Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kenapa Pohon Pisang Kerdil? Penyebab dan Cara Mengatasinya

Kompas.com - 06/09/2022, 08:12 WIB
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Salah satu penyakit tanaman pisang yang bisa menjadi ancaman yang sangat serius selain layu fusarium dan penyakit darah adalah penyakit kerdil kuning atau disebut banana bunchy top virus (BBTV).

Penyakit ini banyak menyerang varietas pisang yang banyak dijual di pasaran, seperti pisang ambon kuning, pisang ambon hijau, pisang barangan, pisang mas, pisang nangka, dan lainnya.

Dilansir laman Cybex Kementerian Pertanian RI, Selasa (6/9/2022), hingga saat ini belum ada varietas pisang yang tahan terhadap penyakit kerdil atau BBTV. Penyebab pohon pisang kerdil adalah virus DNA berantai tunggal melingkar (diameter 18-20 mm) yang menyebabkan kondisi kerdil pada tanaman pisang.

Baca juga: Mengenal Ulat Pisang Penggulung Daun hingga Thrips yang Rusak Pohon Pisang

Ilustrasi pohon pisang, tanaman pisang. UNSPLASH/JEREMY BEZANGER Ilustrasi pohon pisang, tanaman pisang.

Penyebaran dan penularan penyakit kerdil

Penyebaran BBTV sangat mudah, ditularkan oleh serangga vektor kutu daun (Pentalonia nigronervosa) yang hinggap pada daun muda di bagian pangkal daun yang masih menggulung, sehingga sepintas hama tersebut tidak tampak dari kejauhan.

Dari hasil penelitian, virus BBTV tidak ditularkan melalui tanah, dan penularannya selain disebarkan serangga vektor juga melalui bahan tanam.

Salah satu cara penanggulangan BBTV adalah dengan mengendalikan serangga vektor dengan insektisida, dan menggunakan bahan tanam (benih) bebas virus. Benih pisang bebas virus bisa dihasilkan melalui perbanyakan secara kultur jaringan.

Namun demikian, bahan tanam yang digunakan untuk kultur jaringan harus dipastikan bebas dari virus.

Baca juga: Cara Menanam Pohon Pisang agar Cepat Berbuah

Ilustrasi tanaman pisang, pohon pisang. PIXABAY/EFRAIMSTOCHTER Ilustrasi tanaman pisang, pohon pisang.

Gejala serangan penyakit pohon pisang kerdil

Gejala bervariasi dan timbul pada bermacam-macam umur tanaman. Pada pangkal daun kedua atau ketiga, apabila dilihat permukaan bawahnya dengan cahaya tembus, akan tampak adanya garis-garis hijau tua sempit yang terputus-putus.

Pada punggung tangkai daun sering terdapat garir-garis hijau tua. Kadang-kadang tulang daun menjadi jernih sebagai gejala pertama terjadinya infeksi.

Selanjutnya daun muda lebih tegak, pendek, sempit dengan tangkai yang lebih pendek dari biasanya, menguning sepanjang tepinya, dan mengering.

Daun menjadi rapuh dan mudah patah. Tanaman terhambat pertumbuhannya dan daun-daun membentuk roset pada ujung batang palsu.

Baca juga: Jangan Asal, Ini Cara Menanam Pisang

Morfologi dan daur hidup virus

Hingga saat ini, sifat bunchy top virus atau banana virus belum diketahui dan belum dapat dimurnikan. Mudah disebarkan melalui bahan tanaman dan kutu daun. Virus ini tidak dapat ditularkan melalui alat pertanian atau cairan tanaman sakit.

Perkembangan penyakit dibantu oleh hujan, suhu tinggi, kesuburan tanah dan keadaan yang terlindung. Di dataran tinggi, penularan penyakit oleh vektornya lebih baik.

Di Indonesia, penyakit ini tersebar di Lampung, Jawa, Bali, Kalimantan Barat, Jayapura, dan semua wilayah penghasil pisang.

Pengendalian virus

Ada beberapa cara pengendalian virus penyebab penyakit kerdil atau BBTV. Pengendalian dengan kultur teknis dilakukan dengan menanam bibit dari rumpun yang sehat.

Baca juga: Cara Mengatasi Pohon Pisang Layu dengan Garam dan Deterjen

Sementara itu, cara sanitasi atau eradikasi dilakukan dengan membersihkan tanaman inang. Cara lain adalah pembongkaran rumpun sakit, lalu dipotong kecil-kecil agar tidak ada tunas yang dapat hidup.

Adapun cara kimia adalah dengan pengendalian vektor dengan insektisida sistemik, terutama di pembibitan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com