Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Muhammad Irvan Mahmud Asia
Pengamat dan Penulis

Direktur Eksekutif Pusat Pengkajian Agraria dan Sumber Daya Alam (PPASDA); Wasekjen DPP Pemuda Tani HKTI

Mungkinkah Indonesia Jadi Pusat Kopi Global?

Kompas.com, 28 Juli 2025, 15:10 WIB

Artikel ini adalah kolom, seluruh isi dan opini merupakan pandangan pribadi penulis dan bukan cerminan sikap redaksi.

Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Pertama, revitalisasi perkebunan kopi. Percepatan peremajaan tanaman kopi tua (replanting), penggunaan varietas unggul, dan penerapan teknologi pascapanen merupakan suatu keharusan.

Baca juga: Fluktuasi Harga Kopi dan Insentif bagi Petani Indonesia

Pemerintah mesti segera melaksanakan program revitalisasi kopi seluas 40.000 hektar hingga 2026. Untuk mempercepat implementasinya, sinergi berbagai stakeholder menjadi mendesak dan diikuti dengan insentif bagi petani muda – menjadi pemantik untuk regenerasi petani.

Pendampingan koperasi tani, sertifikasi, dan digitalisasi rantai pasok menjadi fondasi utama untuk memperkuat ekosistemnya.

Kedua, hilirisasi dan branding produk kopi Indonesia. Saat ini, 95 persen pelaku industri kopi di Indonesia merupakan usaha kecil dan menengah (UKM). Mereka menghadapi keterbatasan permodalan dan akses pasar.

Pemerintah perlu memperkuat kebijakan hilirisasi di sektor ini, misalnya, dengan fasilitas Kredit Usaha Rakyat (KUR) sektor pangan untuk industri pengolahan kopi, serta memperluas akses ke pasar ekspor melalui platform digital dan kemitraan dengan BUMN.

Di sisi lain, pasar kopi siap saji global diperkirakan tumbuh 6,8 persen per tahun dan pada 2027 secara global diperkirakan mencapai 42 miliar dolar AS.

Indonesia harus menangkap peluang ini dengan memperkuat branding produk lokal dan membangun ekosistem kreatif: kedai kopi lokal, pusat pelatihan barista, dan pusat inovasi cita rasa.

Ketiga, diplomasi kopi dan penguatan posisi di pasar dunia. Indonesia perlu memperkuat diplomasi kopi, menjadikan kopi sebagai bagian dari citra nasional dalam forum internasional.

Contoh yang bisa dipelajari adalah Vietnam yang kini menjadi eksportir kopi olahan terbesar kedua di dunia, berkat agresivitas mereka dalam promosi kopi robusta instan dan masuknya investasi asing di sektor hilir.

Strategi promosi seperti ‘Indonesia Coffee Weeks’ di Eropa atau di Asia Timur, festival kopi nasional yang menghadirkan investor internasional, dan berbagai strategi lainnya.

Baca juga: Sentuhan Barista Difabel di Secangkir Kopi

Keempat, dunia usaha perlu masuk lebih dalam. Menurut Kementerian Perindustrian, baru 60 unit industri pengolahan kopi skala besar yang tercatat aktif di Indonesia.

Diperlukan kawasan industri kopi terpadu yang menghubungkan petani, pengolah, logistik, dan eksportir dalam satu rantai nilai.

Insentif fiskal untuk investor yang membangun industri hilir di sentra produksi harus dioptimalkan.

Pada akhirnya transformasi kopi Indonesia menjadi pusat kopi global bukan sekadar urusan soal ekonomi, tapi juga narasi kultural.

Ketika kopi Indonesia hadir di kafe-kafe di London, New York, Milan, dan kota metropolitan lainnya, maka kopi Indonesia membawa serta cerita tentang petani kopi di berbagai pelosok nusantara.

Indonesia sebagai pusat kopi global bukan hanya mengangkat industri nasional, tetapi memperkuat citra Indonesia di panggung global.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang

Halaman:

Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya
Asa Pohon Mete di Tanah Gersang
Asa Pohon Mete di Tanah Gersang
Varietas Tanaman
Belajar dari Sukun Kukus: Menguatkan Ketahanan Pangan lewat Keanekaragaman
Belajar dari Sukun Kukus: Menguatkan Ketahanan Pangan lewat Keanekaragaman
Varietas Tanaman
Halusinasi Negara Agraris
Halusinasi Negara Agraris
Tips
Waktunya Jujur: Petani Butuh Fakta, Bukan Ilusi Statistik
Waktunya Jujur: Petani Butuh Fakta, Bukan Ilusi Statistik
Tips
Jangan Korbankan Teh: Investasi Hijau untuk Masa Depan
Jangan Korbankan Teh: Investasi Hijau untuk Masa Depan
Varietas Tanaman
Mengungkap Potensi Kedawung yang Terabaikan
Mengungkap Potensi Kedawung yang Terabaikan
Varietas Tanaman
Briket Arang Kelapa: Limbah Jadi Komoditas Ekspor
Briket Arang Kelapa: Limbah Jadi Komoditas Ekspor
Varietas Tanaman
Tanaman Penyelamat Lingkungan: Mencegah Banjir dan Longsor
Tanaman Penyelamat Lingkungan: Mencegah Banjir dan Longsor
Varietas Tanaman
Potensi Sabut Kelapa yang Masih Terbuang
Potensi Sabut Kelapa yang Masih Terbuang
Varietas Tanaman
Pelajaran Swasembada Gula Nasional
Pelajaran Swasembada Gula Nasional
Varietas Tanaman
Mengandaikan Generasi Z Menjadi Agripreneurship
Mengandaikan Generasi Z Menjadi Agripreneurship
Tips
Transformasi Kelapa: Dari Komoditas Tradisional ke Industri Bernilai Tinggi
Transformasi Kelapa: Dari Komoditas Tradisional ke Industri Bernilai Tinggi
Varietas Tanaman
Aroma Kopi Jawa Timur: Potensi dari Lereng Ijen hingga Lembah Argopuro
Aroma Kopi Jawa Timur: Potensi dari Lereng Ijen hingga Lembah Argopuro
Varietas Tanaman
Ekonomi Babel: Lada Sebagai Andalan, Bukan Timah
Ekonomi Babel: Lada Sebagai Andalan, Bukan Timah
Varietas Tanaman
Masa Depan Pala Banda
Masa Depan Pala Banda
Varietas Tanaman
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau