Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kuntoro Boga
Direktur Hilirisasi Hasil Perkebunan, Kementan

Praktisi, Peneliti dan Pengamat Pertanian

Tanaman Penyelamat Lingkungan: Mencegah Banjir dan Longsor

Kompas.com - 6 Desember 2025, 08:30 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Banyak petani di sekitar Danau Toba dan sentra lainnya membuktikan bahwa lahan kritis yang dulu tak produktif kini menghasilkan pendapatan rutin.

Ampas penyulingan pun dimanfaatkan kembali sebagai pakan ternak dan kompos, menciptakan sistem produksi yang nyaris tanpa limbah. Serai wangi membuktikan bahwa konservasi tidak selalu identik dengan pengorbanan ekonomi.

Selain aren dan serai wangi, alam masih menyediakan sekutu konservasi lain seperti vetiver, bambu, dan pohon-pohon lokal berakar kuat.

Vetiver dikenal sebagai “paku alam” dengan akar yang menghunjam dalam hingga beberapa meter, menguatkan lereng bukit, tanggul, dan tebing jalan.

Bambu dengan rimpun lebatnya efektif menahan erosi dan menstabilkan bantaran sungai, sekaligus memberi nilai ekonomi dari batang dan rebung.

Pohon beringin, trembesi, bendo, gayam, dan kepuh turut memainkan peran penting sebagai penjaga air dan tanah di berbagai bentang alam Indonesia.

Seluruh tanaman ini menemukan kekuatan maksimalnya ketika dirangkai dalam satu sistem agroforestri terpadu.

Baca juga: Nirempati di Tengah Puing, Ruang Kosong dalam Komunikasi Kepemimpinan Tata Kelola Bencana

Aren tumbuh menjulang di atas, kopi atau kakao berproduksi di bawahnya, sementara vetiver dan serai wangi mengunci lereng dari erosi.

Tajuk berlapis meneduhkan tanah, akar dengan kedalaman berbeda saling melengkapi menyerap air dan unsur hara.

Inilah wajah pertanian masa depan yang tidak hanya produktif, tetapi juga tangguh menghadapi banjir dan longsor.

Dengan menanam tanaman yang tepat di tempat yang tepat, kita sejatinya sedang membangun pertahanan alami bagi bumi sekaligus menumbuhkan kesejahteraan dari akarnya.

Menanam harapan, menuai keseimbangan

Tanaman-tanaman penyelamat alam mengajarkan kita bahwa solusi banjir dan longsor sejatinya telah tumbuh di sekitar kita.

Aren di lereng, vetiver di tanggul, bambu di tepi sungai, atau serai wangi di perbukitan bukan sekadar tanaman biasa, melainkan benteng alami yang menahan air dan mengikat tanah.

Menanam pohon di lahan kritis sesungguhnya adalah menanam harapan. Harapan agar hujan yang turun menjadi berkah, bukan bencana. Agar tanah tetap subur di tempatnya, bukan runtuh menghancurkan kehidupan.

Langkah ini mungkin tampak kecil, tetapi dampaknya menjalar jauh hingga ke hilir, menjaga mata air, mendukung pertanian, dan melindungi permukiman.

Lebih dari itu, tanaman konservasi menghadirkan paradigma bahwa menjaga alam tidak harus bertentangan dengan nilai ekonomi.

Aren, serai wangi, tanaman kopi, dan bambu dalam konsep agroforesteri membuktikan bahwa konservasi dapat berjalan seiring dengan kesejahteraan.

Gula aren, minyak atsiri, hingga produk kopi dan bambu menjadi insentif nyata bagi masyarakat untuk merawat lingkungan secara berkelanjutan.

Inilah solusi berbasis alam yang menang-kemenangan, alam pulih, bencana ditekan, ekonomi rakyat bergerak.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang

Halaman:

Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya
Tanaman Penyelamat Lingkungan: Mencegah Banjir dan Longsor
Tanaman Penyelamat Lingkungan: Mencegah Banjir dan Longsor
Varietas Tanaman
Potensi Sabut Kelapa yang Masih Terbuang
Potensi Sabut Kelapa yang Masih Terbuang
Varietas Tanaman
Pelajaran Swasembada Gula Nasional
Pelajaran Swasembada Gula Nasional
Varietas Tanaman
Mengandaikan Generasi Z Menjadi Agripreneurship
Mengandaikan Generasi Z Menjadi Agripreneurship
Tips
Transformasi Kelapa: Dari Komoditas Tradisional ke Industri Bernilai Tinggi
Transformasi Kelapa: Dari Komoditas Tradisional ke Industri Bernilai Tinggi
Varietas Tanaman
Aroma Kopi Jawa Timur: Potensi dari Lereng Ijen hingga Lembah Argopuro
Aroma Kopi Jawa Timur: Potensi dari Lereng Ijen hingga Lembah Argopuro
Varietas Tanaman
Ekonomi Babel: Lada Sebagai Andalan, Bukan Timah
Ekonomi Babel: Lada Sebagai Andalan, Bukan Timah
Varietas Tanaman
Masa Depan Pala Banda
Masa Depan Pala Banda
Varietas Tanaman
Revitalisasi Kebun Teh: Menyatukan Alam, Wisata, dan Harapan
Revitalisasi Kebun Teh: Menyatukan Alam, Wisata, dan Harapan
Varietas Tanaman
Pasar Organik dan Produk Perkebunan
Pasar Organik dan Produk Perkebunan
Varietas Tanaman
DNA Petani Kita, Tangguh di Era Modernisasi
DNA Petani Kita, Tangguh di Era Modernisasi
Perawatan
Menikmati Renyahnya Potensi Kenari Ternate
Menikmati Renyahnya Potensi Kenari Ternate
Varietas Tanaman
Menata Ulang Kemitraan Gula: Jalan Menuju Kemandirian
Menata Ulang Kemitraan Gula: Jalan Menuju Kemandirian
Varietas Tanaman
Kluwek: Rahasia Kepayang pada Kuliner Nusantara
Kluwek: Rahasia Kepayang pada Kuliner Nusantara
Varietas Tanaman
Bongkar Ratoon Tebu, Jalan Cepat Swasembada Gula
Bongkar Ratoon Tebu, Jalan Cepat Swasembada Gula
Varietas Tanaman
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau