wangi

Varietas Tanaman
Kakao Indonesia: Dari Potensi Lokal ke Produk Premium Dunia

Kakao Indonesia: Dari Potensi Lokal ke Produk Premium Dunia

Varietas Tanaman
Sensasi Pedas Jaman Majapahit: Memanfaatkan Kembali Cabai Jawa

Sensasi Pedas Jaman Majapahit: Memanfaatkan Kembali Cabai Jawa

Varietas Tanaman
Pala: Warisan Nusantara Menuju Pemanfaatan Global

Pala: Warisan Nusantara Menuju Pemanfaatan Global

Varietas Tanaman
Anggur Muscat dan Keberpihakan pada Buah Lokal

Anggur Muscat dan Keberpihakan pada Buah Lokal

Varietas Tanaman
Mengenal Gula Bit: Inovasi Pemanis

Mengenal Gula Bit: Inovasi Pemanis

Varietas Tanaman
Peluang Stevia dalam Diversifikasi Industri Gula

Peluang Stevia dalam Diversifikasi Industri Gula

Varietas Tanaman
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau