JAKARTA, KOMPAS.com - Tanaman jengkol adalah tanaman yang termasuk suku polong-polongan. Buah jengkol berupa polong dan bentuknya gepeng berbelit membentuk spiral, berwarna lembayung tua.
Biji buah jengkol berkulit ari tipis dengan warna cokelat mengkilap. Jengkol juga dapat menimbulkan bau tidak sedap pada urin setelah diolah dan diproses oleh pencernaan, terutama bila dimakan segar sebagai lalap.
Dikutip dari laman Cybex Kementerian Pertanian RI, Senin (14/11/2022), jengkol diketahui dapat mencegah diabetes dan bersifat diuretik dan baik untuk kesehatan jantung. Bahkan, jengkol juga dapat dijadikan sebagai kompos maupun pestisida nabati.
Baca juga: Catat, Ini Jenis Insektisida untuk Membasmi Serangga
Meskipun demikian, limbah kulit jengkol belum dimanfaatkan secara optimal. Sementara diketahui bahwa dalam budidaya tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan tidak lepas dari serangan hama dan penyakit yang berdampak pada peningkatan produksi.
Selama ini petani mengatasi masalah tersebut dengan menggunakan insektisida kimia. Selain harga yang tinggi, penggunaan insektisida kimia juga berdampak pada lingkungan.
Selain limbah kulit jengkol, di pasar tradisional juga banyak menghasilkan limbah cabai atau cabai busuk yang sudah tidak layak konsumsi.
Oleh karena itu, penggunaan insektisida organik yang ramah lingkungan merupakan salah satu program yang perlu dikembangkan.
Baca juga: Cara Menanam Jengkol dengan Mudah, Bisa Jadi Peluang Usaha
Salah satu bahan yang dapat digunakan untuk pembuatan insektisida organik adalah limbah jengkol.
Kulit jengkol mengandung terpenoid, saponin, asam fenolat serta alkaloid) ampuh untuk melindungi tanaman dari serangan hama terutama untuk mengusir semut, ulat, serangga kecil serta belalang.